Pada hari ahad, 28 Pebruari 2010 berlangsung pengajian rutin fatayat dan muslimat nu ancab patianrowo di Masjid Baitul Atqiya’ Pisang. Sehabis acara usai ada beberapa pengurus fatayat nu yang mampir ke rumah. Mungkin maksud sahabat-sahabat itu adalah bersilaturahim ke rumah mantan ketua cabang fatayat nu nganjuk. Kebetulan nyai saya baru saja menyelesaikan amanah sebagai ketua cabang fatayat nu nganjuk pada bulan Juni tahun kemarin. Setelah berbincang-bincang banyak hikmah yang bisa di petik. Diantaranya bagaimana mengasuh anak yang sesuai dengan harapan orang tua. Sesuai dengan fitrah manusia. Bahwa mempunyai anak atau keturunan adalah harapan. Dan amanah dari Tuhan kepada hambaNya yang dipilih. Maka mengasuh anak dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan agama adalah keniscayaan. Namun ternyata hal tersebut tidaklah mudah. Karena banyak hal yang menjadi penghalang. Namun dengan mengharap ridha Allah dan usaha maksimal sebagai orang tua InsyaAllah akan tercapai juga. Tugas orang tua kepada anak diantaranya adalah mengenalkan Tuhannya, siapa nabinya, apa kitab suci sebagai pedoman hidup. Sangat bahagia bila harapan dan doa orang tua tersebut bisa tercapai.
Ada yang menarik dari tamu ini diantaranya adalah kemampuan mengajari membaca bagi putranya. Beliau bercerita bahwa rata-rata putranya bisa membaca pada usia 2,5 tahun. Tentu saja ini membanggakan. Jumlah putranya ada empat. Dan si sulung tengah mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika Serikat.
Diantara kemampuan anak adalah belajar berbicara. Ternyata kecepatan anak dalam berbicara bermacam-macam. Ada yang bisa berbicara ketika anak usia setahun tapi belum bisa berjalan, atau bisa berjalan dulu baru berbicara lalu ada juga yang bisa berjalan dan berbicara dengan bersamaan. Beliau ini tergolong ibu yang sangat perhatian pada perkembangan anak sehingga pas menjadi guru paud. Memang ada kompetensi tersendiri bila menjadi guru anak pra tk. Diantaranya harus bisa aktif berbicara, bernyanyi dan berimprovisasi agar perhatian anak tidak beralih ke hal yang lain. Dan ini dipraktekkan kepada putra-putranya. Sehingga putranya bisa cepat berjalan, berbicara dan membaca.
Tantangan orang tua sekarang adalah memberi tontonan yang mendidik bagi anak. Terkadang orang tua terlena dengan kegiatan anak sehari-hari. Dengan siapa anak bergaul, berinteraksi, dan melakukan apa. Padahal masalah tersebut sangat penting bagi perkembangan jiwa anak. Waktu anak menonton televisi juga perlu menjadi perhatian. Menurut para ahli waktu menonton televisi harus di batasi. Maksimal dua jam sehari. Dan itupun dalam pengawasan orang tua. Karena disadari bahwa program televisi sekarang banyak yang kurang mendidik atau “tontonan sampah” yang tidak layak di lihat oleh anak. Juga bermanin play station. Bermain play station bagi anak memang menarik, dan gaul. Hingga tidak terasa berapa rupiah dan waktu yang dihabiskan di depan game. Dan tidak ketiggalan “ngenet”. Adanya warnet sudah dimana-mana. Bahkan dipelosok desapun banyak orang mendirikannya. Karena konsumennya jelas dan kembali modal juga menjanjikan. Hal ini berimbas bagi anak untuk juga bebas mengakses internet. Internet menyediakan wawasan yang luas begitu juga info yang tidak berguna. Maka perhatian orang tua terhadap anak sangatlah dibutuhkan. Ada pengalaman menarik dari ibu ini tentang jam menonton tv bagi anak. Bila menonton tv anak di dampingi dan jam 20 tv sudah dimatikan. Bila orang tua ingin melihat menunggu anak sudah tidur. Dan kabel power juga dicabut biar tidak terlihat anak.
Jatah uang jajan anak juga dibatasi. Biasanya diberi ketika akan berangkat sekolah pagi dan sore ketika sekolah diniyah. Selain itu tidak ada jatah uang jajan. Dan ini sudah menjadi kebiasaan. Walaupun ada pedagang keliling lewat anak tidak akan meminta.
Setidak-tidaknya dalam bahasa Jawa itu ada 3 kategori. Bahasa ngoko, bahasa madya dan bahasa krama. Bahasa yang digunakan oleh suku Jawa ini memang unik. Dan membedakan strata terhadap siapa yang diajak bicara. Kalau teman sebaya cukup menggunakan bahasa ngoko. Dengan orang yang lebih tua bisa menggunakan bahasa madya. Tapi bila lawan bicara adalah orang tua atau orang yang dihormati maka menggunakan bahasa krama. Jadi ada nilai estetika dan etika di sini. Bila orang Jawa tapi tidak mengerti aturan itu maka dikatakan ‘ora njawani’ (ora Jawa). Disadari penguasaan kosakata bahasa Jawa anak-anak kita sekarang ini bisa dibilang memprihatinkan. Walau ada pelajaran bahasa Jawa di tingkat MI/SD dan MTs/SMP namun tingkat penguasaannya masih rendah. Apalagi kategori mata pelajaran mulok dan tidak diujikan di tingkat nasional. Hal ini diperparah lagi dengan tidak ada teladan orang tua di rumah dan di masyarakat. Padahal banyak waktu anak dihabiskan di rumah. Lalu bagaimana melestarikan bahasa Jawa ini? Sebagai orang Jawa, maka ada kewajiban untuk nguri-nguri budaya adiluhung ini. Jangan sampai bahasa Jawa tinggal kenangan dan dimuseumkan. Seperti banyak buku dan manuskrip Jawa Kuno sekarang berada di Museum Leiden Belanda. Seperti manuskrip Suluk Sunan Bonang dll. Dan sekarang berbalik, banyak orang luar yang mempelajari kesenian Jawa. Di Jepang ada yayasan Gesang yang menikmati karya-karya Gesang almarhum. Belum lagi di Belanda, Amerika dan ditempat lain. Banyak yang mempelajari budaya Jawa.
Ada contoh yang baik dari keluarga ini. Ternyata peran orang tua sangat menentukan. Dalam komunikasi di rumah, orang tua selalu menggunakan bahasa Jawa krama begitu juga ketika berinteraksi dengan anak. Lambat laun anak akan terbiasa juga. Walau di awali dengan bicara nggih dan mboten. Sehari dua hari dan seterusnya maka anakpun akan terbiasa.
Mengajari sholat bagi anak adalah hal penting. Bila sejak kecil tidak dibiasakan maka akan sulit ketika besarnya nanti. Keluarga ibu ini sudah membiasakan sholat anak-anaknya sedari kecil. Untuk stimulus hal ini, bila anak mau adzan sholat subuh dan sholat berjamaah di mushola depan rumah maka akan diberi uang jajan ekstra. Lambat laun anak akan terbiasa sholat dengan sendirinya.
Mendoakan anak menjadi bagian tidak terpisahkan dari alur kehidupan orang tua. Sehabis sholat maktubah, diwaktu seperti malam terakhir dan seingat waktu orang tua berusaha mendoakan anak. Karena di sadari anak adalah amanah dari Allah yang harus diasuh dengan baik, dibesarkan dengan segenap daya kemampuan yang ada. Ini semua akan berhasil menjadi anak sholeh-sholehah bila mendapat hidayah dan rahmat dari Allah semata.
Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar