Senin, 17 Desember 2012

Memperhatikan Hal Yang Sederhana


Dawuhnya kanjeng Nabi dirasakan banyak sekali manfaatnya dalam kehidupan. Memang Nabi adalah teladan. Sehingga segala perkataan, perbuatan dan penetapan beliau bisa dijadikan dasar dalam menjalani hidup.
Dari sekian dawuh sebenarnya tidak ada yang remeh dan tidak penting. Semuanya patut diperhatikan. Terkadang oleh karena sering kita mendengar, dipahami, dijalani, disampaikan kiai kita sehingga kita tergugah untuk menjalaninya. Sedangkan belum dipelajari, belum diyakini, bahkan belum mendengar sendiri terkadang memang terlupakan. Bahkan tidak diperhatikan.
Perintah sholat umpamanya. Karena begitu urgennya masalah ini maka sering seorang penceramah menyampaikannya berkali-kali. Sehingga jamaah bisa memahaminya. Ditopang juga ada teladan dari tokoh agama. Sedangkan kalau hanya disampaikan tanpa contoh nyata maka akan bisa masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Hanya lewat begitu saja.
Sholat secara pribadi kelihatan sudah dilaksanakan walau terkadang hanya sholat munfarid, dilakukan sendiri dan di rumah sendiri. Keinginan, kepeduliaan untuk melaksanakan sholat di masjid dan mushola ternyata perlu diterus digerakkan. Hal ini ternyata tidak cukup hanya sebatas keinginan namun ternyata juga kepedulian.
Keinginan sebatas tahu bahwa sholat berjamaah itu lebih utama. Namun perlu ditambahi dengan kepeduliaan. Kepeduliaan kita sebagai umat untuk memakmurkan masjid, memberi teladan tetangga kiri kanan masjid, sebagai syiar islam dan sebagainya. Dan kepeduliaan ini tidak hanya kewajiban seorang pemimpin semata sebenarnya. Namun seluruh umat. Memang pemimpin lebih besar pengaruhnya. Karena akan dilihat dan diikuti oleh bawahannya.
Untuk menggerakkan orang mau sholat jamaah memang bukan hal yang sepele. Ternyata juga perlu waktu. Sebagai contoh saja, pak imam suprayogo menggerakan civitas akademik di uin malang untuk bisa sholat berjamaah membutuhkan waktu sampai 13 tahun. Suatu kurun waktu yang tidak singkat. Setiap waktu sholat dikumandangkan adzan. Beliau memberi contoh bergegas ke masjid sambil mengajak semua dosen karyawan pimpinan untuk pergi bersama-sama ke tempat sholat. Ini dilakukan tidak sehari dua hari tapi telaten setiap hari.
Gambaran mudah seharusnya lembaga pendidikan islam menunjukkan nilai ritual islam dengan sendirinya. Ternyata tidak cukup hipotesa ini. Perlu ditelisik lebih dalam. Dalam arti tidak serta merta. Butuh proses.
Dari pengalaman di uin malang  ternyata yang istikomah sholat berjamaah adalah pegawai rendahan. Mereka sudah dengan sendirinya berangkat ke masjid ketika mendengar adzan. Sudah menjadi habit, kebiasaan dan kebutuhan. Sedang orang yang berpendidikan tinggi belum tentu menyadari tentang pentingnya sholat berjamaah. Ada saja alasannya sholat adalah ibadah pribadi, tidak perlu diperlihatkan di masjid. Sholat di ruangan sudah cukup, masih mengerjakan tugas dan lain sebagainya. Jadi hal ini  tidak berlaku pendidikan tinggi atau rendah namun juga hidayah. Dan hidayah ini menurut sementara pihak tidak jatuh dari langit namun dicari, dihayati dan dilaksankaan.
Melihat pengalaman seperti di atas. Alangkah baiknya bila seluruh pendidikan islam menunjukkan salah satu power islam itu sendiri. Yakni sholat berjamaah. Ketika adzan semua yang ada berbondong-bondong menuju masjid, segala pekerjaan ditinggal. Bersama-sama menuju keridhoan ilahi. Di masjid bisa bersilaturahmi dengan semua pihak. Segala masalah bisa dipecahkan, minimal oleh karena sering bertemu segala kebekuan akan bisa terurai. Bila ini terjadi suasana cair bahkan bisa membuat terobosan program yang akan dikerjakan bersama untuk kemajuan lembaga. Bukan malah lembaga pendidikan islam hanya sekedar tulisan lembaganya saja sedangkan ruhnya ditinggalkan. Hal ini perlu kesadaran semua pihak.
Berkaitan ini pula tentunya perlu sarana prasarana yang memadai, pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi bersama. Bukankah orang non muslim akan keder melihat kita bila banyak dari kita melakukan sholat subuh berjamaah di masjid. Memang hal ini sulit dan berat.
Akhirnya perintah kanjeng nabi perlu disadari untuk dilaksanakan karena manfaatnya baik untuk kehidupan kita. Baik sekarang maupun yang akan datang. Wallahu a'lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar