Selasa, 22 Juni 2010

Belajar Islam di Bengkel Sepeda Motor

Untuk menjaga kelancaran tugas mengajar maka kebutuhan alat transportasi pendukung menjadi kebutuhan utama. Walau sepeda motor butut tetapi kalau tidak ada akan berpengaruh pada kehadiran ke tempat kerja. Perawatan rutin moda transportasi menjadi hal wajib dikerjakan tiap bulan. Saya memilih bengkel di Baron. Selain sudah kenal karena teman sendiri, para pelakunya juga enak diajak ngobrol. Bengkel Berkah namanya. Menurut sang empunya, diambil dengan tujuan agar dalam bekerja bisa barokah. Ia belajar mesin motor secara otodidak. Karena pendidikannya tidak ditempuh di sekolah SMK tetapi di madrasah aliyah.

Sambil menunggu sepeda di perbaiki, saya diajak bicara ngalor ngidul hingga masalah rekrutmen cpns. Ia mendengar bahwa dalam rekrutmen itu ada pejabat di kab B yang mengantongi pundi-pundi sebesar 12,6 miliar rupiah. Dan itu uang betulan bukan kertas.

Lalu bagaimana logika bekerjanya para cpns baru dalam melaksanakan pekerjaan untuk beribadah atau hanya kerja an sich, atau mencari kembali modal. Lalu bagaimana bisa mencapai prestasi kerja sebagaimana sumpah jabatan yang telah diucapkan bila dalam bekerja sudah berpikir untuk secepatnya mengembalikan uang yang sudah keluar. Entah bagaimana caranya. Ini menjadi dilema besar negeri kita untuk keluar dari lubang krisis yang berkepanjangan menuju negara yang sejahtera.

Lalu pak tukang bengkel menceritakan kakaknya yang menjadi guru di sebuah smp negeri di kabupaten sebelah. Ketika ia memegang sebagai kurikulum di dapatinya seorang guru ketika jamnya mengajar hanya memberi tugas lalu ia pergi ke kantin “ngopi”. Dan ini berlangsung beberapa waktu. Lalu ia berusaha mendekati guru yang bersangkutan. Ternyata jawabannya diluar dugaan. Bahwa ia melakukan seperti itu karena semata-mata dia berada di smp hanya kerja transfer ilmu. Karena dia bisa di sini juga beli. Lha, terus bagaimana nasib pendidikan kita.

Lalu ia bercerita kehidupan kakaknya yang membanggakan keluarga besar. Menjadi panutan dan nasehatnya selalu menjadi referensi adik-adiknya yang lain. Memulai karir sebagai guru pns sejak tahun 1990. dan ini dilakoninya dengan sepenuh hati sehingga dalam memenuhi kebutuhan keluarga hanya mengandalkan gaji yang diterima tiap bulan. Walau demikian dengan rasa bersyukur sekarang sudah bisa membeli tanah, dan membangun rumah. Aktivitas setiap sore mengajar ngaji anak sejumlah 40 anak. Pekerjaan mengajar ngaji ini dilakoni dengan isterinya. Tanpa di bayar. Ini dikerjakan dengan semata-mata mengharap ridho dari Allah SWT yang senantiasa memberi anugerah yang tiada tara berupa keimanan, keislaman, dan kesehatan yang sempurna. Menanggung beban anak yang sedang kuliah di Unair, di SMP dan di SD. Ia begitu bahagia. Selama dua puluh tahun menjadi guru baru bisa beli sepeda motor baru ya mungkin dalam 1 tahun terakhir. Sebelumnya cukup ‘nrima’ sepeda motor bekas. Sebagaii bentuk birrul walidain kepada orang tua, tiap bulan menyempatkan sowan kerumah orang tua. Itupun biasanya dilakukan pada malam hari. Dan langsung pulang bila sudah di rasa cukup. Ada ungkapan menarik yang senantiasa ditularkan kepada adik-adiknya yakni virus mengajar ngaji tanpa dibayar.

Ternyata walau adik-adiknya mempunyai beragam profesi ada yang menjadi tukang bengkel, guru pelajaran umum di sekolah, dan petani namun masih menyempatkan mengajar ngaji anak tetangga di rumah. Dan dilakukan tanpa memungut bayaran. Rasa syukur seperti ini ternyata membuat ketenangan dalam hidup dan mengenai persoalan rizki sudah di atur oleh yang di atas sana. Dengan bukti kebutuhan dasar seperti rumah, pangan, sandang, kesehatan dan pendidikan anak dirasa cukup terpenuhi.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar