Selasa, 18 Oktober 2011

Telur, Wortel dan Kopi


Kehidupan terus berjalan. Dari detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan tahun. Terus berjalan seperti perputaran jarum jam. Kehidupanpun tidak statis. Namun dinamis. Ada yang di atas, di tengah, di bawah. Begitu juga dalam kehidupan pejabat. Ada yang diangkat, dirotasi, bahkan dilengserkan. Seperti kehidupan seorang menteri. Menteri adalah jabatan politis. Yang setiap saat harus siap untuk diberhentikan. Begitu kira-kira ucapan Yusril Ihza Mahendra. Yang hanya menjadi menteri selama 2 tahun pada KIB 1. Padahal dia disinyalir sebagai menteri utama. Kebetulan hari-hari ini adalah proses resuffle kabinet KIB 2.
Ketika dijaman pergerakan mahasiswa proses regenarasi kepemimpinan adalah suatu keniscayaan. Tidak bisa lama periode kepengurusan. Rata-rata setahun. Mengapa dipilih setahun? Jawabannya oleh karena mahasiswa adalah manusia setengah dewasa. Apa-apanya bisa dipikir dan dikerjakan. Apalagi mahasiswa adalah kategori berlatar belakang intelektual. Jadi hanya butuh satu tahun sudah cukup untuk melaksanakan program yang diamanahkan.
Ketika maju menjadi calon pemimpin organisasi ada tiga tipe aktivis. Diantaranya sebagai berikut:
Telur
Pembawaannya lentur, elestis, bisa membaur. Itu terlihat sebelum proses pemilihan. Dengan anak buah dan kolega cair bisa kelihatan bekerjasama. Namun setelah pemilihan dan terpilih kelihatan bentuk aslinya. Sak klek, sok disiplin, egois. Tipe aktivis seperti telur. Ketika masih mentah sebelum menjadi pimpinan kelihatannya bisa cair dan membaur dengan koleganya. Namun telur berubah menjadi kaku setelah di masak.  
Wortel
Ada juga aktivis yang berpendirian teguh, berpegang prinsip yang ideal, keinginan yang menggebu-gebu untuk memajukan organisasi. Setelah terpilih menjadi pimpinan semangat itu luntur. Tidak ada aktivitas yang dilakukan. Lemah dalam gerakan. Kelihatan hilang semangatnya untuk melakukan kerja-kerja organisasi. Malah dipermainkan orang karena tidak berpendirian atau juga senang mempermainkan orang lain. Sudah tidak berpikir lagi bagaimana memajukan organisasi yang dipimpinnya. Inilah tipe aktivis seperti wortel. Ketika masih mentah tegar, segar, penuh semangat. Namun ketika waktu terus berjalan menjadi lembek dan akhirnya busuk. Karena tidak tahan menghadapi kerasnya perubahan waktu dan kehidupan.
Kopi
Seperti yang kita ketahui kopi mempunyai cita rasa khas. Baik ketika mentah maupun sesudah disedu dengan air panas dan gula. Aromanya tetap. Dan bisa dikenali. Tipe aktivis seperti ini performance-nya biasa. Nada bicaranya biasa-biasa saja. Hanya saja action-nya yang luar biasa. Atau dalam bahasa Jawanya “sepi ing pamrih rame ing gawe”. Tipe ini ideal untuk aktivis. Sebelum dan sesudah menjadi pemimpin karakternya tetap. Bisa membaur dengan teman. Mempunyai inovasi, kreasi dan tanggungjawab yang stabil. Dialah calon pemimpin yang didambakan. Dan bisa diharapkan membawa perubahan organisasi di masa depan.
Wallahu a’lam bi al shawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar