Seperti biasa pada malam Senin
Kliwon ini, 23 Oktober 2011 juga diselenggarakan pengajian rutin Tafsir
al-Qur’an oleh Drs. K. Imam Masyhadi di Masjid Baitul Atqiya’ Pisang. Seingat
saya pengajin ini sudah berlangsung lama. Ketika masih SD pengajian tafsir ini
sudah ada. Dulu yang dikaji adalah Tafsir al-Ibriz karya Kiai Mustofa Bisri
Rembang bahkan sampai sekarang juga masih. Hanya saja pengasuhya berganti.
Waktu saya masih SD pengajian ini diasuh oleh Kiai Abdurrohim. Rumahnya seingat
saya di barat lampu merah Kertosono sebelahnya BRI Kertosono 2 sekarang. Beliau
ini ke Pisang sudah lama bahkan kalau tidak salah semenjak kakek yang menjadi
modin masih hidup. Mengajinya di mulai dari juz 30 lalu ke juz 29 dan
seterusnya. Setelah beliau meninggal diteruskan oleh Kiai....rumahnya di Tembarak.
Saya pernah beberapa kali ke rumah beliau. Bahkan juga pernah ikut menghadiri
resepsi pernikahan putra beliau. Metodenya masih sama dan ditambah ada tanya
jawab dengan menyerahkan lembar pertanyaan dan akan dijawab pada pertemuan
berikutnya. Beberapa waktu lalu beliau meninggal. Semoga beliau berdua
ditempatkan yang terbaik disisi Allah. Karena keikhlasan beliau untuk menggelar
dakwah di Pisang. Amin.
Sedang di bawah asuh Pak Imam ini
pembacaan ayat perayat lalu diterangkan. Dimulai dari juz awal. Memang ada
sedikit berbeda dan tidak text book. Bisa dimaklumi karena disamping jebolan
pondok juga alumni perguruan tinggi. Setelah selesai dibacakan lalu diberi
kesempatan peserta pengajian untuk bertanya secukupnya. Bahkan sampai jam 11pun
siap dilayani. Memang pengajian dimulai dari jam 20 hingga jam 21.30. bila
keadaan darurat pertanyaan lewat sms atau telpon juga siap dilayani 24 jam.
Menjalani Islam secara kaffah
maksudnya mengerjakan semua perintah dan menjauhi semua larangan. Tentu saja
bila kita di Indonesia tidak harus berdasar hukum Islam. Cukup esensi Islam
masuk dalam relung-relung kehidupan. Sebagaimana diputuskan para founding
father kita. Begitu juga keputusan Muktamar NU bahwa NKRI adalah bentuk final
dalam bernegara. Dan menerima Pancasila sebagai asas negara. Karena bila
dilihat sesuai dengan tuntunan agama kita. Ketuhanan, kemanusiaan, nasionalisme,
musyawarah, dan keadilan. Ya, inilah Islam Indonesia. Dalam arti bukan berarti
Islam Arab diekspor ke Indonesia. Namun Islam yang membumi di bumi pertiwi.
Islam yang menyesuaikan dengan adat istiadat Indonesia. Ruhnya tetap hanya
kemasan yang menyesuaikan. Beginilah cara dakwah para Wali Songo yang
menyebarkan Islam dengan santun. Mengambil ikan tanpa airnya keruh.
Ada beberapa pendeta yang
mengimani Kenabian Muhammad SAW antara lain:
1.
Pendeta Buhaira. Ketika Muhammad kecil dibawa sang
paman Abu Thalib berdagang ke Syam (Syiria) yang pertama bertemu dengan Pendeta
Buhaira. Seorang pendeta Nasrani di Palestina. Menurut ajaran dari agamanya
mengetahui bahwa salah satu tanda kenabian adalah dilindungi awan kemanapun
pergi. Sehingga tidak merasa kepanasan. Ketika mengetahui hal tersebut
menyarankan ke Abu Thalib untuk mengurungkan niatnya berdagan ke Syam karena
orang Yahudi Syiria tidak akan terima munculnya nabi bukan dari kalangan
mereka. Dan dikhawatirkan akan terjadi sesuatu maka kembali ke Mekah. Pendeta
Buhaira ini meninggal sebelum kenabian. dan belum menemui dakwah Islam.
2.
Waraqah bin Naufal. Dikenal sebagai paman Ibu
Khadijah. Sebagai Pendeta Yahudi di Yatsrib (nama asli dari Madinah). Atas laporan
dari Maisaroh, lelaki pembantu Ibu Khadijah bahwa Muhammad ketika membawa barang dagangan ke Syam mempunyai
akhlak yang mulia (jujur, amanah) sehingga laku keras. Lalu ada tanda kenabian
diantaranya dinaungi awan kemanapun pergi maka atas laporan itu Ibu Khadijah
berkonsultasi ke pamannya, Waraqah bin Naufal. Diberitahu bahwa itulah tanda
kenabian Nabi akhir zaman. Karena mengetahui hal tersebut maka Ibu Khadijah
melamar Muhammad sebagai suami yang seorang calon nabi. Ingin berkhidmah
kelancaran dakwah di masa datang. Pendeta Waraqah meninggal sebelum kenabian.
3.
Pendeta Marcelius. Beliau adalah guru dari sahabat
Salman al-Farisi. Karena merasa sudah tua maka yang diutus untuk menemui nabi
adalah Salman. Untuk membuktikan adanya Nabi akhir zaman. Sebagaimana yang tertera dalam kitab sucinya. sepertiDiantaranya
adalah Nabi tidak mau menerima sedekah. Kalau hadiah mau. Ada tanda (seperti stempel)
kenabian.
Walaupun ketiganya
belum bersyahadat kepada Nabi Muhammad namun dihitung sebagai orang yang
beriman. Karena meninggal dahulu sebelum Nabi menerima wahyu.
Wallahu a’lam
bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar