Dawuhnya kanjeng Nabi dirasakan
banyak sekali manfaatnya dalam kehidupan. Memang Nabi adalah teladan. Sehingga segala
perkataan, perbuatan dan penetapan beliau bisa dijadikan dasar dalam menjalani
hidup.
Dari sekian dawuh sebenarnya
tidak ada yang remeh dan tidak penting. Semuanya patut diperhatikan. Terkadang oleh
karena sering kita mendengar, dipahami, dijalani, disampaikan kiai kita
sehingga kita tergugah untuk menjalaninya. Sedangkan belum dipelajari, belum
diyakini, bahkan belum mendengar sendiri terkadang memang terlupakan. Bahkan tidak
diperhatikan.
Perintah sholat umpamanya. Karena
begitu urgennya masalah ini maka sering seorang penceramah menyampaikannya
berkali-kali. Sehingga jamaah bisa memahaminya. Ditopang juga ada teladan dari
tokoh agama. Sedangkan kalau hanya disampaikan tanpa contoh nyata maka akan
bisa masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Hanya lewat begitu saja.
Sholat secara pribadi kelihatan
sudah dilaksanakan walau terkadang hanya sholat munfarid, dilakukan sendiri dan
di rumah sendiri. Keinginan, kepeduliaan untuk melaksanakan sholat di masjid
dan mushola ternyata perlu diterus digerakkan. Hal ini ternyata tidak cukup
hanya sebatas keinginan namun ternyata juga kepedulian.
Keinginan sebatas tahu bahwa
sholat berjamaah itu lebih utama. Namun perlu ditambahi dengan kepeduliaan. Kepeduliaan
kita sebagai umat untuk memakmurkan masjid, memberi teladan tetangga kiri kanan
masjid, sebagai syiar islam dan sebagainya. Dan kepeduliaan ini tidak hanya
kewajiban seorang pemimpin semata sebenarnya. Namun seluruh umat. Memang pemimpin
lebih besar pengaruhnya. Karena akan dilihat dan diikuti oleh bawahannya.
Untuk menggerakkan orang mau
sholat jamaah memang bukan hal yang sepele. Ternyata juga perlu waktu. Sebagai contoh
saja, pak imam suprayogo menggerakan civitas akademik di uin malang untuk bisa
sholat berjamaah membutuhkan waktu sampai 13 tahun. Suatu kurun waktu yang
tidak singkat. Setiap waktu sholat dikumandangkan adzan. Beliau memberi contoh bergegas
ke masjid sambil mengajak semua dosen karyawan pimpinan untuk pergi
bersama-sama ke tempat sholat. Ini dilakukan tidak sehari dua hari tapi telaten
setiap hari.
Gambaran mudah seharusnya lembaga
pendidikan islam menunjukkan nilai ritual islam dengan sendirinya. Ternyata tidak
cukup hipotesa ini. Perlu ditelisik lebih dalam. Dalam arti tidak serta merta. Butuh
proses.
Dari pengalaman di uin
malang ternyata yang istikomah sholat
berjamaah adalah pegawai rendahan. Mereka sudah dengan sendirinya berangkat ke
masjid ketika mendengar adzan. Sudah menjadi habit, kebiasaan dan kebutuhan. Sedang
orang yang berpendidikan tinggi belum tentu menyadari tentang pentingnya sholat
berjamaah. Ada saja alasannya sholat adalah ibadah pribadi, tidak perlu
diperlihatkan di masjid. Sholat di ruangan sudah cukup, masih mengerjakan tugas
dan lain sebagainya. Jadi hal ini tidak
berlaku pendidikan tinggi atau rendah namun juga hidayah. Dan hidayah ini
menurut sementara pihak tidak jatuh dari langit namun dicari, dihayati dan
dilaksankaan.
Melihat pengalaman seperti di
atas. Alangkah baiknya bila seluruh pendidikan islam menunjukkan salah satu
power islam itu sendiri. Yakni sholat berjamaah. Ketika adzan semua yang ada
berbondong-bondong menuju masjid, segala pekerjaan ditinggal. Bersama-sama
menuju keridhoan ilahi. Di masjid bisa bersilaturahmi dengan semua pihak. Segala
masalah bisa dipecahkan, minimal oleh karena sering bertemu segala kebekuan
akan bisa terurai. Bila ini terjadi suasana cair bahkan bisa membuat terobosan program
yang akan dikerjakan bersama untuk kemajuan lembaga. Bukan malah lembaga
pendidikan islam hanya sekedar tulisan lembaganya saja sedangkan ruhnya
ditinggalkan. Hal ini perlu kesadaran semua pihak.
Berkaitan ini pula tentunya perlu
sarana prasarana yang memadai, pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi
bersama. Bukankah orang non muslim akan keder melihat kita bila banyak dari
kita melakukan sholat subuh berjamaah di masjid. Memang hal ini sulit dan
berat.
Akhirnya perintah kanjeng nabi
perlu disadari untuk dilaksanakan karena manfaatnya baik untuk kehidupan kita. Baik
sekarang maupun yang akan datang. Wallahu a'lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar