Kamis, 02 Februari 2012

Sedikit Bicara Karya Hebat


Great man is simple in talks but awfull in actions. Inilah kira-kira artinya yakni orang besar itu orang yang sederhana dalam berbicara namun hebat dalam bertindak. Dalam hal ini saya teringat dengan Prof. Dr. Imam Suprayogo. Saya mengenal beliau ketika kuliah di IAIN. Dalam memberikan materi perkuliahan bahasanya mudah dicerna, sederhana sehingga siapapun yang mendengar bisa memahami dengan mudah.
Benar apa yang dikatakan oleh kanjeng Nabi Muhammad SAW yang artinya kurang lebih berbicaralah sesuai dengan pemahamaham pendengar. Kadangkala kita berbicara terlalu bersemangat dengan mengeluarkan segala kemampuan yang dimiliki. Agar orang yang mendengar berfikir kita orang intelek. Padahal pandangan orang tidak semuanya seperti itu. Malah dianggap kita tidak tahu diri. Tidak bisa menempatkan diri.
Bila berbicara dengan orang desa berusaha berbicara dengan sederhana. Bila seorang petani berbicara mengenai pertanian. Pedagang berbicara mengenai perdagangan. Dan bahasanyapun kalau bisa sesuai dengan lawan bicara. Agar bisa nyambung. Dan tanpa terasa komunikasi akan gayeng. Dan ada hikmah yang bisa diambil. Bukankah ilmu bisa didapat dari mana saja dan kapan saja. Bahkan dari siapapun orangnya. Terkadang dengan naik becak bisa mendapatkan informasi mengenai kehidupan orang-orang desa. Tukang becak yang bisa bertahan hidup dengan mengandalkan pendapatan dari hasil becak. Berangkat pagi hingga sore bahkan ada yang berangkat kerja sehabis magrib dan pulang pada pagi hari. Namun tetap tegar dalam menghadapi kehidupan. Dengan kemampuan yang ada bisa menghidupi keluarga bahkan bisa menyekolahkan anak. Itulah tawakalnya tukang becak.
Walaupun berbicara sederhana ternyata karya yang dibuat terbilang luar biasa. Bagaimana tidak? Selama 13 tahun berkecimpung di UMM ikut membangun bangunan fisik yang bisa kita lihat sekarang ini. Belum lagi kehidupan akademik di sana. Itu salah satu bukti berkat tangan dingin beliau. Lalu semenjak tahun 2008 seiring dengan perubahan IAIN cabang -berupa fakultas yang terpisah di berbagai daerah- lalu dijadikan STAIN beliau ikut berkecimpung di dalamnya. Awalnya menjadi Puket 1 lalu diamanahi menjadi Ketua. Padahal waktu pemilihan tidak hadir. Ketika saya tanya memang disengaja tidak hadir agar tidak terpilih. Namun takdir berkata lain. Berupa penunjukan. Jadilah ketua STAIN Malang hingga menjadi Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sekarang ini.
Proses perubahan yang begitu cepat dan banyak orang yang tidak menyangka. Apa mungkin STAIN lalu bisa bermetamorfosis selama 6 tahun lalu kemudian berubah langsung menjadi UIN dan berubah lagi menjadi UIN Maliki.
Ternyata diantara sukses ini melalui perencanaan yang matang. Ada renstra yang dibuat. Begitu juga visi dan misi. Ternyata juga inovasi leader menjadi kunci utama keberhasilan. Apa mungkin seorang bawahan walaupun brilian akan bisa membawa perubahan kalau pimpinannya tidak ok apa bisa jalan?
Proses perubahan sekolah tinggi menjadi universitas biasanya dalam benak orang harus melalui menjadi IAIN dulu. Tidak bisa tiba-tiba. Diawali dengan pembukaan beberapa jurusan umum sebagai bentuk wider mandate. Embrio ini terus berjalan dan berproses. Dengan perjuangan dan pengorbanan yang tidak kenal lelah akhirnya Allah memberi kemudahan. Waktu kali pertama melihat kampus UIN Malang saya tidak percaya apa benar ini kampus PTAI. Karena yang saya baca sebelumnya adalah kampus ini masih seperti SD inpres. Begitu penuturan teman guru satu madrasah yang alumni dari sana. Sekarang bangunannya begitu megah tidak kalah dengan bangunan fisik PTN di negeri ini. Semoga begitu juga aktivitas akademiknya.
Ada hal yang patut di tiru oleh Pak Rektor ini. Yakni dalam hal memberi. Mengapa rukun islam yang kedua relatif bisa dipraktekkan secara massif yakni sholat sedangkan zakat bila bisa optimal. Ternyata salah satu masalahnya adalah kurangnya teladan dari pemimpin. Bila seorang pemimpin tampil di depan memberi contoh maka secara tidak langsung bawahan akan ikut dibelakangnya. Ini disadari betul oleh beliau. Sudah beberapa waktu terakhir hanya mengambil 80% dari gaji. Itu saja yang dibawa pulang. Sedangkan sisanya dimasukkan zakat yang dikelola profesional oleh lembaga zakat kampus. Diantaranya untuk membantu mahasiswa yang kesulitan membayar. Bahkan katanya seluruh tunjangan rektor diberikan semua untuk zakat. Jadi menjadi rektor gratis sedunia.
Yang saya ingat waktu perkuliahan adalah mahasiswa cukup mengikuti tulisan beliau setiap hari di web. Maka sudah dianggap mengikuti perkuliahan. Memang tulisan yang diposting sangat relevan dengan kehidupan. Walau terkadang hal yang biasa, lumrah namun bila dikaji sangat pas dengan keadaan. Dan bahkan bila diterapkan akan menghasilkan lembaga pendidikan Islam yang mumpuni. Sehingga sangat cocok bila dibaca oleh para guru, mahasiswa pendidikan, kepala madrasah, pengawas, pemerhati pendidikan dan sosial. Juga tidak kurang pentingnya bagi agamawan.
Akhirnya dengan perilaku dan berbicara sederhana tersimpan energi besar untuk perubahan. Dan ini ada buktinya. Semoga hal ini bisa menginspirasi para insan madrasah untuk berbenah sehingga membawa kemajuan dan peningkatan kualitas madrasah. Bisa beranjak menjadi berkualitas satu. Bukan kedua atau kesekian. Tidak saja bangunan fisiknya yang megah sehingga dilihat mantap namun juga dibarengi suasana akademik. Sehingga bersama antara peningkatan fisik dan akademik. Muaranya lulusan akan berkualitas. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar