Jumat, 14 Mei 2010

Kriteria Pemimpin

Pisang, 13 mei 2010.

Jumlah penduduk Indonesia sudah begitu banyak. Bahkan disinyalir sudah lebihd dari 230 juta jiwa. Bulan ini juga diadakan sensus untuk mengetahui lebih pastinya lagi. Dari jumlah itu akan membawa konsekuensi yang tidak mudah. Pemerintah bertambah beban untuk menyediakan lapangan kerja yang jumlahnyan banyak, sarana pendidikan, sarana kesehatan, jalan raya dan lainnya. Inilah konsekuensi yang menjadi tantangan pemimpin di negeri kita.
Ternyata dari sekian jumlah penduduk itu ketika dibutuhkan pemimpin suatu lembaga mengalami kesulitan? Sehingga ketika akan diadakan pergantian akan ada pertanyaan yang diajukan yakni sudahkah disiapkan penggantinya? Kelihatannya tidak masuk akal, mencari satu orang saja kesulitan dari ribuan orang yang siap untuk promosi menjadi pemimpin.
Biasanya yang menjadi kriteria adalah pinter dan baik. Pinter dalam arti yang bersangkutan dirasa cakap untuk menduduki jabatan tersebut. Sesuai kriteria jabatan, pengalaman, terkadang juga masa kerja sebelumnya. Ditunjang parameter ijasah sebagai bukti tingkat pengetahuan yang dipunyai. Pinter juga bisa diartikan seberapa jauh kemampuan seseorang dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang pelik dan rumit. Apakah dia sudah teruji dalam menghadapi seperti itu? Makanya menarik kemarin ketika kemendagri memberi rambu-rambu bagi calon kepala daerah. Bahwasanya seseorang maju dalam pemilu kada tidak hanya bermodalkan finansial dan populer saja tetapi juga tidak pernah berbuat asusila atau zina dan mempunyai pengalaman berorganisasi. Di negara yang liberal seperti Amerika Serikat saja bila Calon Presiden terkena skandal perselingkuhan saja maka otomatis mengundurkan diri dari pencalonan. Disini bisa dilihat bahwa norma-norma sosial masih dipegangi bagi diri calon pemimpin.namun tidak bisa dipungkiri bahwa baru-baru ini ada walikota yang baru terpilih di Amerika Serikat yang mempunyai perilaku liyan-seorang lesbian. Dan warganya itu benar-benar tahu. Yang jelas budaya Barat dan Timur berbeda. Mengenai pengalaman memimpin atau berorganisasi dikandung maksud bahwa calon pemimpin sudah punya bekal dan pengalaman dalam memimpin orang yang mempunyai sifat dan tipe bermacam-macam sehingga tidak kaget dengan problem yang terjadi bila memimpin suatu daerah kelak.
Lebih komplit lagi bila kriteria pemimpin harus baik secara ritual,sosial dan intelektual. Baik secara ritual berarti dia menganut suatu agama yang konsisten. Dan bisa mengamalkan agamanya dengan baik tentu saja agama yang dianut menjadi pedoman hidup bagi dirinya dalam memimpin. Agama sebagai spirit kehidupan yang menaungi dalam segala langkah dan perilakunya. Lebih baik lagi bisa memberi contoh dengan melaksanakan ibadah di Masjid, Mushola secara aktif berjamaah dengan para tetangga. Minimal sholat berjamaah Magrib, Isya dan Subuh. Dan bisa menjadi pemimpin informal di masyarakatnya. Baik secara sosial bahwa ia tidak terkucilkan di kalangan masyarakat. Bisa srawung (bahasa Jawa), bisa komunikasi dengan orang lain, bisa menghargai dan bekerjasama. Terakhir baik secara intelektual bila seseorang terus mengupdate keilmuan dan wawasannya. Menjadi seorang pembelajar seumur hidup. Sebagai bekal untuk menciptakan inovasi dan pembaharuan dalam memimpin. Dengan cara membaca buku, jurnal dan bisa menyampaikan gagasan-gagasannya di media massa, buku, dan jurnal.
Bila dihadapkan pada alam demokrasi sekarang ini, terkadang kriteria pemimpin di atas menjadi tersingkir. Orang yang mempunyai komitmen, keinginan merubah menjadi lebih baik dianggap sebagai musuh yang harus disingkirkan. Memang beda orang memandang terhadap suatu persoalan. Antara orang bodoh dan orang pandai. Sebagaimana orang buta melihat seekor gajah. Hal ini terjadi oleh karena arus politik dan kekuasaan. Semoga bangsa ini masih mempunyai hati nurani untuk menentukan pemimpin yang baik dan pintar. Amin.
Wallahu a’alm bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar