Pada hari Sabtu, tanggal 26 Mei 2010 teman-teman dari civitas akademik MTsN Termas studi banding ke MTsN Kediri 1. kegiatan ini dilakukan dengan niat untuk menimba ilmu memanage kelas unggulan. Disadari memang selama ini madrasah dirasa sebagai lembaga pendidikan kelas tiga. Kelas satu sebagai tujuan utama adalah sekolah di lingkungan kementerian pendidikan nasional. Sedang nomor dua biasanya sekolah swasta. Lalu ketiga baru madrasah. Bila semuanya tidak lolos adminitrasi pendaftaran maka baru melirik ke madrasah negeri.
Mengapa memilih MTsN Kediri 1 karena di pandang memiliki karakteristik wilayah, budaya, dan perekonomian sekitar yang mirip dengan Termas. Termasuk daerah pinggiran, dekat dengan pondok pesantren, perekonomian warga sekitar yang menengah ke bawah. Juga sdm guru dan pegawai yang hampir sama.
Harapan yang diinginkan adalah bagaimana mengubah madrasah yang biasa saja, yang tidak mempunyai daya tawar di hadapan masyarakat, prestasi juga tidak bisa dibanggakan menjadi madrasah yang menjadi rujukan masyarakat. Apa saja yang diperlukan?
Melihat bangunan di sana lumayan bagus. Bersih, sarananya lumayan lengkap. Di kelas ada komputer, lcd proyektor, ber-AC, tempat duduk satu siswa satu kursi dan satu meja. Dilihat dari kebersihan, setelah saya tanyakan ternyata ada lima pesuruh. Satu orang mendapat honor kisaran 300-500 ribu perbulan. Dengan gantian yang jaga malam. Semuanya pegawai tetap madrasah non pns. Dan tidak ada yang berjualan di madrasah alias pulang semua. Mengenai kantin di sistem titip barang, dengan 6 pegawai kantin (bukan pegawai madrasah) sehari masing-masing mendapat honor 6 ribu. Dengan status pegawai kantin dikandung maksud beda statusnya dengan pegawai madrasah. Baik administrasi kepegawaian maupun fasilitas yang didapat. Dari kantin bisa digunakan untuk kesejahteraan guru dan pegawai madrasah.
Kelas super digagas MTsN Bandarkidul sejak kisaran lima tahun lalu di bawah pimpinan H. Sya’roni, M.Pd.I. yang sekarang alih tugas di MAN 3 Kediri. Di tahun pertama saja menerima dua kelas. Ada yang menarik dalam merekrut siswa yakni rasa kebersamaan yang tinggi dari civitas akademik. Hingga guru-guru door to door ke rumah tokoh. Tokoh di anggap representasi masyarakat. Bila anak tokoh sudah di dapat maka masyarakat akan berbondong-bondong karena percaya akan kualitas. Hingga mengadakan olimpiade mata pelajaran untuk siswa MI dan SD tidak hanya di wilayah Kediri tetapi juga sampai ke Nganjuk. Kegiatan itu diselenggarakan untuk memperingati HUT MTsN.
Dalam meningkatkan SDM guru, ada hal unik yang dilakukan. Rasa kebersamaan di sini lumayan tinggi. Bila ada guru yang dikirim mengikuti diklat, maka akan dishare ke teman yang lain. Hingga sudah terbiasa bila guru-guru rela pulang sore hari. Guru juga di ajak melek IT. Setor nilai dalam bentuk ketikan, begitu juga membuat perangkat pembelajaran juga dalam bentuk ketikan asli. Tidak ketinggalan membuat soal disetorkan dalam bentuk ketikan jadi. Maka diruang guru disediakan dua komputer dan printernya. Rapor siswa diberikan dalam rekayasa komputer. Memang di MTs ini mempunyai program khusus
Rapor yang cukup canggih. Hingga sma negeri di kediri impor ilmu ke sini.
Mengenai kebersamaan, kayaknya memang ini yang digarap terlebih dahulu. Bila sudah ada rasa kebersamaan maka sesulit apapun tugas akan terasa ringan. Sudah biasa bila sering kumpul walau malam hari misalnya nonton bareng pertandingan sepak bola diselingi dengan liwetan bareng. Sisi kesejahteraan lumayan juga. Tunjangan wakil kepala madrasah hanya lima ratus ribu rupiah.
Kelengkapan sarana fisik sebenarnya juga menjadi kendala. Karena sudah lima tahun terakhir tidak mendapat bantuan sama sekali. Bahkan untuk membuat aula saja disiasati dengan dana mandiri dari guru dan orang tua wali. Caranya ketika perpisahan kelas 9 tidak digunakan untuk pesta perpisahan tapi cukup dengan perpisahan tiap kelas dengan sederhana. Biaya perpisahan digunakan untuk membangun aula.
Kegiatan sholat dhuha dilakukan tiap hari jumat secara bersamaan pada jam pertama di lapangan. Dilanjutkan doa bersama. Acara ini diikuti oleh guru dan seluruh siswa.
Melihat prestasi ini ada hikmah yang bisa diambil. Bahwa adanya super kelas sebagai kelas unggulan sebenarnya aplikasi dari teori sekolah efektif. Sekolah efektif dengan parameter mempunyai kepala madrasah yang inovatif, visioner dan mandiri. Memang sudah waktunya madrasah dijabat oleh kepala yang seperti itu. Agar terjadi percepatan madrasah menjadi lembaga pendidikan yang dibanggakan masyarakat. Kedua. Membangun rasa kebersamaan. Kerja tim sangat di utamakan. Semua civitas akademik di beri kepercayaan sesuai dengan tupoksinya. Semua di pakai. Tidak ada istilah pegawai di buang, tidak di pakai. Karena pada dasarnya setiap pegawai mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dan semua diberik kepercayaan untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Sehingga pegawai merasa senang dalam bekerja dan berusaha melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar