Kemampuan
belajar dan pemahaman sebenarnya bisa ditingkatkan asal ada keinginan untuk
merubah. Merubah cara belajar, berubah cara berfikir, merubah pergaulan dan merubah
cara beribadah.
Ada yang
menarik disampaikan oleh teman guru. Selama ini peserta didik mempunyai dua
gaya belajar. Yakni SAS dan SKS. SAS maksudnya adalah sistem ala semut. Lalu
apa hubungannya belajar dengan semut? Semut adalah hewan yang bisa diambi
ibrahnya. Walau berbentuk kecil namun ada yang bisa diambil hikmahya bagi
manusia. Diantaranya bila semut bertemu dengan temannya selalu bersalaman.
Secara tidak langsung bersilaturahmi dan tidak menutup kemungkinan bersilaturahim.
Ada hal baru yang disampaikan bila bertemu temannya. Ada gula ditempat jauh
akan tahu untuk di ambil berjamaah. Dan dikonsumsi bersama-sama.
Hubungannya
dengan belajar adalah belajar itu setahap-setahap. Pelan namun pasti membaca
dan belajar perlu waktu khusus setiap hari. Bisa satu jam, dua jam waktunya pun
fleksibel. Bisa habis sholat maghrib, bakda sholat isya. Bisa juga tengah malam
sehabis sholat tahajud. Pun bisa juga sehabis sholat subuh sebelum berangkat
sekolah. Tergantung kondisi masing-masing. Enaknya dimana waktu yang pas.
Gaya yang
kedua adalah SKS. Sistem kebut semalam. Tiap hari tidak mempunyai jadwal
belajar. Hanya main dan main saja. Atau sebenarnya ada niat namun hanya niat
saja. Tidak ada kemaun keras untuk meraihnya, untuk melaksanakannya dengan
sungguh-sungguh. Melihat besok ada ulangan atau ujian semua buku dibaca bahkan
dengan begadang sekalipun dilakukan. Akibatnya kepala agak pening ketika ujian
berlangsung. Bisa juga tidak terekam sama sekali dalam memori.
Dilihat
dari keduanya memang akan lebih baik cara pertama. Belajar 2 jam x 7 hari lebih
baik dari pada 14 jam x 1 hari. Cara pertama pelan namun pasti. cara kedua
dikebut belum tentu berhasil karena kemampuan merekam otak manusia terbatas.
merubah
cara berfikir ini tidak mudah. Sama dengan idiologi yang tidak mudah berubah.
Namun perlu disadari bahwa orang mempunyai ilmu kedudukannya lebih tinggi
daripada orang yang tidak berilmu. Bagaikan langit dan bumi. Untuk meraih hal
itu manusia sudah diberi anugerah akal dan emosi serta tubuh yang sehat. Dengan
bekal yang sudah disiapkan tinggal manusianya bagaimana?
merubah
pergaulan. Bergaul penting? Ya penting, sama juga dengan berjejaring, bermasyarakat, bersilaturahim. Dengan bergaul
akan menambah luas wawasan dan pengetahuan. Kesemuanya untuk bekal kehidupan.
Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar