Rabu, 21 Desember 2011

Sakit Ternyata Merepotkan


Allah menciptakan segala sesuatu serba berpasangan. Ada siang-malam, jantan-betina, laki-laki perempuan, benang sari-putik, bahagia-sedih, kaya-miskin, susah-senang, luas-sempit, sehat-sakit, tua-muda, mukmin-kafir, surga neraka dan masih banyak lagi yang lain. Kiranya itu semua tidak kebetulan namun sudah by design Allah. Dan sebagaimana dijelaskan bahwa alam semesta ini diciptakan untuk manusia sebagai khalifah fil ardh. Manusia menjadi pemimpin, mengelola, memanfaatkan untuk kesejahteraannya.
Lalu sebagai manusia ada  ada dua sisi yang perlu dipilih. Misalnya ada keadaan berilmu atau sebaliknya bodoh. Kalau ingin menjadi manusia yang berguna haruslah menuntut ilmu. Atau memilih menjadi sampah masyarakat ya tidak usah bersusah payah mencari ilmu. Sebenarnya dengan berilmu banyak sekali manfaat yang bisa diraih tentu saja akhir dari muara itu untuk mendapat ridha Allah akhirnya memperoleh kebahagiaan di kehidupan selanjutnya.
Manusiawi juga bila suatu saat diberi anugerah sakit. Sakit ada yang mengatakan sebagai cobaan ada juga yang memaknai sebagai anugerah. Cobaan karena memang keadaan sakit tidak mengenakkan. Mau beraktivitas terganggu, mau bergaul tidak bisa bebas seperti ketika masih sehat, belum lagi merasakan sakit. Bila dirasakan pokoknya tidak enak dan sekali tidak enak. Karena sakit maka harus berobat. Berobat berarti mengeluarkan uang. Masih enak kalau mempunyai simpanan uang, atau punya asuransi kesehatan bila tidak wah bagaimana berobatnya. Bagaimana lagi kalau saudara kita yang tidak punya sakit? Pastilah sangat bingung pikirannya. Inginnya cepat sembuh namun apa daya tidak ada sarana untuk berobat. Makanya ada guyonan orang miskin dilarang sakit. Karena bila sakit kemampuan untuk berobat sangatlah berat. Apalagi jenis penyakitnya aneh dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Ada yang memaknai anugerah bila bisa menyadari bahwa Gusti Allah masih mencoba hambanya yang disayang dengan sakit. Apakah masih bisa bersyukur apa tidak. Banyak bukti dalam sejarah tentang hal ini. Nabi Ayub AS diberi cobaan sakit yang tidak sebentar tapi bertahun-tahun. Awalnya dalam keadaan kaya, sehat namun seiring dengan sakitnya kekayaan yang ada digunakan untuk berobah hingga habis. Bahkan diceritakan sampai harus memotong rambut untuk dijual agar bisa makan. Belum lagi penderitaan isteri dan putra-putranya. Namun Sang Nabi masih bisa mensyukurinya. Buktinya beribadahnya makin intensif. Hingga pada akhirnya diberi kesembuhan juga. Tepat di tanggal 10 Muharram.
Penyebab sakit adalah perut. Maksudnya isi dalam perut. Bila bisa menahan dan selektif apa yang boleh dan tidak dimasukkan insya Allah bisa sehat. Buktinya Kanjeng Nabi sangat jarang sakit. Menerima sakit ketika beliau menjelang wafat. Kuncinya makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang. Dan untuk bisa seperti ini memang perlu proses dan istikomah. Ada orang yang terindikasi tekanan darah tinggi dan diabetes sehingga harus kontrol tiap bulan. Namun oleh karena kesibukan lupa dan pola makannya tidak teratur. Ketika bertamu makan daging kambing dan sehari sebelumnya makan sayur daun singkong langsung saja kambuh akhirnya masuk rumah sakit. Bila bisa mengontrol makanan yang dimakan maka hasilnya luar biasa. Ada teman yang bisa melaksanakan seperti itu dan alhamdulillah lebih sehat dibanding dengan teman seusianya. Teman-temannya terkena stroke, kencing manis, darah tinggi, dan sejenisnya. Alhamdulillah beliaunya ini wajahnya kelihatan masih muda dan bila sakit ya sakit ringan saja misalnya flu dan batuk. Jadi apa yang dicontohkan Kanjeng Nabi sejak 1400 tahun yang lalu masih pas untuk dilaksanakan bagi kita umatnya.
Bila difikir sakit ternyata memang merepotkan. Merepotkan anggota keluarga karena harus mondar-mandir ke rumah sakit belum lagi masing-masing anggota keluarga harus tetap beraktivitas. Apalagi bila jarak rumah sakit dan rumah lumayan jauh menjadi beban tersendiri. Namun juga ada sisi merekatkan keluarga dan persaudaraan. Anggota keluarga datang berkunjung sebagai bentuk perhatian, dan mendoakan. Selanjutnya tinggal memilih makna sakit yang mana? Lalu menyesuaikan dilihat dari sudut pandang mana? Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar