Selasa, 11 September 2012

Cara Belajar

Menarik dengan melihat cara belajar peserta didik di madrasah. Mengapa menarik karena bila dilihat dari cara belajar akan bisa dilihat tingkat pemahaman materi pelajaran. Atas hasil sample dari peserta didik ada yang belajar tiap hari,  selalu ada yang belajar ketika akan menghadapi ulangan dan juga tidak pernah belajar rutin maupun insidental.
Kemampuan belajar dan pemahaman sebenarnya bisa ditingkatkan asal ada keinginan untuk merubah. Merubah cara belajar, berubah cara berfikir, merubah pergaulan dan merubah cara beribadah.
Ada yang menarik disampaikan oleh teman guru. Selama ini peserta didik mempunyai dua gaya belajar. Yakni SAS dan SKS. SAS maksudnya adalah sistem ala semut. Lalu apa hubungannya belajar dengan semut? Semut adalah hewan yang bisa diambi ibrahnya. Walau berbentuk kecil namun ada yang bisa diambil hikmahya bagi manusia. Diantaranya bila semut bertemu dengan temannya selalu bersalaman. Secara tidak langsung bersilaturahmi dan tidak menutup kemungkinan bersilaturahim. Ada hal baru yang disampaikan bila bertemu temannya. Ada gula ditempat jauh akan tahu untuk di ambil berjamaah. Dan dikonsumsi bersama-sama.
Hubungannya dengan belajar adalah belajar itu setahap-setahap. Pelan namun pasti membaca dan belajar perlu waktu khusus setiap hari. Bisa satu jam, dua jam waktunya pun fleksibel. Bisa habis sholat maghrib, bakda sholat isya. Bisa juga tengah malam sehabis sholat tahajud. Pun bisa juga sehabis sholat subuh sebelum berangkat sekolah. Tergantung kondisi masing-masing. Enaknya dimana waktu yang pas.
Gaya yang kedua adalah SKS. Sistem kebut semalam. Tiap hari tidak mempunyai jadwal belajar. Hanya main dan main saja. Atau sebenarnya ada niat namun hanya niat saja. Tidak ada kemaun keras untuk meraihnya, untuk melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Melihat besok ada ulangan atau ujian semua buku dibaca bahkan dengan begadang sekalipun dilakukan. Akibatnya kepala agak pening ketika ujian berlangsung. Bisa juga tidak terekam sama sekali dalam memori.
Dilihat dari keduanya memang akan lebih baik cara pertama. Belajar 2 jam x 7 hari lebih baik dari pada 14 jam x 1 hari. Cara pertama pelan namun pasti. cara kedua dikebut belum tentu berhasil karena kemampuan merekam otak manusia terbatas.
merubah cara berfikir ini tidak mudah. Sama dengan idiologi yang tidak mudah berubah. Namun perlu disadari bahwa orang mempunyai ilmu kedudukannya lebih tinggi daripada orang yang tidak berilmu. Bagaikan langit dan bumi. Untuk meraih hal itu manusia sudah diberi anugerah akal dan emosi serta tubuh yang sehat. Dengan bekal yang sudah disiapkan tinggal manusianya bagaimana?
merubah pergaulan. Bergaul penting? Ya penting, sama juga dengan berjejaring,  bermasyarakat, bersilaturahim. Dengan bergaul akan menambah luas wawasan dan pengetahuan. Kesemuanya untuk bekal kehidupan. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar