Dalam lembaga pendidikan pemimpinnya disebut dengan kepala sekolah atau madrasah. Oleh karena kepala berarti keberadaannya biasanya ditunjuk oleh atasannya. Memang kepala berbeda arti dengan ketua misalnya ketua ormas, atau ketua badan otonom. Kalau ketua bermakna berproses melalui pemilihan demokratis.
Keberadaan kepala madrasah menjadi cermin keadaan madrasahnya. Menjadi blue print maju mundurnya madrasah. Bila madrasah dipimpin oleh orang yang kaya ide, pekerja keras, berusaha merealisasikan idenya dan sanggup berjuang dan berkorban untuk kemajuan madrasah maka perlahan-lahan citra madrasah akan terkerek naik. Hal ini berbeda dengan kepala yang kerja rutin. Datang tepat waktu, pulang juga tepat waktu. Melaksanakan amanah sesuai tupoksi yang ditelah digariskan dalam juklak dan juknis. Bekerja secara administratitf dan birokratis. Apalagi hanya berada dibelakang meja. Ini terjadi karena dipicu untuk mencari titik aman. Aman untuk pelaksanaan tugas menejerialnya.
Madrasah sekarang ini dituntut untuk bergerak dan berubah. Disadari secara historis madrasah adalah kelanjutan dari sistem pondok pesantren. Dimana kiai sekarang berubah menjadi kepala madrasah, ustad menjadi para guru, santri menjadi siswa. Jadi kedudukan kepala madrasah setara kiai di pondok. Melihat seperti ini sudah seharusnya ruh pondok tetap dijaga. Jangan sampai hilang ruh tafaqquh fiddinnya. Konsekuensinya budaya madrasah perlu dikembalikan seperti budaya di madrasah. Menghormati guru dan pegawai. Ada semangat mencari ilmu, semangat kebersamaan, kesederhanaan, sholat berjamaah, dzikir bersama. Maka sentuhan kreasi, inovasi sangatlah dibutuhkan. Bagaimana membawa madrasah maju dan bisa bersaing dengan sekolah bila kepala madrasahnya berkemampuan biasa-biasa. Apalagi tidak punya keinginan membawa madrasahnya maju. Di satu sisi kepala madrasah adalah amanah jabatan dari negara dan di hadapan Tuhan.
Melihat situasi dan kondisi yang terus berubah di masyarakat dimana hanya madrasah dan sekolah yang berkualitas yang akan di cari masyarakat maka mau tidak mau kepala madrasah harus meningkatkan kemampuannya agar bisa berkemampuan luar biasa. Membawa haluan kapal madrasah menuju dermaga kualitas. Perlu langkah cepat, tepat kalau perlu menerabas, melompat, membuat regulasi untuk mempercepat keberhasilan pada masa pengembangan dan menyiapkan baik sarana prasarana, sdm, input, budaya madrasah, membangun humas dan jaringan dan sebagainya. Dan ini butuh tidak hanya berfungsinya otak kiri dari kepala madrasah tetapi juga otak kanan. Perpaduan inilah yang akan membawa kemajuan.
Banyak contoh dari lembaga pendidikan swasta yang bisa maju, misalnya SMA Khadijah Surabaya, Madrasah Amanatul Ummah, SMA Darul Ulum Jombang, MI Jendral Sudirman Malang. Belum lagi sekolah-sekolah yang didirikan oleh saudara-saudara kita yang Kristen dan Katolik. Rata-rata mereka maju. Dan mampu meningkatkan sdm guru bahkan sudah banyak yang sudah menempuh s2 dan s3, juga tidak kalah dengan kesejahteraan guru. Bahkan mampu menggaji guru dengan standar UMR. tidak terkebiri dengan aturan birokrasi. Malah bisa berimprovisasi dengan segala keterbatasan yang ada untuk mengatasi segala kelemahan menjadi kekuatan untuk maju.
Terkadang saya merenung. Madrasah negeri punya DIPA, segala fasilitas banyak yang disubsidi dari pemerintah tetapi hanya berjalan di tempat. Ini ada apa? Kalau ini terkait dengan rekrutmen kepala madrasah maka perlu diregulasi prosesnya. Tidak terlalu terpaku dengan aturan yang begitu rigit namun dipilih dari guru yang mempunyai komitmen untuk memajukan madrasah bisa dilihat dari prestasinya selama ini dalam bekerja dan dalam mewujudkan ide-idenya. Memang jumlah golongan ini tidak banyak namun biasanya golongan yang tidak banyak ini akan menetas. Akan jadi orang dan menjadi pemimpin yang sukses. Hanya saja kalau tidak dilirik kemampuan ini maka akan tetap tidak akan maju. Maka berbahagialah bagi guru yang berprestasi, yang terus mengupdate kemampuannya dalam mengabdi. Karena kemampuannya akan diperhitungkan.
Ada sedikit kegembiraan mendengar sangat sedikit madrasah yang gulung tikar. Tapi banyak sekolah dasar yang dimerger. Mungkin ini karena berhasilnya program KB. Namun janganlah kita berbangga hati dulu. Karena sekolah-sekolah sekarang ini digelontor banyak anggaran. Sedangkan madrasah harus berjibaku sendiri untuk mengangat kelasnya menjadi madrasah dambaan masyarakat. Untuk itu sekali lagi dibutuhkan kepala madrasah yang luar biasa yang siap bekerja untuk memajukan madrasah. Bila sudah didapatkan seperti itu maka madrasah akan bisa survive walau posisinya dikepung oleh para kompetitor sejenis. Niat kita hanya khusnun niyat. Niyat fastabiqul khoirot, berlomba-lomba menuju kebajikan. Dan membuat madrasah menjadi unggul, baik, dan berkarakter adalah tujuannya. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar