Rabu, 30 Maret 2011

Puasa Sepanjang Tahun

Puasa berasal dari kata shaum yang artinya menahan. Menahan di sini dimaknai sebagai menahan diri dari makan, minum dan dan segala segala yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Bila menilik dari perintah wajib berpuasa bagi seorang mukmin bisa dilihat dari ayat al-Qur’an. Bahwa orang beriman diwajibkan berpuasa smeperti umat-umat terdahulu. Bila sudah berpuasa maka akan diperoleh derajat ketakwaan.
Memang puasa adalah ibadah khusus. Khusus karena dilakukan tidak ada orang yang mengetahuinya. Bisa saja orang berkata puasa namun makan di dalam lalu keluar tidak ada bekas habis makan. Atau juga tidak tahu kalau seseorang itu berpuasa kalau tidak bilang berpuasa. Karena sama aktivitasnya dengan orang lain. Bekerja ya bekerja, ketika sholat ya sholat. Karena termasuk ibadah sirri atau rahasia yang tahu adalah si shoim dan Allah maka yang menilai pahala puasa hanya Allah sendiri. Sehingga oleh karena di awasi Allah dan malaikat maka si shoim akan berusaha beraktivitas yang terbaik. Atau beramal saleh dengan hasil terbaik.
Bagi kita puasa wajib hanya dilaksanakan selama sebulan di bulan mubarokah, yakni bulan ramadhan. Ya, hanya cukup sebulan dari dua belas bulan selama setahun. Ini maknanya apa? Secara medis sederhana yang bisa kita ketahui agar organ tubuh kita berhenti bekerja minimal selama sebulan dari dua belas bulan setahun. Bisa diibaratkan mesin mobil yang harus turun mesin untuk memperbaiki kondisi mobil agar bisa ready digunakan di masa yang akan datang. Dan banyak contoh medis membuktikan hal tersebut. Ada penelitian yang membuktikan bahwa dua ekor tikus dengan perlakuan berbeda. Satu ekor diberi makan dua kali sehari satunya tiga kali sehari. Hasilnya dalam waktu selesai penelitian menunjukkan bahwa tikus yang diberi makan dua kali sehari lebih lama umurnya.
Hal ini senada dengan penelitian disertasi yang dilakukan doktor syauki futaki dari Jepang. Penelitiannya berkaitan dengan masalah mengapa Kanjeng Nabi Muhammad tetap sehat wal afiat. Beliau sakit hanya ketika menjelang wafat. Padahal banyak para pemimpin dunia yang mengalami sakit parah. Setelah mengadakan penelitian bertahun-tahun tepatnya dari 1979-1983 diantaranya dilakukan di Pakistan. Ketika itu bulan Ramadhan. Ketika umat islam berpuasa maka ia juga menahan makan dan minum. tentu saja ia tidak berpuasa karena masih beragama Shinto. Ini dilakukan selama sebulan penuh. Setelah itu yang dirasakan adalah tubuhnya menjadi lebih sehat. Hingga pada tahun keempat ia masuk Islam karena melihat kebenaran Islam. Ia muslim karena proses penelitian ilmiah yang dilakukan. Ternyata ajaran Islam bisa diilmiahkan. Dan tentu saja ia menjadi muslim bukan karena warisan dari orang tuanya. Dengan kata lain mendapat hidayah setelah melakukan serangkaian penelitian.
Ada kalimat Arab yang sering kita dengar yakni shummu tasihhu, berpuasalah maka kamu akan sehat. Sebenarnya kalimat tersebut masuk derajat hadith dhoif/lemah. Namun tidak mengapa kalau dijadikan sebagai motivasi untuk berpuasa sebagai ibadah.
Kanjeng Nabi Muhammad tetap sehat karena mengatur pola makan dan berpuasa dengan benar. Makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Kelihatannya sederhana namun bila dilihat itu luar biasa berat untuk menghindarinya. Karena makan adalah nafsu. Maka kita berlomba-lomba untuk makan sebanyak-banyaknya. Padahal sumber penyakit adalah perut dan mulut. Penyakit perut berkaitan dengan pola makan. Sedangkan mulut berkaitan dengan ucapan yang kita lakukan. Bisa berakibat adu mulut sehingga bisa menyebabkan perkelahian, pertempuran dan peperangan dengan jatuh korban.
Berpuasa dengan benar maksudnya waktu puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Jadi tidak ada upaya terus atau wishol. Misalnya puasa 2x24 jam terus menerus. Dalam ajaran Islam tidak ada model puasa seperti itu. Bahkan bila sudah magrib diperintahkan untuk menyegerakan berbuka. Begitu juga sahur. Sangat dianjurkan untuk melakukannya.
Hal sederhana tadi ‘makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang' diikuti para sahabat dan shalihin hingga sekarang. Itulah ajaran nabi sehingga Dr. Syauki Futaki masuk Islam.
Dalam masyarakat dikenal adanya istilah puasa muteh dan puasa ngrowot. Puasa muteh berarti puasa hanya dengan nasi putih dan air saja. Tidak dengan yang lain. Di jaman Nabi bahan makanan pokoknya adalah gandum. Dari gandum itu bentuknya seperti padi tetapi agak besar seperti jagung dibuat roti. Hanya seperti itu. Memang waktu itu makan roti gandum menjadi menu utama. Lha, kita meniru apa dan bagaimana hukumnya? Ternyata tergantung niatnya, innamal a’malu binnyat. Niatnya hanya ingin makan nasi putih saja. Ya, tidak mengapa. Namun berubah menjadi tidak boleh bila dikatakan akan batal puasanya jika makan selain nasi putih. Begitu juga puasa ngrowot. Puasa tidak makan nasi.
Dari sisi kematangan jiwa dan ruhani ternyata juga perlu berpuasa. Bisa dilihat dari sebelum Kanjeng Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul. Beliau bertahanus/bertapa di Gua Hira. Sebuah gua kecil sebesar mihrab di puncak bukit. Dalam waktu yang cukup lama juga.
puasa tidak hanya dilakukan oleh manusia saja. Hewan pun juga berpuasa. Ulat yang menjijikkan bila kita lihat akan menjadi hewan yang sedap dipandang setelah melakukan ritual puasa sekian waktu lamanya. Lalu menjadi kupu-kupu yang berwarna-warni.
Ayam betina bila menginginkan telurnya menjadi anak ayam maka ia rela mengerami telurnya dalam waktu yang lama tanpa pindah dari sarangnya dan juga tidak makan dan minum. Dengan tujuan agar suhu tubuhnya terjaga. Bila ini lulus maka semua telurya akan menjadi anak ayam. Sebuah pengorbanan yang tidak sia-sia.
Bagi kita sebenarnya puasa tidak hanya cukup dengan tidak makan dan minum juga tidak berhubungan suami isteri saja. Berperilaku, berbicara dan berbuat sangat dijaga. Jangan sampai bisa mengurangi pahala puasa. Karena banyak orang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Berarti jangan sampai kita berpuasa konyol tidak mendapat apa-apa. Bila hikmah ini bisa kita lakukan dilakukan di luar bulan Ramadhan alangkah mulianya. Alangkah baiknya akhlak kita. Sehingga laksana berpuasa sepanjang tahun.
Jika satu orang saja bisa berperilaku seperti di atas maka akan teduhlah suasana lingkungan sekitarnya. Apalagi beberapa keluarga, satu desa, satu kecamatan, satu kabupaten dan seluruh penduduk melakukan ini semua maka rahmat Allah akan senantiasa tercurah pada negeri ini. Bencana alam, berbagai krisis di negeri ini, perkelahian, tawuran, kerusuhan tidak akan terjadi lagi. Semoga.
Wallahu a’lam bi al shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar