Sholat merupakan rukun Islam yang
kedua. Dikatakan sebagai muslim yang sempurna apabila sudah melakukan kelima
rukun Islam itu. Sholat menjadi ibadah yang wajib dilakukan oleh seorang
muslim. Dalam sehari semalam dilakukan sebanyak lima kali. Sebenarnya kalau
dilihat dari segi waktu, tiap sholat berada posisi psikologis yang pas untuk
rehat dari stres. Dengan kata lain waktu yang tepat untuk relaksasi secara
fisik dan psikologis. Misalnya waktu subuh. Mengawali waktu pagi setelah bangun
tidur dengan sholat mengingat
Allah. Membaca puji-pujian. Ketika fikiran dan tenaga masih fresh dimulai dengan perbuatan yang baik. Ini mengajak kita dalam mengawali hari dengan hal baik dan berdoa pula selama sehari nanti juga mengerjakan hal yang baik dan bermanfaat untuk kehidupan kita.
Allah. Membaca puji-pujian. Ketika fikiran dan tenaga masih fresh dimulai dengan perbuatan yang baik. Ini mengajak kita dalam mengawali hari dengan hal baik dan berdoa pula selama sehari nanti juga mengerjakan hal yang baik dan bermanfaat untuk kehidupan kita.
Lalu sholat dhuhur dikerjakan di
siang hari. Tatkala rehat dari bekerja seharian. Fisik membutuhkan istirahat
sebentar dari kelelahan. Disiramlah muka dan anggota badan terluar dengan air
wudhu. Membawa kesegaran tersendiri untuk mengingat Tuhan. Sebagai perwujudan
syukur atas nikmat yang diberikan. Setelah selesai sholat, fikiran tenang siap
melanjutkan pekerjaan.
Ketika mau pulang dari kerja,
diingatkan oleh muadzin akan datangnya waktu sholat ashar. Sholat yang
dikerjakan di waktu sore hari. Mengingatkan bahwa waktu beranjak mulai gelap.
Gelap sebagai perpindahan dari terang. Dimaksudkan agar manusia bersiap-siap
bila gelap datang menjelang. Kita diingatkan untuk bersiap-siap bahwa manusia
juga saatnya nanti berada dalam wilayah kegelapan yakni alam barzah.
Bila mega merah sudah tampak
menunjukkan persiapan akan datangnya sholat magrib. Mengawali waktu malam
dengan mengingat lagi. Menyadari akan kelemahan, ketundukan dan kepasrahan atas
kekuasaan Allah.
Sebelum manusia beranjak tidur
menghilangkan kepenatan hidup selama bekerja seharian sebagai ibadah, muadzin
mengingatkan lagi dengan adzan sholat isya’. Sholat isya’ ini waktunya panjang.
Beda dengan sholat magrib yang waktunya pendek. Namun walau panjang waktunya
namun banyak orang yang terlena. Sehingga banyak yang mengerjakannya baru jam
24.00 bahkan menjelang sholat subuh. Maka dinyatakan dalam suatu hadith bahwa
sholat subuh dan isya’ adalah waktu yang berat untuk menunaikan sholat. Dan
memang salah satu ciri orang munafik diantaranya adalah berat mengerjakan dua
sholat ini.
Dalam fiqh diterangkan bahwa sholat
dikerjakan dengan sadar. Sehingga tidak sah apabila ada orang tidur lalu
mengerjakan sholat. Oleh karena orang semacam ini tidak sadar apa yang
dikerjakannya. Dengan makna lain dilarang sholat bila mabuk. Orang yang
minum-minuman yang memabukkan atau khamr tentu saja tidak sah sholatnya.
Apalagi khamr dan sejenisnya dilarang untuk dikonsumsi. Karena membahayakan
kesehatan tubuh peminumnya. Bisa merusak fisik organ tubuh, psikis dan saraf
sekalian. Namun anehnya orang kok rela merogoh kocek dalam-dalam untuk
mendapatkan hal itu. Katanya agar gaul, modern, tidak ketinggalan jaman padahal
merusak diri, keluarga dan masyarakat.
Mabuk maksudnya tidak sadar
dengan apa yang diperbuat dan diucapkan. Disini diambil pengertian bahwa bila
melakukan sholat harus memahami apa yang dibaca. Mungkin ini yang belum
dipahami oleh sebagian dari kita. Kita hanya melakukan sholat untuk
menggugurkan kewajiban. Padahal sholat adalah tiang agama. Bila tidak melakukan
sholat maka berarti merobohkan agama.
Begitu juga sholat harus
dikerjakan dimanapun dan kapanpun. Dan akan dijadikan pertanyaan pertama ketika
memasuki alam kubur nanti. Sebegitu pentingnya sholat sehingga ajaran pertama
dan utama yang perlu ditanamkan kepada anak didik adalah pentingnya melakukan
sholat. Mengenai sarana dan prasarananya sebenarnya sudah tersedia. Bahkan di
tempat-tempat umum banyak lokasi yang menyediakan mushola bahkan masjid.
Misalnya perkantoran, terminal, stasiun, hotel, restoran, tempat rekreasi
biasanya melengkapi fasilitas dengan tempat sholat.
Kembali lagi mengenai sholat.
Kalau sholat dimaknai sebagai ibadah yang diawali dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan salam maka makna ini kurang cukup. Kelihatan hanya “centak-centuk”
orang Jawa berkata begitu. Hanya menjalankan perbuatan dan gerak badan saja.
Namun atsar tidak diperoleh. Jangan-jangan memang hal ini yang terjadi sehingga
umat masih terpuruk. Dan kita tidak mendapat pertolongan.
Bukankah Allah sudah menyatakan
dalam al-
Qur’an jadikan sholat dan sabar sebagai penolong kita. Penolong manusia dari hal yang tidak diinginkan, merugikan, membahayakan, menggelisahkan, menakutkan dan sebagainya. Bagaimana bisa sholat bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar bila kita mendapat atsar dari sholat yang dikerjakan. Maksudnya bahwa agar sholat bisa membawa atsar berupa penolong dari kesusahan dan bisa mencegah dari perbuatan yang keji maka harus sadar dulu ketika sholat. Sadar apa yang dibaca, dikerjakan, diresapi dan dilaksanakan maksudnya dalam keseharian. Diantara bacaan doa iftitah ada inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil ‘alamin. Bahwasanya sholatku ibadahku hidupku dan matiku untuk Allah Tuhan seluruh alam.
Qur’an jadikan sholat dan sabar sebagai penolong kita. Penolong manusia dari hal yang tidak diinginkan, merugikan, membahayakan, menggelisahkan, menakutkan dan sebagainya. Bagaimana bisa sholat bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar bila kita mendapat atsar dari sholat yang dikerjakan. Maksudnya bahwa agar sholat bisa membawa atsar berupa penolong dari kesusahan dan bisa mencegah dari perbuatan yang keji maka harus sadar dulu ketika sholat. Sadar apa yang dibaca, dikerjakan, diresapi dan dilaksanakan maksudnya dalam keseharian. Diantara bacaan doa iftitah ada inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil ‘alamin. Bahwasanya sholatku ibadahku hidupku dan matiku untuk Allah Tuhan seluruh alam.
Sabar banyak orang mengartikan
dengan menerima apa adanya. “Alon-alon asal kelakon”, tidak “grusa grusu” atau
tergesa-gesa. Terlihat bersikap pasif. Nrima ing pandum. Padahal dalam
kehidupan tidak bisa seperti itu. Ini sama artinya dengan fatalish atau
jabariah. Bila dilihat dari ilmu kalam. Yang dianjurkan adalah dinamis. Siap
berubah menuju kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat serta sejahtera. Masak
salah bila lebih cepat lebih baik, lebih cepat dapat banyak. Misalnya bila
pergi ke suatu tempat ke Jakarta akan lebih cepat dengan naik pesawat. Memang
mahal namun dengan menyingkat waktu maka banyak aktivitas yang bisa dikerjakan.
Disini sabar dimaknai dengan
sikap dinamis. Tidak menerima keadaan dengan apa adanya. Burung saja mencari
makanan hingga sore. Dan pulang dalam keadaan perut kenyang. Dikandung maksud
ada ikhtiar untuk merubah keadaan. Maka peran guru, ulama, kiai untuk
menjelaskan hal ini kepada peserta didik dan umat menjadi penting. Dengan
harapan bila sholat dan sabar dijadikan senjata utama dalam menghadapi
kehidupan yang semakin dinamis maka hidup umat akan bisa survive. Akan lebih
baik dan sejahtera. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar