Kelihatan terlalu keras bila menyebut dengan istilah pengkhianat. akan lebih rada pas dengan istilah dengan penyakit saja. Pengkhianat berasal dari kata
dasar khianat. Khianat adalah lawan dari sifat amanah. Kalau amanah dimaknai
dengan terpercaya. Berarti khianat bisa juga diartikan tidak bisa dipercaya. Diumpamakan
sebagai tubuh ada yang namanya penyakit. Bila penyakit fisik semisal flu,
batuk, pilek setelah diperiksa oleh
dokter maka akan ditemukan indikasi penyakitnya lalu diberi resep dan diobatilah
penyakit itu. Lalu akan sembuh.
Ternyata ada juga penyakit yang tidak
kelihatan. Oleh karena itu dikatakan sebagai penyakit hati. Penyakit jenis ini
tidak terlihat namun bisa mematikan. Seperti bisa ular. Tidak kelihatan namun
dampaknya luar biasa. Bahkan bisa merenggut nyawa. Sejenis penyakit hati
diantaranya dendam, iri hati, fitnah, provokasi atau ananiyah. Penyakit ini
tidak kelihatan namun daya rusaknya luar biasa baik bagi yang sakit begitu juga
orang lain. Orang lain bila tidak menyadari penyakit yang dideritanya maka akan
sakit selamanya. Dampaknya bagi orang lain akan terasa. Apalagi yang
bersangkutan dalam posisi dalam suatu institusi. Misalnya institusi pendidikan.
Ternyata pengkhianat institusi
ini ada diberbagai lembaga pendidikan baik milik pemerintah juga swasta. Sebenarnya
tidak sulit untuk mendeteksi hal ini. Diantaranya bila institusi pendidikan tidak
berkembang secara signifikan, lalu antar orang-orang didalamnya tidak saling
sapa, saling menjatuhkan, berebut pengaruh, berebut kedudukan, berebut jabatan,
berebut proyek bukan berebut prestasi. Itulah diantara tanda-tandanya.
Dampak bagi institusi akan sangat
terasa. Suasana tidak kondusif, situasi pembelajaran tidak nyaman, suasana
kerja tidak menggambarkan sebuah lembaga pendidikan. Karena orang-orang di
dalamnya ada keinginan untuk menjatuhkan atau bahkan merusak keadaan yang ada. Pimpinan
maunya diturunkan, dijebloskan ke penjara, dicari kesalahan-kesalahannya. Memang
manusia tidak ada yang sempurna. Namun perlu disadari bahwa semuanya ingin
memajukan institusinya. Agar bisa menyiapkan anak bangsa agar sesuai dengan
zamannya.
Bagi yang sadar akan hal ini
haruslah segera dicari penyebabnya. Karena bila berlarut-larut maka akan
berakibat lembaga tidak akan berkembang maju, bertahan saja itu sudah syukur. Orang
yang mengidap penyakit ini biasanya tidak syukur nikmat, tidak sabar, tidak
qanaah, dan egois. Hanya mementingkan dirinya sendiri dan mungkin juga
kelompoknya.
Akhirnya bagi pemimpin pendidikan
dan institusi di atasnya harus sadar akan hal ini dan segera mencari solusinya.
Bahkan bila perlu harus frontal sekalian. Karena lembaga pendidikan adalah
taruhan masa depan peserta didik. Bagi yang masih sadar sebagai pendidik perlu
menumbuhkan lagi gerakan peduli pendidikan. Seperti yang dicontohkan oleh para
kiai di pondok pesantren dengan ikhlas mendidik para santri untuk menjadi orang
yang bermanfaat bagi orang lain. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar