Selasa, 29 November 2011

Karomah dan Medan Magnet


Seseorang jika ingin meraih kesuksesan maka perlu mengikatkan diri dengan sesuatu. Bila ingin menjadi guru yang baik maka harus menjalani pendidikan keguruan dan mengajar di suatu lembaga pendidikan. Ini dikandung maksud agar mempermudah pembinaan selanjutnya. Bila ingin menjadi seorang pengusaha agar terus terasah jiwa bisnisnya maka perlu menggabungkan diri dengan komunitas pengusaha. Begitu juga seorang ahli ilmu atau para pencari ilmu harus mempunyai komunitas sepadan agar ada sharing dan target-target yang harus dicapai sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Komunitas ini penting untuk saling mengingatkan.
Kelompok orang sufi juga begitu. Agar wirid dan ibadahnya terjaga maka perlu mengikatkan diri –rabithah- dengan kelompok yang sama. Diantaranya yaitu mengikuti thariqah. Sebagaimana disitir dalam al-Qur’an:

وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لأسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا (١٦)
16. dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak).

Mengenai thariqah ada mufassir yang memaknai dengan jalan Islam. Namun bagi ulama tasawuf thariqah disini bermakna istikomah dengan thariqahnya masing-masing. Tentu saja dalam hal ibadah. Balasan bagi yang berthariqah adalah laasqainaahum. La-nya adalah lam tauhid. Yang berarti adalah pasti akan diberi air yang segar (rizki yang banyak). Memang ada hubungan yang signifikan antara dzikir dan rizki. Semakin banyak dzikir akan berpengaruh dengan berlimpahnya rizki.
Thariqah disini ada manfaat banyak yang bisa diperoleh. Ada guru yang disebut dengan mursyid yang bertanggungjawab atas murid –jamaah thariqah. Baik mengenai ibadahnya di dunia ini hingga di akhirat. Pembinaan terus dilakukan. Diantaranya ada kegiatan rutin bersama tiap pekan sekali juga ritual selapanan. Dalam keseharian biasanya setelah sholat maktubah biasanya jamaah tidak langsung pulang. Namun wiridan terlebih dahulu. Wirid disini Diartikan dari kata wirdu yang artinya keluar. Dilaksanakan secara berulang-ulang dengan istikomah.
Istikomah sepadan dengan kata konsisten dan komitmen. Konsisten berarti ‘ajek’. Misalnya orang berwudhu. Maka rukun dan syaratnya tetap seperti itu dan akan dilakukan lagi selanjutnya seperti ketentuan yang ada. Jadi bermakna tetap. Lalu komitmen mengarah pada keinginan hati. Para ahli sufi mengatakan bahwa al-istiqomatu khoirun min alfi karomah. Bahwa istikomah itu lebih baik dari seribu keramat.
Bila mengikuti thariqah ada ritual yang dijalankan tiap bakda shalat maktubah. Contoh seperti thariqah qadiriah wa naqsabandiyah membaca la ilaha illallah sebanyak 165x dengan jahr. Lalu dilanjutkan membaca Allah sebanyak 1000x dengan sirri. Tentu saja ada cara tersendiri. Mengenai hal ini mungkin akan ada yang bertanya mengapa untuk berdzikir harus ditentukan jumlah dan waktunya? Bukankah dengan sebanyak mungkin dan kapanpun bisa tanpa harus dibatasi bahkan mungkin ini menjadi lebih baik. Hal tersebut memang benar dan tidak salah. Dalam arti berdzikir sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah -taqaruban ilallah. Semakin banyak semakin baik. Maka akan bisa menuntun pribadi yang melakukannya menjadi lebih baik.
Ternyata hidup ini perlu keteraturan. Dengan teratur itu maka target yang diraih akan lebih pasti tergapai. Dengan jumlah bacaan yang sudah ditentukan dan metode yang pakem diharapkan akan sampai wushul. Akan sampai tujuan yang diharapkan. Karena ini sudah terjadi dan sudah terbukti pula. Dengan kata lain sudah teruji keampuhannya. Dengan hal tersebut berlangsung ajek dan konsisten maka akan terpancar karomah dengan sendirinya.
Secara metafisika atau mistis bahwasanya istikomah itu ibarat cahaya. Yang akan menerangi manusia di area kegelapan. Di alam barzah juga di akhirat. Dan manusia pasti akan membutuhkan cahaya itu. Ilustrasi mudahnya adalah sebagai berikut. Listrik dihasilkan oleh generator. Bila kumparan generator dengan ajek berputar dan dalam tempo yang konstan maka akan menghasilkan listrik yang stabil. Bila ini terjadi maka listrik akan menerangi desa-desa yang selama ini masih gelap.
Lalu bagaimana hubungan antara istikomah dengan medan magnet? Buah dari istikomah hasilnya luar biasa. Bila seorang pengusaha maka ia menjadi jujugan dari para konglomerat. Strategi pemasaran dan bisnisnya menjadi yang ditunggu di kalangannya. Bila ia seorang ahli tasawuf maka banyak murid yang berbaiat kepadanya. Jika menjadi seorang dai maka perkataanya bisa menghipnotis jamaah untuk larut dari setiap ucapannya dan akan mengikuti fatwa yang telah disampaikan. Maka semakin istikomah seseorang berdzikir -dengan hitungan yang telah ditetapkan- maka akan memperjelas seberapa luas medan magnet dirinya. Dengan kata lain seberapa besar karomahnya bisa menarik orang dalam dakwah Islam. Wallahu a’lam bi al shawab. 

Inti sari dari pengajian Dr. KH. Harisudin Aqib pada acara selapan hari Ahad tanggal 25 Nopember 2011 di Pondok Pesantren Daru Ulul Albab kelutan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar