Kamis, 15 Maret 2012

Sholat dan Sabar


Sholat merupakan rukun Islam yang kedua. Dikatakan sebagai muslim yang sempurna apabila sudah melakukan kelima rukun Islam itu. Sholat menjadi ibadah yang wajib dilakukan oleh seorang muslim. Dalam sehari semalam dilakukan sebanyak lima kali. Sebenarnya kalau dilihat dari segi waktu, tiap sholat berada posisi psikologis yang pas untuk rehat dari stres. Dengan kata lain waktu yang tepat untuk relaksasi secara fisik dan psikologis. Misalnya waktu subuh. Mengawali waktu pagi setelah bangun tidur dengan sholat mengingat
Allah. Membaca puji-pujian. Ketika fikiran dan tenaga masih fresh dimulai dengan perbuatan yang baik. Ini mengajak kita dalam mengawali hari dengan hal baik dan berdoa pula selama sehari nanti juga mengerjakan hal yang baik dan bermanfaat untuk kehidupan kita.
Lalu sholat dhuhur dikerjakan di siang hari. Tatkala rehat dari bekerja seharian. Fisik membutuhkan istirahat sebentar dari kelelahan. Disiramlah muka dan anggota badan terluar dengan air wudhu. Membawa kesegaran tersendiri untuk mengingat Tuhan. Sebagai perwujudan syukur atas nikmat yang diberikan. Setelah selesai sholat, fikiran tenang siap melanjutkan pekerjaan.
Ketika mau pulang dari kerja, diingatkan oleh muadzin akan datangnya waktu sholat ashar. Sholat yang dikerjakan di waktu sore hari. Mengingatkan bahwa waktu beranjak mulai gelap. Gelap sebagai perpindahan dari terang. Dimaksudkan agar manusia bersiap-siap bila gelap datang menjelang. Kita diingatkan untuk bersiap-siap bahwa manusia juga saatnya nanti berada dalam wilayah kegelapan yakni alam barzah.
Bila mega merah sudah tampak menunjukkan persiapan akan datangnya sholat magrib. Mengawali waktu malam dengan mengingat lagi. Menyadari akan kelemahan, ketundukan dan kepasrahan atas kekuasaan Allah.
Sebelum manusia beranjak tidur menghilangkan kepenatan hidup selama bekerja seharian sebagai ibadah, muadzin mengingatkan lagi dengan adzan sholat isya’. Sholat isya’ ini waktunya panjang. Beda dengan sholat magrib yang waktunya pendek. Namun walau panjang waktunya namun banyak orang yang terlena. Sehingga banyak yang mengerjakannya baru jam 24.00 bahkan menjelang sholat subuh. Maka dinyatakan dalam suatu hadith bahwa sholat subuh dan isya’ adalah waktu yang berat untuk menunaikan sholat. Dan memang salah satu ciri orang munafik diantaranya adalah berat mengerjakan dua sholat ini.
Dalam fiqh diterangkan bahwa sholat dikerjakan dengan sadar. Sehingga tidak sah apabila ada orang tidur lalu mengerjakan sholat. Oleh karena orang semacam ini tidak sadar apa yang dikerjakannya. Dengan makna lain dilarang sholat bila mabuk. Orang yang minum-minuman yang memabukkan atau khamr tentu saja tidak sah sholatnya. Apalagi khamr dan sejenisnya dilarang untuk dikonsumsi. Karena membahayakan kesehatan tubuh peminumnya. Bisa merusak fisik organ tubuh, psikis dan saraf sekalian. Namun anehnya orang kok rela merogoh kocek dalam-dalam untuk mendapatkan hal itu. Katanya agar gaul, modern, tidak ketinggalan jaman padahal merusak diri, keluarga dan masyarakat.
Mabuk maksudnya tidak sadar dengan apa yang diperbuat dan diucapkan. Disini diambil pengertian bahwa bila melakukan sholat harus memahami apa yang dibaca. Mungkin ini yang belum dipahami oleh sebagian dari kita. Kita hanya melakukan sholat untuk menggugurkan kewajiban. Padahal sholat adalah tiang agama. Bila tidak melakukan sholat maka berarti merobohkan agama.
Begitu juga sholat harus dikerjakan dimanapun dan kapanpun. Dan akan dijadikan pertanyaan pertama ketika memasuki alam kubur nanti. Sebegitu pentingnya sholat sehingga ajaran pertama dan utama yang perlu ditanamkan kepada anak didik adalah pentingnya melakukan sholat. Mengenai sarana dan prasarananya sebenarnya sudah tersedia. Bahkan di tempat-tempat umum banyak lokasi yang menyediakan mushola bahkan masjid. Misalnya perkantoran, terminal, stasiun, hotel, restoran, tempat rekreasi biasanya melengkapi fasilitas dengan tempat sholat.
Kembali lagi mengenai sholat. Kalau sholat dimaknai sebagai ibadah yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam maka makna ini kurang cukup. Kelihatan hanya “centak-centuk” orang Jawa berkata begitu. Hanya menjalankan perbuatan dan gerak badan saja. Namun atsar tidak diperoleh. Jangan-jangan memang hal ini yang terjadi sehingga umat masih terpuruk. Dan kita tidak mendapat pertolongan.
Bukankah Allah sudah menyatakan dalam al-
Qur’an jadikan sholat dan sabar sebagai penolong kita. Penolong manusia dari hal yang tidak diinginkan, merugikan, membahayakan, menggelisahkan, menakutkan dan sebagainya. Bagaimana bisa sholat bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar bila kita mendapat atsar dari sholat yang dikerjakan. Maksudnya bahwa agar sholat bisa membawa atsar berupa penolong dari kesusahan dan bisa mencegah dari perbuatan yang keji maka harus sadar dulu ketika sholat. Sadar apa yang dibaca, dikerjakan, diresapi dan dilaksanakan maksudnya dalam keseharian. Diantara bacaan doa iftitah ada inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil ‘alamin. Bahwasanya sholatku ibadahku hidupku dan matiku untuk Allah Tuhan seluruh alam.
Sabar banyak orang mengartikan dengan menerima apa adanya. “Alon-alon asal kelakon”, tidak “grusa grusu” atau tergesa-gesa. Terlihat bersikap pasif. Nrima ing pandum. Padahal dalam kehidupan tidak bisa seperti itu. Ini sama artinya dengan fatalish atau jabariah. Bila dilihat dari ilmu kalam. Yang dianjurkan adalah dinamis. Siap berubah menuju kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat serta sejahtera. Masak salah bila lebih cepat lebih baik, lebih cepat dapat banyak. Misalnya bila pergi ke suatu tempat ke Jakarta akan lebih cepat dengan naik pesawat. Memang mahal namun dengan menyingkat waktu maka banyak aktivitas yang bisa dikerjakan.
Disini sabar dimaknai dengan sikap dinamis. Tidak menerima keadaan dengan apa adanya. Burung saja mencari makanan hingga sore. Dan pulang dalam keadaan perut kenyang. Dikandung maksud ada ikhtiar untuk merubah keadaan. Maka peran guru, ulama, kiai untuk menjelaskan hal ini kepada peserta didik dan umat menjadi penting. Dengan harapan bila sholat dan sabar dijadikan senjata utama dalam menghadapi kehidupan yang semakin dinamis maka hidup umat akan bisa survive. Akan lebih baik dan sejahtera. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar