Kamis, 09 Agustus 2012

Kegiatan Sholat Tarawih di Pisang


Sholat tarawih adalah salah satu kegiatan di bulan Ramadhan. Mengenai pelaksanaannya sudah lumrah semua orang mengetahuinya. Hanya saja mengenai pelaksanaannya antara satu dengan lain desa mungkin berbeda. Mengenai waktu mungkin sama. Ada yang delapan ada juga yang dua puluh rakaat. Itupun tidak menjadi masalah. Sesuai dengan kebiasaan dan yang bias diterima oleh masyarakat. Yang berbeda di desa Pisang adalah mengenai satu hal. Yakni adanya rasa kebersamaan menjadi imam yang bergilir. Selain ada imam masjid dan mushola yang sebagai cadangan. Ini hanya aspek teknis saja. Namun ada hal positifnya.
Jumlah masjid dan mushola di dusun Pisang ada 17 buah. Satu masjid sisanya mushola. Dulu waktu saya masih kecil. Kegiatan sholat tarawih masih berpusat di masjid. Hingga warga yang letaknya di ujung dusun. Namun seiring dengan perkembangan penduduk ada inisiatip untuk mendirikan mushola. Hingga jumlahnya seperti sekarang ini. Lantas kemudian yang menjadi sedikit kendala adalah adanya imam sholat  tarawih? Karena kemampuan dari jamaah mushola masih terbatas. Memang diakui keinginan untuk mendirikan tempat ibadah cukup tinggi. Hanya penyiapan SDM yang terasa masih minim. Bahkan ada mushola yang tidak punya penerus menjadi imam sholat. Sehingga sampai sekarang imam sholat masih dari warga yang letak rumahnya lumayan terpaut beberapa   ratus meter. Inilah keadaan keagamaan di pelosok desa. Mungkin kader muda sudah disiapkan hanya saja menginjak dewasa atau selepas dari madrasah aliyah dan sederajat banyak yang kabur mencari pengalaman kerja di kota. Ini berartai desa belum menarik kalangan muda dan belum sanggup menghidupi dahaga ekonomi warganya.
Sebagai salah satu solusi yang diberikan oleh Takmir Masjid Baitul Atqiya’ bersama Pengurus NU Ranting Pisang adalah membuat jadwal imam dan kultum tarawih desa Pisang yang dibuat sepengetahuan kepala desa sebagai pemimpin pemerintah desa. Ada beberapa orang yang dianggap mumpuni ditunjuk untuk menjadi imam keliling di 17 titik tadi. Disamping untuk menghilangkan kejenuhan suasana juga untuk menyeimbangkan suasana keagamaan dari beberapa perbedaan kualitas jamaah di mushola. Namun yang lebih penting adalah menjaga silaturahmi antara tokoh masyarakat dan jamaah.
Bila ini bias dijaga maka ukhuwah akan  terjaga. Dan dampaknya suasana kekerabatan relative solid. Bias menghindari hal-hal yang tidak dihindarkan. Bahkan kepala desa sendiri mendapat giliran imam sholat tarawih juga di masjid desa.
Apa bias hal ini diterapkan di desa lain? Saya kira bias saja. Hanya perlu sedikit waktu dan tenaga untuk menata jadwal orang per orang tokoh. Karena dari pengalaman yang ada beberapa nama menjadi rebutan banyak pihak. Istilahnya sudah dibooking oleh masjid dan mushola luar desa. Ini yang agak merepotkan. Namun berkat pendekatan yang dilakukan bias dibuat kompromi atau kesepakatan. Intinya tenaga-tenaga beliau sangat diharapkan atau diutamakan untuk desanya dahulu. Untuk bias bermanfaat di tanah kelahirannya terlebih dahulu.
Itulah sedikit gambaran kegiatan keagamaan yang berada di desa Pisang Patianrowo. Ketika proses berjalan bukan berarati tanpa kendala. Kendala dan hambatan pasti ada saja. Namun karena adanya rasa kebersamaan dari semua pihak semuanya bias diatasi. Relative tidak ada kendala berarti. Saya kira hal ini berkata dukungan dari para sesepuh tokoh yang telaten mengiringi langkah yang muda-muda. Semoga hal ini berlanjut terus dan menjadi lebih baik di masa mendatang. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar