Senin, 30 Agustus 2010

Tombo Ati

Tombo ati iku limo wernane
Maca qur’an angen-angen sak maknane
Kaping pindo sholat wengi lakanana
Kaping telu wongkang soleh kumpulana
Kaping papat Kudu weteng ingkang luwe
Kaping lima Dzikir wengi ingkang suwe
Salah suwijine sapa bisa ngelakani
insyaAllah Gusti Allah nyembadani

itulah syiir tamba ati yang berasal dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang digubah oleh KH Bisri Mustofa Rembang, ayahanda dari KH A Mustofa Bisri. Dari nada syair bisa diketahui bahwa ada keinginan dari muslim yang kurang baik menjadi muslim yang baik.
Dalam suasana hati sekarang banyak orang yang sedang mencari makna hidup. Atau lebih tepatnya ketenangan jiwa. Apalagi banyak yang sudah berlimpah materi. Semua yang diinginkan sudah tercapai. Rumah mewah, kendaraan impor terbaru, pelesir ke seluruh dunia, tabungan yang tidak habis untuk tujuh keturunan dan lainnya. Namun ternyata semuanya itu tidak membawa kebahagiaan. Waktu, perhatian, dan tenaga tercurah kepada bagaimana mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya. Dan setelah itu bagaimana menjaganya agar tidak berkurang. Sekarang posisinya harta sebagai tuan, pemilik menjadi babu dari harta. Oleh karena harus menjaga.
Syair di atas dalam waktu sekarang masih up to date untuk direnungkan lalu dilaksanakan. Saya teringat dengan metode refreshing yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Nurul Islam Jember.
Apa yang dilakukan sebenarnya sama dengan apa yang dilakukan oleh para santri di pesantren. Pelatihan dilaksanakan 2-3 hari. Kegiatan yang dilakukan sholat berjamaah lima waktu, mengaji al-Qur’an, dzikir bakda sholat, mujahadah atau sholat lail berjamaah, dan pengajian. Persis dengan kebiasaan yang dilakukan di pondok. Ternyata peserta mendapatkan pencerahan. Setelah acara selesai peserta merasakan ada perubahan orientasi hidup. Lebih optimis dalam hidup, berani hidup, dan siap melanjutkan kehidupan dengan semangat. Pelatihan jenis ini biasa diikuti para karyawan dari perusahaan yang sudah mapan. Dengan ikhlas mereka melakukan semua kegiatan yang sudah dijadwalkan. Dilihat dari sisi materi mereka terbilang cukup bahkan terkadang lebih.
Apa yang dilakukan dalam pelatihan di atas sesuai dengan syair tombo ati. Membaca al-Qur’an dengan mengerti arti dan maksudnya. Membaca dengan tartil dan benar lalu merenungi maknanya yang di maksud akan mengetahui mukjizat al-Qur’an. Disini dimaksud adalah tafsirnya. Saya teringat dengan guru sewaktu di pondok dulu. Namanya Kang Suwari, beliau pernah bilang bila pikiran suntuk banyak persoalan yang dihadapi lebih baik membaca qur’an sebanyak-banyaknya. Syukur-syukur dihayati maknanya dengan tenang lalu pergi tidur. insyaAllah akan ada solusi setelah bangun tidur. Bila diingat memang al-Qur’an adalah mukjizat Nabi terbesar. Dan senantiasa ada hingga akhir zaman. Apapun problem kehidupan akan ada solusinya. Dengan menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk kehidupan maka sudah pas jalan yang dilakukan.
Sholat malam. Sholat yang dilakukan pada malam hari. Kalau sekarang ini bulan Ramadhan maka sholat tarawih termasuk dalam kategori sholat malam. Sholat yang dilakukan setelah sholat Isya.baik itu sholat hajat, sholat tasbih, sholat taubat, sholat tahajud, dan sholat witir. Bila dilakukan sebelum tidur biasa dikatakan sebagai sholat hajat sedang bila dikerjakan setelah tidur dijuluki sholat tahajud. Waktu melakukannya paling utama pada sepertiga malam yang akhir sekitar jam dua dinihari hingga menjelang subuh. Diumpamaka jaringan telepon pada jam-jam tersebut sangat sedikit orang yang menggunakan. Karena masih tidur. Sehingga bila berhubungan bisa jernih, tanpa halangan. Begitu juga sholat di waktu jam sekian bisa langsung menghadap Allah, bisa langsung komunikasi dengan Allah langsung. Karena masih banyak manusia yang terlelap dengan tidurnya. Para Nabi, para salafus shalih, para kekasih Allah, para kiai membiasakan diri untuk melaksanakan sholat malam. Bahkan sudah menjadi kebiasaan. Bila Kanjeng Nabi sudah menjadi kebutuhan bukan lagi kewajiban. Karena begitu banyak hikmahnya. Diantaranya hati akan tenang, tentram di pagi harinya. Bila ini terjadi akan bisa melaksanakan aktifitas seharian dengan maksimal.
Orang sholeh adalah orang yang berperilaku baik. Apa yang diucapkan dan yang dilakukan didasari nilai-nilai agama. Orang semacam ini menjadi peneduh hati yang gersang. Tempat konsultasi segala permasalahan. Dalam dirinya banyak kata-kata penyejuk jiwa. Mengobati dahaga keresahan hidup umat. Biasanya para kiai pondok yang mukhlis pada tataran ini. Tidak menutup kemungkinan juga orang biasa juga bisa mencapai maqam seperti ini. Kepada merekalah sebaiknya kita banyak bergaul dan juga tempat bertanya. Sehingga atsar kebaikannya bisa menulari kita. Seperti minyak wangi. Kalau berdekatan dengan minyak wangi maka akan mendapatkan keharuman. Begitu juga dekat dengan penjual minyak gas akan tertular bau gas.
Weteng luwe. Disini dimaknai dengan makan dengan teratur. Waktu makan tertentu. Akan lebih baik lagi bila dilaksanakan dengan puasa. Banyak puasa yang dianjurkan. Misalnya puasa baith yakni tanggal 13, 14 15 pada setiap bulan. Puasa senin dan kamis. Puasa asyura, puasa tarwiyah dan arafah, puasa rajab dan Puasa Daud, sehari puasa lalu sehari berbuka. Menurut hadith puasa Daud ini yang lebih baik. Banyak sekali hikmah dari melaksanakan puasa. Diantaranya lebih mendekatkan diri kepada Allah, perkataan dan perbuatan akan lebih terkontrol karena akan berpengaruh dengan aturan sah berpuasa. Dari sini saja akan didapat ketenangan jiwa, fikiran menjadi bersih, permasalahan yang ada dihadapi dengan kepala dingin dan insyaAllah kehidupan akan diisi dengan lebih berprestasi.
Dzikir wengi ingkang suwe. Dzikir dengan kalimah tayyibah adalah upaya untuk senantiasa eling atau mengingat Allah. Dan ini dianjurkan untuk dilaksanakan oleh umat manusia. Karena memang pada dasarnya manusia sebagai makhluk yang lemah. Perlu kekuatan di luar manusia. Dengan berdzikir kita bisa berkomunikasi dengan Allah. Menjernihkan hati, di waktu malam yang hening seolah-olah kita berbicara dengan Tuhan. Dengan membaca dzikir yang lama, dengan jumlah yang banyak. Jangan merasa terlalu banyak bila membaca dzikir. Tidak mengapa secara kuantitas bacaan dzikir diperbanyak. Bukankah Gusti Allah memerintahkan dzikran katsira. Membaca dzikir sebanyak-banyaknya. Akhirnya dengan membaca dzikir maka hati menjadi tenang. ‘ala bidzikrillah tadmainnul qulub.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar