Tujuan hidup manusia sebenarnya sudah jelas
seperti dalam doa yang kita panjatkan setiap hari dan waktu. Yakni rabbana
atina fiddunnya hasanah wafil akhiroti hasanah waqina adza bannar. Ya Allah
berilah kami kehidupan dunia yang baik begitu juga di akhirat. Dan jauhkanlah
dari siksa api neraka.
Nikmat yang kita terima
sangat banyak. Karena banyaknya kita tidak bisa menghitungnya. Dan sebenarnya
tidak ada waktu sedetikpun tanpa nikmat yang kita terima. Sekarang misalnya.
Kita beraktivitas apapun ternyata masih bisa bernafas sebagai tanda kehidupan,
masih bisa melihat, masih bisa menggerakkan tangan dan kaki dan tentu saja
organ tubuh kita masih bekerja sesuai dengan tupoksinya. Maka sudah selayaknya
dan seharusnya bila kita bersyukur. Bukankah kalau kita mau bersyukur kepada
Allah pastilah Allah akan menambah nikmat yang kita terima.
Diantara bukti rasa
syukur kita kepada Allah yang bisa kita lakukan adalah:
Sholat berjamaah tepat waktu. Sholat adalah tiang agama. Ashsholatu
imadduddin. Oleh karena pentingnya perintah sholat ini sehingga proses memberi
perintahnyapun juga tidak biasa-biasa. Tapi luar biasa. Sampai Kanjeng Nabi
dipanggil sendiri ke Sidratul Muntaha. Melihat seperti ini pastilah ada hal
dahsyat di balik perintah ini.
Kanjeng Nabi sendiri
senantiasa melaksanakan sholat berjamaah. Tidak pernah Nabi sholat di rumah.
Hal ini juga dilakukan para sahabat dan sholih sholihin hingga kini. Bahkan Pak
Kiai saya juga seperti itu. Bila pergi ke suatu tempat biasanya mengajak
santri. Diantaranya juga diajak sholat berjamaah bila sudah tiba waktunya.
Tepat waktu di sini maksudnya bila sudah waktunya sholat ya sholat tidak
menunda-nunda lagi. Bahkan lebih baik lagi bila sudah menyanggong di masjid
atau mushola. Jadi ketika adzan dikumandangkan sudah siap di atas sajadah untuk
menjawab adzan. Hal ini berarti kita bersungguh-sungguh melaksanakan pengabdian
kepada Allah. Mengabdi dan menyembah. Sekaligus sebagai kebutuhan. Bila hal
tersebut seperti yang dicontohkan para salafus sholih dilakukan insyaallah
pertolongan Allah akan dekat. Bukankah Allah telah menjelaskan hal tersebut
dalam surat al-Fatihah.
Mengapa tidak sholat
sendirian atau pokoknya sholat? Karena ada beberapa kelemahan. Sholat sendirian
atau munfarid belum tentu sholat kita diterima. Logikanya karena kelemahan
kemampuan khusu’ kita. Kita maqomnya belum bisa khusu’. Bila sholat berjamaah
peluang diterimanya sholat kita lebih besar. Disamping dijanjikan pahala yang
berlipat 27 kali. Bila dalam sholat berjamaah terkadang imamnya orang alim
sehingga sholatnya diterima. Atau mungkin juga ada salah seorang jamaah yang
khusu’ sholatnya. Atau bila misalnya keduanya tidak memenuhi syarat bisa juga
karena mau sholat berjamaah akan diterima oleh Allah. Memang yang berhak
menilai Allah. Namun kita sebagai manusia bisa berikhtiar. Dan mengingat
besarnya kabar gembira bila mau sholat berjamaah mengapa kita tidak saja
mencoba.
Memperbanyak sedekah. Kalau kita mengeluarkan uang rasanya berat
sekali. Ya memang berat. Hasil dari kerja keras masak ya hanya diberikan begitu
saja. Eman rasanya. Bila ada kotak jariyah berjalan ketika sholat jumat
biasanya kita memasukkan koin saja. Sehingga terdengar jelas waktu jatuhnya.
Kalau kita masih seperti ini maka rasanya perubahan hidup kita akan lama. Atau
bahkan tidak berubah. Bukankah Allah tidak akan merubah nasib kita
Ibadah yang kita lakukan
sebenarnya semata-mata karena Allah. Sudah menjadi kewajiban sebagai hamba dan
sekaligus sebagai kebutuhan. Bukankah inna sholati wanusuki wamahyaya wama
mati. Sesungguhnya sholatku ibadahku hidup dan matiku untuk Allah. Disisi lain
ada konsep iyyaka na’budu waiyyaka kanasta’in. Kita menyembah kepada Allah dan
kepada Allah pula kita bermohon pertolongan. Jadi kalau ingin mendapat
pertolongan Allah perlu kita benahi dahulu ibadah kita.
Wallahu a’lam bi
al-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar