Sukses itulah harapan setiap
orang. Sehingga mau bekerja atau melakukan apapun untuk meraih yang namanya
sukses. Karena satu kata ini pula bisa menghalalkan segala cara. Bahkan
“sikut-sikutan” dan tanpa mempedulikan kalau apa yang dilakukan menabrak norma agama,
kesusilaan, sosial, dan hukum. Pokoknya sukses harus diraih. Dan dianggap inilah
identitas diri. Martabat dan kehormatan ditentukan oleh kesuksesan. Ini yang
dipahami oleh sebagian orang.
Lalu selanjutnya melangkah menuju
aktualisasi diri. Memang menurut Maslow dalam piramida kebutuhan manusia yang
tertinggi adalah aktualisasi diri. Sehingga kebutuhan akan hal ini menjadi
keniscayaan setelah kebutuhan dasar terpenuhi.
Arti sukses sendiri
bermacam-macam sesuai dengan siapa yang memaknai dan dilihat dari sudut pandang
mana. Sukses bagi seorang mahasiswa dintaranya adalah bisa menyelesaikan kuliah
tepat waktu dan langsung bisa bekerja. Untuk bisa menyelesaikan tepat waktu
memang perlu kesungguhan. Kesungguhan untuk serius melaksanakan setiap tahapan perkuliahan.
Dan mengerti arti penting secepatnya selesai. Berarti pula mengerti rencana
setelah ini mau kemana dan mau mengerjakan apa. Hambatan yang terjadi kenapa
perkuliahan molor adalah rasa malas. Malas tidak ingin bersusah payah, ingin
menikmati status sebagai mahasiswa sehingga tidak perlu bekerja karena masih
disuply orang tua, suram melihat masa depan karena persaingan makin ketat.
Melihat dari perspektif ini perlu
kejelian dalam melihat, dalam membaca. Membaca tidak hanya diartikan membaca
buku, majalah, koran. Tetapi juga fenomena yang terjadi di sekeliling, fenomena
ke depan apa yang akan terjadi. Dari hal itu akan ada khayalan ini yang
mempunyai peluang, ini yang akan menjadi peluang. Mengapa pengusaha bisa terus
berkembang bahkan omzetnya melesat jauh karena pandai dalam membaca peluang
bisnis. Para birokrat yang sukses karena bisa membaca kebutuhan rakyatnya. Dan
berusaha melayani apa yang dibutuhkan dan karena itu rakyat menjadi sejahtera. Para
pemimpin pendidikan yang sukses karena bisa membaca ke depan itu kebutuhanannya
adalah bla bla bla. Sehingga bisa memaksimalkan sumber daya yang ada baik sdm,
sarana prasarana yang ada, sumber dana yang ada lalu pengelolaan lembaganya untuk
memajukan lembaga yang dipimpinnya. Artinya seorang pemimpin pendidikan bisa
memprediksi output pendidikan harus berkualifikasi tertentu sehingga bisa
menjadi anak zamannya. Memang disadari yang namanya maju tidak hanya terus
menggenjot bangunan fisik saja namun juga dibarengi dengan kemajuan
akademiknya. Ditopang pula dengan budaya sekolah. Maka akan menghasilkan
peserta didik yang sesuai harapan. Memang disadari adanya bangunan fisik yang
megah membawa kewibawan lembaga. Belum lagi penempatan labalatorium komputer
masak ditempatkan diruangan bocor. Kan tidak mungkin.
Mengapa terjadi resufle kabinet
karena ketidakjelian dalam membaca siapa yang dijadikan pembantu. Sehingga
ditengah jalan perlu diganti karena dirasa kurang memenuhi persyaratan yang
diinginkan. Andaikan sejak awal sudah bisa membaca siapa orangnya yang pas
tentu saja tidak akan terjadi pergantian. Inilah pentingnya membaca. Semoga
kita berusaha memanfaatkan anugerah anggota tubuh sehingga bisa membaca.
Sebagaimana wahyu pertama yang turun
iqra’. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar