- - Rajin
bersilaturahmi. Kemanapun berupaya untuk mampir ke teman atau kenalan. Hanya
niat silaturahim saja. Jangan diembel-embeli hasrat tertentu. Terkadang bila
ada keinginan maka pembicaraan akan kering dan tidak mendapatkan apa-apa. Lebih
baik lagi membuat janji dulu. Bisa SMS atau di telpon langsung. Bila ada waktu
dan berkenan menerima maka mampir bila tidak minimal say hello. Bukankah dalam
ajaran agama kita dianjurkan untuk memupuk tali silaturahim. Bila ini
dikerjakan akan banyak sekali manfaatnya. Selain mendapat rizki juga umur yang
panjang dan barokah.
- - Tekad
dulu. Apapun cita-cita boleh diimpikan. Dan memang harus punya. Maka sangat
tepat seperti peta hidup yang dibuat Fahri dalam film AAC. Kapan harus selesai
kuliah, kegiatan apa yang harus dikerjakan, kapan harus menikah. Untuk
menggapai angan-angan ada aspek yang dipunyai: tekad, modal dan koneksi. Apa
harus semuanya? Pada dasarnya ya. Karena ketiganya memang berhubungan erat
sekali. Namun setidak-tidaknya ada salah satu dan selainnya bisa diakali. Namun
dari ketiganya terlihat harus tekad yang utama. Ada orang yang ingin membuka
usaha. Oleh karena tekad sudah bulat maka dimulailah usaha itu. Dengan modal
menjual sepeda motor digunakan sebagai modal usaha. Untuk transportasi
menggunakan sepeda angin. Untuk pemasaran menggunakan teman-teman sekolahnya,
teman-teman pondoknya, tetangganya, teman-teman kuliahnya. Dijalani hal
tersebut. Untuk menambah modal, ia menawarkan proposal kepada teman-temannya.
Oleh karena semangat menyala-nyala ada satu dua teman yang mau mendanai
usahanya. Jadilah usahanya berkembang.
- - Begitu
pula tekad kuliah. Ada seorang alumni pesantren. Kemampuan prestasinya
terbilang biasa-biasanya. Baik ketika di sekolah formal maupun ketika mondok.
Hanya kelihatannya berusaha masuk setiap hari. Bila tidak masuk rasanya ada
yang hilang. Itu dilakoni hingga sekolah dan madrasah diniyahnya selesai sesuai
jadwal waktunya. Lalu menikah. Menikahnyapun waktu itu belum bekerja. Hanya
tekad saja dan husnudzhan Allah akan membuka jalan kehidupan. Jadilah menikah.
Kehidupan dijalani dengan beraktivitas sesuai kemampuan yang ada. Ketika sudah
mempunyai anak satu ada keinginan kuat untuk melanjutkan kuliah. Karena tidak
ada uang untuk membayar SPP terpaksa meminjam kepada guru dan kiainya. Entah
apa yang difikirkannya waktu itu. Kok ternyata ketika silaturahmi dan
mengutarakan maksudnya diberi jalan. Subhanallah. Untuk menghemat biaya kos
lalu santri ini tinggal di kantor organisasi mahasiswa. Hingga kuliah selesai
dan sesudah anak keduanya lahir lalu mendapat rahmat dari Allah diangkat
menjadi guru. Setelah itu nekad membuat rumah. Alhamdulillah jadi seperti
teman-temannya. Dan ketika anak sudah lahir ketiga mempunyai mobil. Dengan
pertimbangan untuk memudahkan silaturahmi ke orang tua dan mertua. Kan, tidak
mungkin. Hal ini terjadi bila tidak ada
tekad untuk merubah diri. Jadi yang ada perubahanlah yang abadi. Siapa yang
tidak mau berubah akan ditelan zaman.
Wallahu
a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar