Pada hari Jumat, 11 Juni 2010 saya mengikuti sholat Jumat di Masjid Ulul Albab Kampus IAIN Surabaya. Yang bertindak sebagai khotib dosen muda bergelar M.H.I.penuturannya enak dicerna, lantang, runtut, pas. Memang seperti itu seharusnya. Khutbahnya tidak panjang juga tidak terlalu pendek. Sholat jumat sendiri berakhir pukul 12.15 WIB. rasanya pas. Tidak membuat ngantuk. Sudah seharusnya bila khotib ketika bertugas menyiapkan materi dan durasi yang tidak terlalu lama. Kisaran 12-15 menit. Cukuplah waktu sekian.
Isi khutbah berkisar tentang ujian yang diberikan Allah kepada kita. Bila dicerna, kita diciptakan serba berpasangan. Ada siang ada malam. Ada matahari dan bulan. Ada jantan betina. Ada laki-laki dan perempuan. Ada orang kaya, ada juga yang miskin. Ada atasan ada juga yang menjadi bawahan. Kalau semua jadi atasan, siapa yang membersihkan bunga di taman. Memang Tuhan Maha Kuasa dan Maha Adil. Bagaimana jadinya kalau hanya manusia dibuat laki-laki saja, atau perempuan saja. Sangat tidak seru. Sekali lagi, Tuhan Maha Sempurna.
Anugerah yang diterima manusia pada dasarnya sebagai ujian. Diberi anugerah tampan rupawan, cantik jelita, pandai, bodoh, kaya, miskin. Oleh karena ujian ini, maka semua mengalaminya. Tidak kecuali para nabi. Hingga Nabi yang sangat sabar menghadapi ujian diberi gelar ulul azmi. Yakni Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi Musa, Nabi Ibrahim dan Nabi Nuh. Bukan berarti Nabi yang lain tidak sabar. Semua nabi memberi tauladan kesabaran yang tiada duanya. Nabi Adam di uji berpisah dengan isterinya Ibu Hawa. Karena sabar maka bertemu di Padang Arafah. Sehingga di abadikan menjadi ritual haji, wukuf di Arafah. Nabi Ayub diuji dengan sakit yang parah. Beliau sabar walau ditinggal sendirian dan sembuh ketika akan wafat. Namun beliau merasa bahwa sakitnya adalah anugerah. Nabi Yunus di makan ikan. Bila beliau tidak beristigfar mungkin beliau masih di dalam ikan hingga hari akhir. Namun di tanggal 10 Muharram beliau keluar dari mulut ikan Nun dan terdampar di pantai. Betapa kaya Nabi Sulaiman. Selain sebagai Rasul beliau juga seorang raja. Tentaranya terdiri dari jin, manusia dan hewan. Beliau juga bisa bermacam-macam bahasa hewan. Oleh karena teruji, maka bisa melewati ujian ini. Semuanya bernilai i’tibar bagi kita yang mau menggunakan akal.
Dari semua itu lalu apa yang bisa kita lakukan? Pertama, kita berdoa kepada Allah semoga kita bisa melewati itu semua dengan baik. Nikmat rizki, kita berdoa semoga diberi rizki banyak yang barokah. Memohon juga bila diberi kedudukan, maka diberi kedudukan atau pangkat tinggi yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Kedua, legawa. Ikhlas dengan apa yang diberikan Allah kepada kita. Pastilah Allah mempunyai rencana terbaik bagi kita. Hal ini pernah penulis alami sendiri. Tahun 1996, saya mengikuti seleksi ujian masuk S1 di IAIN Jogja (sekarang UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta) dan diterima di pilihan pertama. Jinayah syahsiah di Fakultas Syariah. Namun tidak jadi kuliah di sana. Tetapi meneruskan mondok di Pondok Pandanasri dan kuliah di STAI Mifatul Ula. Saya syukuri, di aktivitas ekstra mahasiswa terpilih menjadi ketua cabang pertama PMII Nganjuk, bertemu isteri dan memperoleh pekerjaan jadi pegawai Kementerian Agama menggunakan ijazah S1 STAIM. Walau dulu di remehkan orang. Selanjutnya saya bisa melanjutkan kuliah di perguruan tinggi negeri yakni di Universitas Negeri Surabaya dan selanjutnya menempuh program doktor di Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar