Selasa, 29 Juni 2010

Madrasah dan Dakwah

Madrasah media dakwah. Tidak selayaknya madrasah kelihatan kotor, kurang berwibawa. Sudah seharusnya bangunan pendidikan islam dibuat gagah, catnya bersih tidak pudar, bangunannya kokoh, pakaian penghuninya mantab, bersih dan kelihatan berwibawa. Apalagi ilmunya. Setelah itu, perlu disatukan para penghuninya dengan diikat hatinya dengan masjid. Mengapa masjid biar ada rasa kebersamaan. Setiap waktu bila dari kepala madrasah, wakil, guru, tata usaha sampai pesuruh dan murid-murid bila setiap saat bisa bersama dalam beribadah atau sholat lima waktu maka akan terjadi kebersamaan. Sehingga seorang kepala madrasah harus siap menjadi ulama setidak-tidaknya harus bisa menjadi imam sholat fardhu, memberi siraman rohani setiap saat dibutuhkan, dan selalu sholat berjamaah di masjid. Setidak-tidaknya ketika sholat magrib, isya dan subuh ketika di rumah. Secara tidak langsung karena menyandang pimpinan madrasah harus bisa menjadi pimpinan formal keagamaan di lingkungannya. Harus bisa memberi manfaat pada masyarakat sekitar. Sehingga tidak terkesan bahwa kepala sekolah hanya tahu atau alim mengenai manajerila kemadrasahan dan melupakan tugas keagamaannya. Begitu juga mengenai bangunan rumah kepala madrasah. Dianjurkan untuk mempunyai bangunan pagar yang tinggi. Karena ketakutan dibobol maling. Itu menandakan bahwa penghuninya kurang bisa memberi manfaat pada tetangganya. Bagaimana caranya agar pada diri guru madrasah dan pimpinannya menjadi bagian dari masyarakatnya.

Ada pagar alami yang dimiliki oleh orang Jawa. Bisa pagar tanaman hidup sebagai pembatas, ada juga namanya pagar mangkok. Mangkok adalah tempat makan berbentuk cekung. Biasanya digunakan untuk makan bakso. Pagar mangkok berarti bahwa bila si empu rumah masak yang agak banyak tidak untuk di makan sendiri tetapi tetangganya juga diberi. Dari hal yang sederhana ini akan terjadi rasa silaturahim, saling memberi antar tetangga, bisa saling menjaga, menghilangkan sekat strata sosial dan akhirnya menumbuhkan kerukunan bertetangga.

Maka benarlah hadits Nabi yang mengatakan bahwa bila kita masak sayur yang berbau enak hendaklah tetangga bisa merasakannya. Ternyata ada dimensi sosial yang besar dalam bertetangga. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar