Kamis, 27 Oktober 2011

Pengajian Malam Senin Kliwon


Seperti biasa pada malam Senin Kliwon ini, 23 Oktober 2011 juga diselenggarakan pengajian rutin Tafsir al-Qur’an oleh Drs. K. Imam Masyhadi di Masjid Baitul Atqiya’ Pisang. Seingat saya pengajin ini sudah berlangsung lama. Ketika masih SD pengajian tafsir ini sudah ada. Dulu yang dikaji adalah Tafsir al-Ibriz karya Kiai Mustofa Bisri Rembang bahkan sampai sekarang juga masih. Hanya saja pengasuhya berganti. Waktu saya masih SD pengajian ini diasuh oleh Kiai Abdurrohim. Rumahnya seingat saya di barat lampu merah Kertosono sebelahnya BRI Kertosono 2 sekarang. Beliau ini ke Pisang sudah lama bahkan kalau tidak salah semenjak kakek yang menjadi modin masih hidup. Mengajinya di mulai dari juz 30 lalu ke juz 29 dan seterusnya. Setelah beliau meninggal diteruskan oleh Kiai....rumahnya di Tembarak. Saya pernah beberapa kali ke rumah beliau. Bahkan juga pernah ikut menghadiri resepsi pernikahan putra beliau. Metodenya masih sama dan ditambah ada tanya jawab dengan menyerahkan lembar pertanyaan dan akan dijawab pada pertemuan berikutnya. Beberapa waktu lalu beliau meninggal. Semoga beliau berdua ditempatkan yang terbaik disisi Allah. Karena keikhlasan beliau untuk menggelar dakwah di Pisang. Amin.
Sedang di bawah asuh Pak Imam ini pembacaan ayat perayat lalu diterangkan. Dimulai dari juz awal. Memang ada sedikit berbeda dan tidak text book. Bisa dimaklumi karena disamping jebolan pondok juga alumni perguruan tinggi. Setelah selesai dibacakan lalu diberi kesempatan peserta pengajian untuk bertanya secukupnya. Bahkan sampai jam 11pun siap dilayani. Memang pengajian dimulai dari jam 20 hingga jam 21.30. bila keadaan darurat pertanyaan lewat sms atau telpon juga siap dilayani 24 jam.
Menjalani Islam secara kaffah maksudnya mengerjakan semua perintah dan menjauhi semua larangan. Tentu saja bila kita di Indonesia tidak harus berdasar hukum Islam. Cukup esensi Islam masuk dalam relung-relung kehidupan. Sebagaimana diputuskan para founding father kita. Begitu juga keputusan Muktamar NU bahwa NKRI adalah bentuk final dalam bernegara. Dan menerima Pancasila sebagai asas negara. Karena bila dilihat sesuai dengan tuntunan agama kita. Ketuhanan, kemanusiaan, nasionalisme, musyawarah, dan keadilan. Ya, inilah Islam Indonesia. Dalam arti bukan berarti Islam Arab diekspor ke Indonesia. Namun Islam yang membumi di bumi pertiwi. Islam yang menyesuaikan dengan adat istiadat Indonesia. Ruhnya tetap hanya kemasan yang menyesuaikan. Beginilah cara dakwah para Wali Songo yang menyebarkan Islam dengan santun. Mengambil ikan tanpa airnya keruh.
Ada beberapa pendeta yang mengimani Kenabian Muhammad SAW antara lain:
1.     Pendeta Buhaira. Ketika Muhammad kecil dibawa sang paman Abu Thalib berdagang ke Syam (Syiria) yang pertama bertemu dengan Pendeta Buhaira. Seorang pendeta Nasrani di Palestina. Menurut ajaran dari agamanya mengetahui bahwa salah satu tanda kenabian adalah dilindungi awan kemanapun pergi. Sehingga tidak merasa kepanasan. Ketika mengetahui hal tersebut menyarankan ke Abu Thalib untuk mengurungkan niatnya berdagan ke Syam karena orang Yahudi Syiria tidak akan terima munculnya nabi bukan dari kalangan mereka. Dan dikhawatirkan akan terjadi sesuatu maka kembali ke Mekah. Pendeta Buhaira ini meninggal sebelum kenabian. dan belum menemui dakwah Islam.
2.    Waraqah bin Naufal. Dikenal sebagai paman Ibu Khadijah. Sebagai Pendeta Yahudi di Yatsrib (nama asli dari Madinah). Atas laporan dari Maisaroh, lelaki pembantu Ibu Khadijah bahwa Muhammad  ketika membawa barang dagangan ke Syam mempunyai akhlak yang mulia (jujur, amanah) sehingga laku keras. Lalu ada tanda kenabian diantaranya dinaungi awan kemanapun pergi maka atas laporan itu Ibu Khadijah berkonsultasi ke pamannya, Waraqah bin Naufal. Diberitahu bahwa itulah tanda kenabian Nabi akhir zaman. Karena mengetahui hal tersebut maka Ibu Khadijah melamar Muhammad sebagai suami yang seorang calon nabi. Ingin berkhidmah kelancaran dakwah di masa datang. Pendeta Waraqah meninggal sebelum kenabian.
3.    Pendeta Marcelius. Beliau adalah guru dari sahabat Salman al-Farisi. Karena merasa sudah tua maka yang diutus untuk menemui nabi adalah Salman. Untuk membuktikan adanya Nabi akhir zaman.  Sebagaimana yang tertera dalam kitab sucinya. sepertiDiantaranya adalah Nabi tidak mau menerima sedekah. Kalau hadiah mau. Ada tanda (seperti stempel) kenabian.
Walaupun ketiganya belum bersyahadat kepada Nabi Muhammad namun dihitung sebagai orang yang beriman. Karena meninggal dahulu sebelum Nabi menerima wahyu.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar