Ketika berangkat kerja
iseng-iseng saya mendengar radio. Ada banyak wawasan baru yang bisa di dengar.
Mulai dari masalah politik, pemerintahan, sosial, ekonomi, pendidikan dan
lainnya. Kebetulan sinyal frekwensi lumayan baik. Dari radio lokal Nganjuk
saja.
Dari pembicaraan yang ada
diantaranya adalah perilaku remaja kita. Kelihatan sudah jauh berbeda
perilakunya. Apalagi yang tingga di kota besar. Ini terjadi di Surabaya. Mulai dari
traffiking, menjadi germo temannya sendiri, tawuran, free sex, ayam abu-abu hingga
yang hangat tadi adalah dua pelajar SMA yang menjadi bandar judi online yang
beromzet puluhan juta rupiah. Sebuah hal yang mencengangkan banya pihak.
Kita patut prihatin dengan hal
tersebut. Bila ditilik dari asal lembaga pendidikannya maka bisa diketahui
bahwa itu produk dari sekolah bukan dari madrasah. Insan madrasah bisa bernafas
agak lega dalam hal ini. Namun pada dasarnya hal itu juga bisa merembet pada
siswa madrasah. Lembaga pendidikan dibentuk dan digunakan untuk mencetak
karakteristik peserta didik yang beriman dan berguna untuk masa depan bangsa.
Lembaga pendidikan tidak hanya
menghasilkan output yang pintar secara akademik namun juga bisa “ngerti”. Ngerti
dalam arti bisa menempatkan dirinya sebagai anggota masyarakat yang baik dan
berguna. Jadi dalam pembelajaran tidak hanya dijejali ilmu pengetahuan saja
sebanyak-banyaknya namun juga bagaimana kepribadiannya diasah, diasah juga
spritualnya sehingga bisa nyambung antara dirinya dengan al-khaliq, sesama
manusia dan alam sekitarnya. Ini penting dipahami. Begitu juga keteladanan. Posisi
guru tidak hanya transfer of knowledge saja. Namun ada juga transfer
kepribadian. Guru bisa dijadikan modelling, panutan peserta didik. Guru yang “di
gugu dan ditiru”. Dan inilah yang sulit.
Fasilitas yang memadai tidak
menjadi jaminan outputnya pasti baik. Sebagai pembanding pondok pesantren yang
fasilitasnya apa adanya namun ternyata hasilnya membanggakan. Setelah diteliti
diantaranya adalah pengaruh dari keteladan kiai yang cocok antara yang
didawuhkan dengan apa yang dikerjakan. Lalu pengaruh sholat lima waktu
berjamaah. Memang di pondok pesantren sholat lima waktu wajib dikerjakan dengan
berjamaah. Oleh karena seperti ini pertolongan Allah diberikan kepada orang
yang merawat sholatnya.
Membentuk out put pendidik yang
pinter dan ngerti ini adalah PR besar lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan
tingkatan apapun. Jadi apabila kedua hal tersebut bisa dilaksanakan maka tidak
ayal lagi suasana kehidupan berbangsa dan bernegara akan semakin kondusif. Dan akhirnya
bisa mengurangi keruwetan dalam kehidupan. Bila ini terjadi kehidupan yang
diidam-idamkan akan tergapai. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar