Dalam perbincangan dengan teman
lama ada hal yang menarik akan aktivitasnya sehari-hari. Di pagi hari ia
menjadi guru pegawai negeri di sebuah smp swasta di surabaya. Lalu sisa waktu
mengajarnya adalah memegang menegemen di sebuah madrasah swasta unggulan di
kota yang sama.
Waktu awal saya berkunjung di
awal tahun 2000an saya melihat madrasahnya sama dengan madrasah yang lain.
Walaupun sudah ada keunggulan lebih dari yang lain. Secara fisik setiap rombel
terdiri atas 24 siswa. Berasrama, bangunan fisiknya sama dengan pondok
pesantren yang lain. Bahkan masih menerima input siapa yang mendaftar terlebih
dahulu. Ternyata sekarang sudah melampaui itu semua.
Dalam setiap tahun ada kelas
reguler dan kelas akselerasi. Di Surabaya bahkan yang membuka kelas akselerasi pertama
di Surabaya bahkan di Indonesia. Bisa dibilang demikian karena waktu meminta
arahan dari Kanwil Kemenag Jawa Timur diminta langsung untuk meminta ke Jakarta
Kemenag pusat. Lalu di pejabat Kemenag pusat sendiri belum punya panduan.
Akhirnya ada panduan. Dan prakteknya dilakukan di madrasah tsanawiyah ini.
Kelas akselerasinya sudah ada tiga kelas tiap tahun. Belum lagi kelas reguler.
Terus membuka madrasah serupa di daerah tepatnya di Pacet Mojokerto. Ada kelas
akselerasi jumlahnya tujuh tiap rombel. Kok, bisa. Mungkin ini pertanyaan dari
berbagai kalangan. Yayasan swasta membuat madrasah yang disegani. Ini bukan
berita bohongan. Tapi betulan.
Memang siapapun boleh mendirikan
dan membuat lembaga pendidikan begitu juga lembaga pendidikan Islam. Hanya saja
yang perlu dilakukan adalah perencanaan yang matang dan kualitas apa yang akan
diberikan kepada stakeholder pendidikan dan konsumen pendidikan. Bukankah
lembaga pendidikan adalah penyedia jasa layanan pendidikan. Senyampang bisa
memberikan hal terbaik dan berkualitas serta masyarakat menerima dengan baik
tak ayal lembaga pendidikan tersebut akan diserbu masyarakat. Tidak pandang
berapapun orang tua harus menguras koceknya dalam-dalam. Asal putra-putrinya
mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Apalagi melihat fenomena kehidupan
remaja sekarang ini yang membuat miris hati setiap orang tua.
Pastilah orang tua berharap
anak-anaknya bisa mendapatkan ilmu yang sesuai kebutuhan zaman dan tidak
melupakan untuk senantiasa mendoakan orang tua di saat orang tua membutuhkannya
nanti. Artinya orang tua menginginkan anaknya shalih shalihah di zamannya. Lha,
oleh karena itu hal ini menjadi tantangan bagi para meneger pendidikan madrasah
harus berbuat apa? Melangkah apa yang ingin diraih?
Dari penuturan teman saya tadi biaya
operasional sudah cukup dari spp siswa. Baik itu untuk gaji guru, karyawan, dan
kebutuhan operasional madrasah setiap hari. Sedangkan yang berasal dari
pemerintah digunakan yayasan untuk pengembangan pendidikan. Bila berbicara
tentang gaji, gaji atau honor guru lumayan. Dibedakan antara gaji mengajar pagi
dan malam hari yakni pelajaran muadalah setingkat pelajaran di al-Azhar Mesir.
Besarnya lebih tinggi. mungkin karena mengajarnya malam atau hanya orang khusus
saja yang bisa melakukannya. Tiap jam pelajaran mencapai Rp 60.000,00.
Akhirnya, semoga kita tergugah
untuk berbuat sesuatu untuk membesarkan madrasah kita masing-masing. Dimulai
dari diri kita, sejak sekarang, dari hal yang sepele atau sederhana. Semoga
Allah meridhoi. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar