Great man is simple in talks but
awfull in actions. Inilah kira-kira artinya yakni orang besar itu orang yang
sederhana dalam berbicara namun hebat dalam bertindak. Dalam hal ini saya
teringat dengan Prof. Dr. Imam Suprayogo. Saya mengenal beliau ketika kuliah di
IAIN. Dalam memberikan materi perkuliahan bahasanya mudah dicerna, sederhana
sehingga siapapun yang mendengar bisa memahami dengan mudah.
Benar apa yang dikatakan oleh
kanjeng Nabi Muhammad SAW yang artinya kurang lebih berbicaralah sesuai dengan
pemahamaham pendengar. Kadangkala kita berbicara terlalu bersemangat dengan
mengeluarkan segala kemampuan yang dimiliki. Agar orang yang mendengar berfikir
kita orang intelek. Padahal pandangan orang tidak semuanya seperti itu. Malah
dianggap kita tidak tahu diri. Tidak bisa menempatkan diri.
Bila berbicara dengan orang desa
berusaha berbicara dengan sederhana. Bila seorang petani berbicara mengenai
pertanian. Pedagang berbicara mengenai perdagangan. Dan bahasanyapun kalau bisa
sesuai dengan lawan bicara. Agar bisa nyambung. Dan tanpa terasa komunikasi
akan gayeng. Dan ada hikmah yang bisa diambil. Bukankah ilmu bisa didapat dari
mana saja dan kapan saja. Bahkan dari siapapun orangnya. Terkadang dengan naik
becak bisa mendapatkan informasi mengenai kehidupan orang-orang desa. Tukang
becak yang bisa bertahan hidup dengan mengandalkan pendapatan dari hasil becak.
Berangkat pagi hingga sore bahkan ada yang berangkat kerja sehabis magrib dan
pulang pada pagi hari. Namun tetap tegar dalam menghadapi kehidupan. Dengan
kemampuan yang ada bisa menghidupi keluarga bahkan bisa menyekolahkan anak. Itulah
tawakalnya tukang becak.
Walaupun berbicara sederhana
ternyata karya yang dibuat terbilang luar biasa. Bagaimana tidak? Selama 13
tahun berkecimpung di UMM ikut membangun bangunan fisik yang bisa kita lihat
sekarang ini. Belum lagi kehidupan akademik di sana. Itu salah satu bukti
berkat tangan dingin beliau. Lalu semenjak tahun 2008 seiring dengan perubahan IAIN
cabang -berupa fakultas yang terpisah di berbagai daerah- lalu dijadikan STAIN
beliau ikut berkecimpung di dalamnya. Awalnya menjadi Puket 1 lalu diamanahi
menjadi Ketua. Padahal waktu pemilihan tidak hadir. Ketika saya tanya memang
disengaja tidak hadir agar tidak terpilih. Namun takdir berkata lain. Berupa
penunjukan. Jadilah ketua STAIN Malang hingga menjadi Rektor UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang sekarang ini.
Proses perubahan yang begitu
cepat dan banyak orang yang tidak menyangka. Apa mungkin STAIN lalu bisa
bermetamorfosis selama 6 tahun lalu kemudian berubah langsung menjadi UIN dan
berubah lagi menjadi UIN Maliki.
Ternyata diantara sukses ini
melalui perencanaan yang matang. Ada renstra yang dibuat. Begitu juga visi dan misi.
Ternyata juga inovasi leader menjadi kunci utama keberhasilan. Apa mungkin
seorang bawahan walaupun brilian akan bisa membawa perubahan kalau pimpinannya
tidak ok apa bisa jalan?
Proses perubahan sekolah tinggi
menjadi universitas biasanya dalam benak orang harus melalui menjadi IAIN dulu.
Tidak bisa tiba-tiba. Diawali dengan pembukaan beberapa jurusan umum sebagai
bentuk wider mandate. Embrio ini terus berjalan dan berproses. Dengan
perjuangan dan pengorbanan yang tidak kenal lelah akhirnya Allah memberi
kemudahan. Waktu kali pertama melihat kampus UIN Malang saya tidak percaya apa
benar ini kampus PTAI. Karena yang saya baca sebelumnya adalah kampus ini masih
seperti SD inpres. Begitu penuturan teman guru satu madrasah yang alumni dari
sana. Sekarang bangunannya begitu megah tidak kalah dengan bangunan fisik PTN
di negeri ini. Semoga begitu juga aktivitas akademiknya.
Ada hal yang patut di tiru oleh
Pak Rektor ini. Yakni dalam hal memberi. Mengapa rukun islam yang kedua relatif
bisa dipraktekkan secara massif yakni sholat sedangkan zakat bila bisa optimal.
Ternyata salah satu masalahnya adalah kurangnya teladan dari pemimpin. Bila
seorang pemimpin tampil di depan memberi contoh maka secara tidak langsung
bawahan akan ikut dibelakangnya. Ini disadari betul oleh beliau. Sudah beberapa
waktu terakhir hanya mengambil 80% dari gaji. Itu saja yang dibawa pulang.
Sedangkan sisanya dimasukkan zakat yang dikelola profesional oleh lembaga zakat
kampus. Diantaranya untuk membantu mahasiswa yang kesulitan membayar. Bahkan
katanya seluruh tunjangan rektor diberikan semua untuk zakat. Jadi menjadi
rektor gratis sedunia.
Yang saya ingat waktu perkuliahan
adalah mahasiswa cukup mengikuti tulisan beliau setiap hari di web. Maka sudah
dianggap mengikuti perkuliahan. Memang tulisan yang diposting sangat relevan
dengan kehidupan. Walau terkadang hal yang biasa, lumrah namun bila dikaji
sangat pas dengan keadaan. Dan bahkan bila diterapkan akan menghasilkan lembaga
pendidikan Islam yang mumpuni. Sehingga sangat cocok bila dibaca oleh para guru,
mahasiswa pendidikan, kepala madrasah, pengawas, pemerhati pendidikan dan
sosial. Juga tidak kurang pentingnya bagi agamawan.
Akhirnya dengan perilaku dan
berbicara sederhana tersimpan energi besar untuk perubahan. Dan ini ada
buktinya. Semoga hal ini bisa menginspirasi para insan madrasah untuk berbenah
sehingga membawa kemajuan dan peningkatan kualitas madrasah. Bisa beranjak
menjadi berkualitas satu. Bukan kedua atau kesekian. Tidak saja bangunan
fisiknya yang megah sehingga dilihat mantap namun juga dibarengi suasana
akademik. Sehingga bersama antara peningkatan fisik dan akademik. Muaranya
lulusan akan berkualitas. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar