Jumat, 14 Mei 2010

Pentingnya berlatih

Setiap orang ada keinginan untuk maju, sukses, kariernya menanjak terus. Bahkan untuk hal itu ada yang menganjurkan untuk membuat peta hidup agar hidupnya bisa terpogram. Peta hidup. Kedengarannya aneh. Bukannya peta itu untuk melihat letak suatu tempat. Kalau peta hidup berarti petunjuk arah kehidupan seseorang agar bisa sesuai dengan arah yang dituju, sesuai cita-cita. Sesudah menentukan peta hidup yang berisi raihan jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang yang berasal dari hasil perenungan mendalam yang disesuaikan dengan kemampuan diri maka dianjurkan untuk senantiasa mematuhi peta hidup itu. Sebenarnya hal itu sudah diterangkan dalam al-Qur’an dalam surat al-Fatihah. Ihdinashshiratal mustaqim. Jalan yang yang lurus. Mohon diberi jalan yang lurus. Dan hanya kepada Allahlah, tempat bergantung dan memohon. Minimal kita sebagai seorang muslim membaca 17 kali sesuai jumlah rokaat sholat wajib yang kita kerjakan. Bila ditambah sholat sunah maka akan bertambah lagi.
Berkaitan dengan berlatih, terkadang kita terlena dengan berlatih. ada seseorang yang mempunyai bakat bermain pedang, jago berenang, pemenang hadiah nobel. Ternyata hal itu tidak dating dengan tiba-tiba. Begitu juga pemain sirkus. Ada yang bisa melipat tubuhnya seperti tidak bertulang. Ternyata oleh pemilik sirkus pemain yang masih belia itu dipaksa berlatih semenjak dia masih bayi. Ternyata juga bisa melaksanakan adegan itu. Begitu juga keinginan untuk menjadi penulis terkenal, presenter terkenal, orator terkenal, harus di mulai dari hal yang kecil. Menulis misalnya. Agar bisa meniru Prof. Dr. Imam Suprayogo yang bisa menyabet rekor MURI karena menulis sepanjang tahun bagi seoran rector maka yang bisa dilakukan adalah memulai dari hal yang sederhana. Pengalaman beliau, kalau menulis setelah jamaah sholat subuh. Jadi setelah berjamaah sholat subuh di masjid, sambil jalan beliau memikir apa yang mau ditulis. Oleh karena di rumah sudah tidak ada pekerjaan yang bisa dikerjakan maka di depan computer beliau menulis. Menulis apa saja. Terkadang tentang kehidupan sehari-hari. Misalnya suasana sholat subuh, hilangnya ayam yang ditemukan tetangga, rasa hormat kepada orang tua yang sudah meninggal, hingga masalah yang sedang hangat dibicarakan misalnya ujian nasional, mata hati seorang hakim, masalah century, memimpin lembaga pendidikan harus serius, pemimpin harus visioner dan perubah, berani melawan arus untuk kemajuan dan masih banyak lagi. Dan kalau dilihat dari itu, beliau bisa menulis pada puncak prestasi dan karier. Dalam arti waktu beliau sangat padat. Sehingga jadwal kuliah pun terkadang harus bergeser. Hal ini dialami penulis ketika mengambil mata kuliah Sosiologi Pendidikan. Terkadang perkuliahan dilaksanakan di kampus IAIN Sunan Ampel terkadang di ruang rektorat UIN Malang.
Ada satu lagi rektor perguruan tinggi Islam yang juga menulis sepanjang hari, terinspirasi dari pak imam yakni Pak Nur Syam. Guru Besar sekaligus Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya. Sudah banyak yang beliau tulis. Keduanya hampir sama spesialisasinya yakni sosiologi apalagi jebolan dari perguruan tinggi yang sama yakni dari Universitas Airlangga Surabaya.
Hikmah yang bisa diambil bahwa bila ingin berprestasi terhadap suatu hal haruslah rajin berlatih. Terprogram. Kontinyu, dimulai dari hal yang sepele, kecil, remeh tapi dilakukan terus menerus sejak sekarang. Bahkan orang yang punya bakat sekalipun akan bisa dikalahkan bila tidak sering berlatih. Dalam hal ini saya teringat dengan adanya karomah para wali, para shalihin. Bahwa karomah beliau-beliau itu terjadi tanpa diminta tetapi karena istiqomahya dalam menjalankan ibadah walaupun sedikit tetapi dilakukan terus menerus. Dan juga orang Tionghoa dalam mendidikan anak-anaknya. Diajari berdagang sedari kecil. Diajari olahraga prestasi sedari kecil misalanya bulu tangkis. Dengan latihan rutin tiap hari, jam dan harinya ditentukan begitu juga pelatihnya. Maka tidak heran bila dari hasil didikan itu banyak di negeri ini pengusahan keturuan Tionghoa bahkan perekonomian kita, Indonesia dikuasai kalangan mereka. Juga tak heran bila prestasi bulutangkis biasanya juga berjejer nama-nama dari kalangan mereka. Bagaimana kita dalam mempersiapkan generasi masa depan?
Wallahu a’lam bi al shawab.

Pisang, 12 Mei 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar