Pada hari Sabtu, 18 Pebruari 2012
saya mengikuti kongres I Ikatan Sarjana Nahdlatul ‘Ulama. Bertempat di
Universitas Islam Darul ‘Ulum Sukodadi Lamongan. Seperti biasa penyelenggaraan
acara serupa baik itu munas, konbes, kongres, muktamar acaranya berlangsung
ramai. Peserta dari berbagai daerah di Indonesia hadir. Tepatnya ada 15 wilayah
yang hadir dan 30 cabang yang hadir. Termasuk dari Nganjuk. Direncanakan acara
ini berlangsung dari tanggal 18-19 Pebruari 2012.
Nganjuk sendiri mengirimkan 5
peserta. Sebenarnya bila dicerna banyak sekali acara yang bisa diikuti oleh
nahdliyin. Mulai dari kalangan remaja dengan IPNU-IPPNU, lalu pemuda ada GP
Ansor NU dan Fatayat NU, bagi ibu-ibu bisa berkiprah di Muslimat NU dan
bapak-bapak bisa di Nahdlatul ‘Ulama. Belum lagi badan otonom lain baik
berlatar belakang profesi maupun latar belakang pendidikan. Misalnya ada
Pergunu (Persatuan Guru NU), Sarbumusi (Serikat Buruh Muslimin Indonesia), ISNU
(Ikatan Sarjana NU), Jatman (Jamiah Thariqah Muktabarah an-Nahdliyah), Jamqur
(Jamiah Qurra’ wal Huffadz), Pagar Nusa (pencak silat), lalu ada juga RMI
(asosiasi pondok pesantren). Selain itu ada juga lembaga dan lajnah yang
dibentuk untuk ikut melaksanakan beberapa program spesifik NU misalnya ada LKK
(lembaga kemaslahatan keluarga), lakpesdam (lembaga kajian dan pengembangan
sumberdaya manusia), ltn (lembaga penerbitan), lbm (lembaga bahsul masail), lpnu
(lembaga perekonomian nu), lesbumi (lembaga seni dan budaya muslimin
indonesia), lazisnu (lembaga zakat, infak dan sedekah), lembaga ma’arif yang
mengurusi pendidikan, lembaga yang mengurusi pertanian, ada juga yang mengurusi
hisab dan rukyat, dan masih ada juga yang lain. Tentunya semuanya membutuhkan
sdm yang pas dan mumpuni untuk membesarkan lembaga. Di sisi lain juga untuk
meningkatkan kapasitas dan kompetensi dari nahdliyin dalam melaksanakan
pengabdian terhadap organisasi ulama yakni nahdlatul ‘ulama.
Kalau
melihat dari segi kuantitatif semua lembaga tadi membutuhkan pengurus dari
level nasional, provinsi hingga kabupaten. Sedang badan otonom dari level
nasional hingga kecamatan dan desa. Bahkan di NU sendiri sekarang ini ada
kepengurusan anak ranting. Jadi satu ranting tingkatan desa terdiri dari
beberapa pengurus anak ranting. Sehingga dalam memilih pengurus ranting
dilakukan dalam konferensi ranting yang dihadiri oleh anak ranting. Tentunya
semua itu membutuhkan jumlah pengurus yang tidak sedikit.
Kongres ISNU I ini selain untuk
memilih pengurus pusat yang baru juga dimeriahkan dengan khitanan massal,
festival rebana dan seminar nasional. Pada sesi seminar para petinggi negeri
ini bisa hadir. Mulai dari ketua MK, Prof. Dr. Mahfudz MD lalu ketua DPR Marzuki
Ali, juga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. M. Nuh. Dengan
dimoderatori oleh Prof. Kacung Marijan acara berlangsung gayeng banyak
informasi dan wawasan baru yang bisa diperoleh.
Diantaranya masalah politik,
politik uang, pendidikan karakter, konstitusi, urgensi parpol dan gerakan
politik. Keberadaan ISNU sendiri dimaksudkan untuk menghimpun para sarjana NU
yang berserak dan sekarang ini berjumlah ribuan agar bisa berkiprah, bermanfaat
dan memberikan pengabdian kepada umat, bangsa dan negara. Laksana sapu lidi.
Kalau hanya satu lidi saja untuk membersihkan tidak bisa maksimal. Namun bila
ada segepok yang disatukan lalu diikat maka akan menjadi satu kekuatan yang
dahsyat. Begitulah kiranya maksud keberadaannya.
Bila melihat para sarjana NU sudah
banyak sekali. Dan itupun dari berbagai latar belakang keilmuan. Bahkan bila
merunut dari tulisan Cak Nur pasca tahun ‘90an NU panen sarjana. Sedang Pak
Imam Suprayogo mengatakan pasca tahun 2000 NU panen doktor. Banyak sekali kader
NU yang sudah selesai pendidikan doktornya dari perguruan tinggi dalam dan luar
negeri. Ini sebuah kebanggaan tersendiri. Mengingat NU dicap sebagai gerakan
masyarakat tradisional yang suka “sarungan”. Namun faktanya sekarang sudah
tercerahkan. Dan siap berkiprah ditengah-tengah masyarakat.
Dengan modal sosial yang begitu
besar dan melihat antusiasme peserta yang tinggi dalam mengikuti acara semoga
ISNU semakin bisa berkiprah di segala lini kehidupan berlandaskan ajaran
ahlussunnah wal jamaah an-Nahdliyah. Apalagi sudah terpilih kader NU yang sudah
teruji di pentas nasional yakni duet Prof. Dr. Mahfud MD dan Dr. Ali Maskur.
Masing-masing berkapasitas sebagai Ketua Dewan Pembina dan Ketua Umum PP ISNU.
Kapasitas Ketua MK dan anggota BPK ini diharapkan dapat membawa angin segar dan
perubahan mendasar dalam tubuh para sarjana nahdliyyin. Yang sebelumnya masih
setingkat provinsi terutama di Jawa Timur. Ini bisa dimaklumi karena keberadaan
ISNU yang sebelumnya bernama FOSSNU (forum silaturahmi sarjana NU) lahir di
Surabaya di bawah komandan Prof. Abu Amar. kemudian baru diakui dan ditetapkan
sebagai banom dalam muktamar NU di Kediri. jadi masih sebenarnya ISNU masih
dalam tahap pemantapan organisasi. Akhiran, Semoga Munas I ini selain
menghasilkan kepengurusan baru, juga program kerja dan rekomendasi untuk
ditindaklanjuti oleh stakeholder yang berkepentingan. Tentu saja kiprah nyata
ISNU ke depan. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar