Jumat, 14 Mei 2010

Kemajuan lembaga pendidikan

Kalau kita melihat lembaga pendidikan maka kita akan bias memprediksi bahwa ada yang maju atau tidak maju. Lalu sudah jamak kita melihat bahwa lembaga pendidikan islam atau madrasah pada umumnya dikelola secara tradisional. Melihat performancenya pun sudah melihat setengah hati. Karena tidak ada yang bias dibanggakan. Tapi ada satu dua dan seterusnya madrasah yang terus berbenah memperbaiki diri. Ada juga beberapa sekolah yang berada di pondok yang mempersiapkan diri berbenah pula. Bias disebut diantaranya sma khadijah Surabaya, sma unggulan darul ulum jombang yang mempunyai kelas rsbi. Belum lagi yang lain.
Kalau madrasah di sekitar kita yang kelihatan diantara yang lain diantaranya madrasah aliyah negerei 3 kediri, mtsn pare, mtsn 2 kediri. Kiprah siswa-siswinya menghiasi salah Koran harian di wilayah kita. Hal tersebut membuat kita senang bahwa banyak madrasah yang sudah layak jual dan berani bersaing dengan sekolah umum.
Apakah sekolah dan madrasah itu bias berkembang baik dengan tiba-tiba? Ternyata tidak. Lalu kira-kira kata kunci keberhasilan itu apa?
Ada cerita dari pengalaman pak imam suprayogo dalam memimpin dan membesarkan uin maulana malik ibrahim malang. Ternyata prosesnya begitu panjang dan melelahkan. Hanya orang-orang yang berjiwa besar dan mau berjuang yang mau melaksanakannya. Dimulai dari status stain mau merubah menjadi universitas butuh waktu dan proses yang lama.
Menurut hasil penelitian ternyata posisi pemimpin sangat berpengaruh atas kelangsungan lembaga pendidikan. Sosok pemimpin inilah yang akan membawa warna kemajuan lembaga ke depan. Bila pemimpinnya visioner dan tipe perubah maka berbanggalah lembaga itu akan terjadi perubahan yang dasyat. Sedang kita tahu ada orang yang ingin menjadi pemimpin. Karena ada motif prestise, ingin mendapatkan fasilitas, ingin mendapatkan penghormatan dari orang lain. Namun ada juga orang yang ingin menjadi pemimpin karena punya keinginan tulus untuk mengadakan perubahan yang lebih baik. Dengan visinya dan seluruh waktu dan tenaga dicurahkan untuk terjadinya perubahan dari lembaga itu sendiri. Tipe inilah yang sebenarnya perlu dicari. Sedang tipe pertama karena pokoknya jabatan dapat diraih dengan cara apapun maka hasilnya hanya sementara saja. Memang jabatan sudah di rengkuhan tangan, dengan fasilitas dan penghormatan anak buahnya walaupun itu semu. Maka style kepemimpinannya adalah bagaimana cara mengembalikan modal yang sudah disetor. Sehingga selama periode amanah yang dibebankan di pundaknya adalah bagaimana cara agar kepimpinannya bisa aman dan kalau bisa bagaimana bisa langgeng selamanya.
Pemimpin seperti ini dalam mencari anak buah yang diutamakan adalah yang punya loyal tinggi. Tidak perlu yang pinter. Style kepemimpinannya adalah mencari anak buah yang loyal walaupun agak bodoh. Karena ada anggapan kalau pandai bisa dibentuk dengan mengirimnya mengikuti diklat atau kursus maka sudah cukup. Dengan membuat kebijakan seperti ini maka periodenya akan aman. Dia takut mencari anak buah yang pandai, takut anak buahnya akan tidak loyal bahkan akan membahayakan kedudukannya. Maka yang penting anak buah yang loyal. Berbahagialah bila orang yang punya sifat loyal tinggi karena masih ada kesempatan menjadi anak buah yang dipercaya. Sedangkan tipe pemimpin perubahan. Dalam memimpin lebih membutuhkan anak buah yang cakap, kerja cerdas dan keras dan pandai. Kalau bisa lebih pandai dari dirinya. Ia tidak khawatir anak buahnya akan menggesernya. Yang ada dibenaknya adalah lembaga yang ia pimpin bisa lebih maju. Ia tidak mengkhawatirkannya.
Pemimpin yang visioner dan semangat perubahan mempunyai target yang pasti. Empati pada anak buah, membimbing, mengarahkan, mengayomi dan memberi motivasi anak buah agar menjadi lebih baik. Tentu saja dengan keteladanan dan pengorbanan. Siap berkorban untuk kepentingan yang lebih besar. Dalam melangkah tetap mempertimbangkan juklak dan juknis yang ada. Dan tetap loyal pada atasan. Namun loyal yang diberikan bukan loyak kepada pribadi tetapi loyal pada sistem. Sehingga ada ruang kreatif yang bisa dilakukan untuk kemajuan lembaga. Bukan lagi tipe karena tidak ada aturan lalu tidak melangkah. Ingin sesuatu namun karena terkendala aturan lalu tidak berani melangkah. Kedepan memang sangat diperlukan tipe pemimpin seperti ini. Tidak terbelenggu dengan aturan yang ada namun bila ada celah yang bisa dilakukan dan tidak melanggar aturan mengapa tidak dilakukan.
Tugas pemimpin lainnya adalah bagaimana menumbuhkan kepercayaan kepada konsumen, dan stakeholder. Untuk mencapai kearah ini memang tidak mudah dan ringan. Banyak sekali rintangan yang menghadang. Namun bila sudah direngkuh maka apapun yang akan diprogramkan lembaga insyaAllah konsumen dan stakeholder akan menurutinya. Karena percaya dengan apa yang diprogramkan. Masyarakat akan berbondong-bondong menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah ini. Walau berapapun biaya yang akan dikeluarkan. Semoga kedepan para pemimpin pendidikan mempunyai jiwa visioner dan semangat perubahan. Amin.
Wallahu a’lam bi al shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar