Rabu, 23 November 2011

Pinter dan Ngerti


Ketika berangkat kerja iseng-iseng saya mendengar radio. Ada banyak wawasan baru yang bisa di dengar. Mulai dari masalah politik, pemerintahan, sosial, ekonomi, pendidikan dan lainnya. Kebetulan sinyal frekwensi lumayan baik. Dari radio lokal Nganjuk saja.
Dari pembicaraan yang ada diantaranya adalah perilaku remaja kita. Kelihatan sudah jauh berbeda perilakunya. Apalagi yang tingga di kota besar. Ini terjadi di Surabaya. Mulai dari traffiking, menjadi germo temannya sendiri, tawuran, free sex, ayam abu-abu hingga yang hangat tadi adalah dua pelajar SMA yang menjadi bandar judi online yang beromzet puluhan juta rupiah. Sebuah hal yang mencengangkan banya pihak.
Kita patut prihatin dengan hal tersebut. Bila ditilik dari asal lembaga pendidikannya maka bisa diketahui bahwa itu produk dari sekolah bukan dari madrasah. Insan madrasah bisa bernafas agak lega dalam hal ini. Namun pada dasarnya hal itu juga bisa merembet pada siswa madrasah. Lembaga pendidikan dibentuk dan digunakan untuk mencetak karakteristik peserta didik yang beriman dan berguna untuk masa depan bangsa.
Lembaga pendidikan tidak hanya menghasilkan output yang pintar secara akademik namun juga bisa “ngerti”. Ngerti dalam arti bisa menempatkan dirinya sebagai anggota masyarakat yang baik dan berguna. Jadi dalam pembelajaran tidak hanya dijejali ilmu pengetahuan saja sebanyak-banyaknya namun juga bagaimana kepribadiannya diasah, diasah juga spritualnya sehingga bisa nyambung antara dirinya dengan al-khaliq, sesama manusia dan alam sekitarnya. Ini penting dipahami. Begitu juga keteladanan. Posisi guru tidak hanya transfer of knowledge saja. Namun ada juga transfer kepribadian. Guru bisa dijadikan modelling, panutan peserta didik. Guru yang “di gugu dan ditiru”. Dan inilah yang sulit.
Fasilitas yang memadai tidak menjadi jaminan outputnya pasti baik. Sebagai pembanding pondok pesantren yang fasilitasnya apa adanya namun ternyata hasilnya membanggakan. Setelah diteliti diantaranya adalah pengaruh dari keteladan kiai yang cocok antara yang didawuhkan dengan apa yang dikerjakan. Lalu pengaruh sholat lima waktu berjamaah. Memang di pondok pesantren sholat lima waktu wajib dikerjakan dengan berjamaah. Oleh karena seperti ini pertolongan Allah diberikan kepada orang yang merawat sholatnya.
Membentuk out put pendidik yang pinter dan ngerti ini adalah PR besar lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan tingkatan apapun. Jadi apabila kedua hal tersebut bisa dilaksanakan maka tidak ayal lagi suasana kehidupan berbangsa dan bernegara akan semakin kondusif. Dan akhirnya bisa mengurangi keruwetan dalam kehidupan. Bila ini terjadi kehidupan yang diidam-idamkan akan tergapai. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar