Jumat, 21 Desember 2012

Keingingan Menjadi UIN


Gagasan menjadikan ptain menjadi universitas adalah sebuah keniscayaan dan kebutuhan mendesak. Mengingat selama ini lulusan dari ptaian sebagian besar hanya bisa terserap di kementerian agama atau dalam lingkup yang terbatas. Padahal lapangan kehidupan yang begitu luas dan membutuhkan sdm yang mumpuni dalam bidangnya dan mempunyai akhlak yang baik (pengetahuan agamanya yang juga mumpuni). Dengan menjadikan ptain menjadi universitas atau ptin sehingga dimungkinkan fakultas-fakultas baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pada akhirnya lulusan akan tersebar di segala lini kehidupan dan semakin bias berkiprah di tengah masyarakat.
Sebagaimana diketahui bahwa ada lima iain dan 1 stain yang telah bertransformasi menjadi uin. Yakni iain syarif hidayatullah, iain sunan gunung jati, iain sunan kalijaga, iain alaudin, iain syarif qasim dan stain malang. Dengan berubah menjadi universitas dimungkinkan dibuka fakultas baru yang tidak identik dengan fakultas agama yang berada di institute. Seperti fakultas adab, tarbiyah, syariah, ushuluddin, dan dakwah. Namun lebih berkembang lagi menjadi fakultas tarbiyah dan keguruan, fakultas ilmu kesehatan, fakultas ekonomi, fisip, fakultas bahasa dan humaniora, fakultas kedokteran, fakultas psikologi dan masih banyak lagi yang lain.
Dengan beragam pilihan program studi menjadikan uin menjadi salah satu pilihan para calon mahasiswa. Sehingga dilihat yang mendaftar di uin setiap tahun menunjukkan tren meningkat. Ini patut disyukuri. Pesertanya tidak hanya lulusan madrasah aliyah namun banyak juga dari sma dan smk. Semua menjadikan fakultas di uin menjadi pilihan alternative.
Mengenai kekhawatiran merosotnya peminat masuk fakultas agama juga sebenarnya kurang beralasan. Karena dengan dijadikan universitas bukan berarti mematikan fakultas agama namun sebaliknya semakin kompetitif buktinya peminatnya juga banyak. Bila ada perlu dicari penyebabnya sehingga kurang peminat. Jangan-jangan yang takut ternyata putra-putrinya malah dikuliahkan di fakultas non agama. Jadi tidak pas. Dicarikan terobosan misalnya diberi beasiswa hingga selesai. Atau ada program studi agama kelas internasional. Sehingga menarik minat calon mahasiswa dari luar negeri.
Ada kekhawatiran lain fakultas agama akan terkebiri menjadi fakultas marginal. Saya kira juga tidak sepenuhnya benar. Karena bila dibuat perbandingan begini sederhananya. Lebih baik mana mahasiswa fakultas agama bias mengaji al-qur’an sedangkan mahasiswa fakultas non agama malah hafal al-qur’an 30 juz. Yang jelas ada tantangan, hambatan dan juga peluang. Peluang agar bias berkiprah lebih luas dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara adalah menjadikan ptain menjadi universitas. Wallahu a’lam bi al shawab. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar