Kamis, 02 Februari 2012

Yakin akan Takdir


Beriman kepada qadha dan qadar Allah dari realisasi dari rukun iman. Maka yang tidak beriman bisa berakibat kafir. Dalam kehidupan ini pastilah menghadapi banyak cobaan, kendala, hambatan. Dan memang itu semua adalah rona-rona kehidupan yang pasti akan dihadapi oleh setiap manusia. Dan tentu saja antara orang satu dan lainnya tidak sama. Sama seperti tidak samanya garis tangan pada setiap telapan tangan manusia. Walau satu saudara kandung bahkan bayi kembar garis tangannnya tidak sama. Itulah salah satu kekuasaan Allah. Sangat sempurna dalam mencipta.
Ada beberapa hikmah beriman kepada Takdir, diantaranya:
-    Semangat ikhtiar. Takdir adalah rahasia Tuhan. Oleh karena itu takdir harus dicari, tidak pasrah akan nasib. Mencari takdir. Lha, dalam proses pencarian ini menggunakan hukum-hukum Allah yang sudah ditetapkan. Harus ikhtiar. Ikhtiar disini dikandung maksud berbuat baik dengan penuh kesungguhan dan keyakinan bahwa apa yang dilakukan akan berdampak baik pada dirinya. Seorang pelajar atau mahasiswa harus berusaha rajin belajar, mengerjakan tugas yang diberikan dan menyelesaikan ujian-ujian yang telah ditentukan agar ilmunya bisa bermanfaat dan selesai seperti yang diprogramkan. Seorang pegawai yang ingin sukses harus punya integritas dan antusias. Meminjam istilah yang dipakai Dahlan Iskan dalam memilih direktur utama di BUMN. Kelihatannya sekarang dalam memilih orang hebat di perusahaan plat merah ditentukan oleh kapasitas pribadi pegawai. Sebelumnya sistem KKN masih kental terjadi. Dan ini momen penting dalam sejarah di Indonesia. Hal ini kalau dilihat keberhasilan suatu lembaga banyak ditentukan oleh siapa leadernya.
-    Sabar dalam menghadapi cobaan.
Dalam salah satu ayat al-Qur’an dinyatakan yang artinya bahwa ada ujian bagi orang beriman. Ini dimaksudkan untuk menguji tingkat keberimanannya. Seberapa kokoh, dalam, tinggi dan sebagainya. Dalam menghadapi cobaan ini sifat sabar sangat diperlukan. Lalu berusaha mencari solusi dengan cara-cara yang telah diterangkan oleh Allah dan rasulNya. Selain menambah kedekatan dengan al-Khalik juga memperbaiki perilaku. Dan terus berikhtiar untuk merubah diri dan keadaan. Banyak orang bisa survive karena diterpa keadaan yang tidak nyaman sebelumnya. Misalnya orang Muhajirin Makkah hijrah ke Madinah karena dikejar-kejar, dimusuhi, bahkan akan dibunuh. Melihat situasi seperti ini lalu pindah. Di tempat baru tentu saja memulai hidup dengan modal seadanya. Bahkan ada yang tidak membawa perbekalan sama sekali. Akhirnya dengan cobaan seperti ini dilalui dengan kerja keras, ikhtiar, menyerahkan segalanya kepada Tuhan semesta alam akhirnya hidup juga berubah. Bahkan hidup bisa berkecukupan. Itulah salah satu contoh perubahan hidup yang harus dilalui dan berhasil menghadapi cobaan.
-    Sadar bahwa cobaan bagian dari takdir Tuhan.
Takdir sudah ditentukan Tuhan. Dan manusia tinggal menjalani kehidupan ini. Namun bukan berarti sama sekali manusia tidak bisa andil dalam kehidupannya. Manusia yang diberi anugerah akal bisa mendayagunakan untuk kemaslahatan hidupnya. Dengan akal bisa mengolah, memanfaatkan dan melestarikan alam yang luas ini untuk kebaikan manusia. Dengan kata lain ada peranan akal untuk mencari takdir manusia sendiri. Ada contoh dari Sahabat Umar. Ada gembala yang tidak mau membawa hewan piaraannya ke tempat padang rumput yang hijau. Padahal di daerahnya tandus, miskin makanan dan sumber air. Maka Sahabat Umar menyarankan agar si gembala mencari daerah yang subur. Artinya kita disarankan untuk memilih dan mencari takdir kita sendiri tidak pasrah dengan keadaan yang ada. Pindah menuju takdir yang lebih baik.
Bila disuruh memilih maka kita berharap hidup cukup, menikmati ibadah, bermanfaat bagi umat diakhiri dengan khusnul khatimah. Dan itu akan tercapai bila bergerak ikhtiar  untuk mencapainya. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar