Allah menurunkan beberapa kitab
suci untuk memberi petunjuk kepada umat manusia. Adapun dikenal dengan kitab
samawi –berasal dari kata samawat yang berarti langit- oleh karena berasal dari
Allah yang Maha Tinggi.
Mempercayai adanya kitab-kitab
Allah merupakan hal yang wajib bagi seorang muslim. Karena menjadi salah satu
rukun iman. Dikatakan orang mukmin bila mempercayai adanya kitab-kitab yang diturunkah Allah kepada para nabi dan
rasul terpilih.
Adapun kitab samawi adalah kitab
Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as, kitab Zabur diturunkan kepada Nabi
Daud as, Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa as, dan kitab al-Qur’an
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Selain kitab-kitab tersebut di
atas Allah juga menurunkan shuhuf kepada beberapa nabiNya. Persamaannya adalah
keduanya sama-sama kumpulan wahyu yang berasal dari Allah. Sedang perbedaan
antara kitab dan shuhuf adalah sebagai berikut: kitab secara bahasa berarti
tulisan. Sedang dilihat dari segi istilah adalah wahyu yang diturunkan oleh
Allah kepada rasul-Nya untuk disampaikan kepada umatnya sebagai petunjuk dan
pedoman hidup.
Shuhuf berarti lembaran. Menurut
istilahnya adalah wahyu yang disampaikan kepada rasul, akan tetapi tidak wajib
disampaikan kepada manusia. Dalam al-Qur’an terdapat lebih dari 198 ayat yang
menyebutkan wahyu dengan istilah kitab dan 6 ayat dengan istilah shuhuf.
Mengenai cara turunnya kitab suci
ada sedikit perbedaan. Bila kitab Taurot, Zabur dan Injil turun sekaligus dalam
bentuk buku ada tulisannya tanpa diberitahu cara membacanya dan bisa dipegang
tangan. Mengenai turunnya kitab Taurot didahului Nabi Musa as ngebleng selama
40 hari 40 malam. Lalu turunlah wahyu itu di bukit Tursina. Begitu pula kitab
Zabur dan Injil. Diterima dibuka dan dibaca sendiri.
Al-Qur’an berbeda. Wahyu turun
sedikit-sedikit sesuai kebutuhan. Wahyu pertama adalah surat al-alaq ayat 1-5
di Gua Hira’ yang dibawa oleh Malaikat Jibril dengan bentuk aslinya. Kanjeng
Nabi Muhammad –waktu itu sedang bertahannus dan belum diangkat menjadi Nabi-
gemetaran. Waktu itu usia Nabi sekitar 40 tahun. Dan sering menyendiri di gua
tersebut seraya berpikir keadaan masyarakat Mekkah waktu itu.
Wahyu turun via lesan. Bukan
tulisan. Jadi wahyu dibacakan dan tidak ada tulisannya. Dan secara keseluruhan
berupa bacaan. Ada asumsi mengapa tidak dalam bentuk tulisan adalah karena
kitab-kitab sebelumnya turun dalam bentuk tulisan namun setelah itu diselewengkan
isinya juga diperkuat bahwa masyarakat Arab mempunyai daya hafalan yang hebat. Hingga
cerita-cerita sejarah nenek moyang masih diingat dengan baik. Melalui tradisi
lesan inilah budaya perang dan syair diturunkan kepada generasi berikutnya.
Setelah keseluruhan isi al-Qur’an
selesai diturunkan maka Malaikat Jibril datang bertemu Kanjeng Nabi untuk
membacakan al-Qur’an dan mengurutkan ayat dan surat dari awal hingga akhir
seperti al-Qur’an aslinya. Bahkan ada yang mengatakan pada tahun terakhir
kenabian Malaikat Jibril datang dua kali untuk menyimak bacaan al-Qur’an Nabi.
Ada sahabat yang pernah mengikuti hal tersebut yakni sahabat Zaid bin Tsabit.
Jadi sahabat inilah yang menjadi saksi urutan bacaan al-Qur’an seperti yang kita baca sekarang ini.
Jadi itulah jawaban bila ada
pertanyaan mengapa wahyu yang turun
pertama kali adalah surat al-alaq dan surat al-maidah yang terakhir kok urutan
mushaf utsmani sekarang ini surat pertama adalah surat al-fatihah diakhiri
dengan surat an-nas. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar