Sabtu, 03 Desember 2011

Sedikit Catatan Mengenai Kitab Samawi


Allah menurunkan beberapa kitab suci untuk memberi petunjuk kepada umat manusia. Adapun dikenal dengan kitab samawi –berasal dari kata samawat yang berarti langit- oleh karena berasal dari Allah yang Maha Tinggi.
Mempercayai adanya kitab-kitab Allah merupakan hal yang wajib bagi seorang muslim. Karena menjadi salah satu rukun iman. Dikatakan orang mukmin bila mempercayai adanya kitab-kitab  yang diturunkah Allah kepada para nabi dan rasul terpilih.
Adapun kitab samawi adalah kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as, kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud as, Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa as, dan kitab al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Selain kitab-kitab tersebut di atas Allah juga menurunkan shuhuf kepada beberapa nabiNya. Persamaannya adalah keduanya sama-sama kumpulan wahyu yang berasal dari Allah. Sedang perbedaan antara kitab dan shuhuf adalah sebagai berikut: kitab secara bahasa berarti tulisan. Sedang dilihat dari segi istilah adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada rasul-Nya untuk disampaikan kepada umatnya sebagai petunjuk dan pedoman hidup.
Shuhuf berarti lembaran. Menurut istilahnya adalah wahyu yang disampaikan kepada rasul, akan tetapi tidak wajib disampaikan kepada manusia. Dalam al-Qur’an terdapat lebih dari 198 ayat yang menyebutkan wahyu dengan istilah kitab dan 6 ayat dengan istilah shuhuf.
Mengenai cara turunnya kitab suci ada sedikit perbedaan. Bila kitab Taurot, Zabur dan Injil turun sekaligus dalam bentuk buku ada tulisannya tanpa diberitahu cara membacanya dan bisa dipegang tangan. Mengenai turunnya kitab Taurot didahului Nabi Musa as ngebleng selama 40 hari 40 malam. Lalu turunlah wahyu itu di bukit Tursina. Begitu pula kitab Zabur dan Injil. Diterima dibuka dan dibaca sendiri.
Al-Qur’an berbeda. Wahyu turun sedikit-sedikit sesuai kebutuhan. Wahyu pertama adalah surat al-alaq ayat 1-5 di Gua Hira’ yang dibawa oleh Malaikat Jibril dengan bentuk aslinya. Kanjeng Nabi Muhammad –waktu itu sedang bertahannus dan belum diangkat menjadi Nabi- gemetaran. Waktu itu usia Nabi sekitar 40 tahun. Dan sering menyendiri di gua tersebut seraya berpikir keadaan masyarakat Mekkah waktu itu.
Wahyu turun via lesan. Bukan tulisan. Jadi wahyu dibacakan dan tidak ada tulisannya. Dan secara keseluruhan berupa bacaan. Ada asumsi mengapa tidak dalam bentuk tulisan adalah karena kitab-kitab sebelumnya turun dalam bentuk tulisan namun setelah itu diselewengkan isinya juga diperkuat bahwa masyarakat Arab mempunyai daya hafalan yang hebat. Hingga cerita-cerita sejarah nenek moyang masih diingat dengan baik. Melalui tradisi lesan inilah budaya perang dan syair diturunkan kepada generasi  berikutnya.
Setelah keseluruhan isi al-Qur’an selesai diturunkan maka Malaikat Jibril datang bertemu Kanjeng Nabi untuk membacakan al-Qur’an dan mengurutkan ayat dan surat dari awal hingga akhir seperti al-Qur’an aslinya. Bahkan ada yang mengatakan pada tahun terakhir kenabian Malaikat Jibril datang dua kali untuk menyimak bacaan al-Qur’an Nabi. Ada sahabat yang pernah mengikuti hal tersebut yakni sahabat Zaid bin Tsabit. Jadi sahabat inilah yang menjadi saksi urutan bacaan al-Qur’an  seperti yang kita baca sekarang ini.
Jadi itulah jawaban bila ada pertanyaan mengapa wahyu  yang turun pertama kali adalah surat al-alaq dan surat al-maidah yang terakhir kok urutan mushaf utsmani sekarang ini surat pertama adalah surat al-fatihah diakhiri dengan surat an-nas. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar