Pada hari ini Sabtu, 17 September 2011 diadakan pisah kenal kepala MTsN Termas Baron. Dari H. Moh. Muslih, S.Ag., M.Pd.I kepada Sutopo, S.Ag., M.Pd.I. pergantian ini mengacu atas pelantikan pejabat di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nganjuk yang dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2011. Pergantian memang tuntutan organisasi. Butuh penyegaran dan rotasi. Dengan harapan ada perubahan untuk perkembangan madrasah ke depan.
Pak Kaji Muslih-biasa kami menyebut- sekarang beralih tugas menjadi Kepala MTsN Berbek Nganjuk sedang Pak Topo-biasa kami menyebut- sebelumnya adalah Kepala MIN Termas. Antara MIN Termas dan MTsN Termas masih satu komplek di lingkungan YPI al-Hidayah. Jadi ada promosi dari kepala MIN menjadi Kepala MTsN. Dan kayaknya kemarin hanya satu-satunya. Pelantikan berlangsung gayeng, santai dan khitmah. Acara berlangsung lancar diawali pembukaan dengan bacaan suratul Fatihah dan dilanjutkan membaca ayat suci al-Qur’an oleh Mat Khoirun, S.Pd. salah seoran guru Penjas MTsN Termas. Memang beliau walau berlatar belakang olahraga aktif mengikuti Jam’iyatul Qurra’ di Kertosono dan biasanya membaca Qur’an secara tartil menjelang sholat subuh di Mushola sekitar rumahnya. Dan menjadi imam sholat tetap di salah satu Masjid dekat Rumah Sakit Kertosono. Memang unik kedengarannya. Ada guru agama tidak bisa qiraat tetapi guru penjas tambah baik bacaannya. Namun inilah yang terjadi. Dan wajar pula. Namun juga mengagumkan.
Kaji Muslih telah memimpin madrasah ini selama tiga tahun. Mulai dari bulan September 2011 sampai September 2011. Selama dipegang beliau ada peningkatan jumlah siswa. Ketika beliau datang masih ada 12 rombongan kelas. Namun sekarang menjadi 17 rombongan kelas dengan jumlah siswa sekitar 600 peserta didik. Di samping itu ada bantuan rehab besar 3 ruang kelas dan 4 rehab kecil serta juga masih melakukan keramikisasi. Pembangunan yang lain adalah membangun 1 RKB bersama majelis madrasah. Adapun program kepala yang belum tuntas menurut beliau ada beberapa yakni melanjutkan pembelian tanah sebagai perluasan di selatan madrasah yang masih baru diberi DP, lalu melanjutkan pembangunan 1 RKB, toilet guru, rumah pesuruh dan pavingisasi lapangan.
Pak Topo, orangnya masih muda. Asli Bojonegoro. Ketika menginjakkan kaki pertama kali di Nganjuk disibukkan tentang kesantriannya. Memang nama Sutopo-kelihatan nama Jawa. Namun itulah nama pemberian orang tua. Dan pastilah orang tua memilihkan nama terbaik bagi putra-putrinya. Buktinya nama tersebut menjadi hoki. Karena pemilik nama tersebut sekarang menjadi pejabat di Kementerian Agama Kab. Nganjuk. Mengenai nama ini Pak Kaji Saipul – H. Saiful Hidayat, Ketua Majelis Madrasah – memberi makna lain. Su diberi arti apik (baik) sedang Topo berarati uzlah di sepertiga malam terakhir. Hal ini di ambil karena di awal-awal mengajar di MIN Termas tinggal di Pondok al-Hidayah dan terlihat sering sholat malam di masjid di bawah jam dinding imaman. Mungkin salah satu amalan inilah sehingga pelakunya di angkat derajatnya oleh Allah.
Perjalanan karier terbilang moncer. Diangkat menjadi PNS tanggal 25 Desember 1995 di MIN Termas. Lalu pada tanggal 1 April 2005 mendapat SK mutasi menjadi guru di MTsN Bagor. Selang beberapa waktu kemudian tepatnya tanggal 16 Juni 2005 mendapat tugas tambahan sebagai Kepala MIN Termas yang kemudian melanjutkan promosi menjadi Kepala MTsN Termas terhitung tanggal 25 Agustus 2011.
Dikala sambutan dari majelis madrasah atau komite oleh H. Saiful Hidayat lebih lanjut dipaparkan kriteria pemimpin menurut Imam Ghozali. Diantaranya adalah: abidah. Abidan disini dimaknai sebagai ahli ibadah. Pemimpin secara dhohir memimpin umat atau rakyat atau bawahan. Semua bawahan di bawah kendalinya. Hidup dan berkembangnya organisasi di bawah komandonya. Namun disamping itu seorang pemimpin adalah juga makhluk. Sebagaimana yang lain. Yang juga mengabdi kepada Tuhannya. Agar bisa memimpin tidak hanya dengan kemampuan intelektual dan emosi semata maka sangatlah ideal bila seorang pemimpin juga menjalankan ibadah ritual dengan istikomah. Dan bahkan lebih baik lagi yang terbaik kualitasnya. Tidak asal menjalankan saja. Dari sini akan ada atsar. Yang akan menuntun dalam menjalankan tugas bukan hasil dhohir saja namun ada tangan gaib yang juga akan membantunya. Bukankah Gusti Allah sudah berfirman untuk menjalankan ibadah dulu, menjalankan pengabdian dahulu. Baru meminta pertolongan agar apa yang diamanahkan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Kedua, zahidan. Zahidan berasal dari kata zuhud. Secara sederhana diartikan menjauhkan diri dari perkara makruh apalagi haram. Dulu di jaman Umayyah ada salah seorang khalifah yang terkenal namanya Umar bin Abdul Azis. Dilihat dari namanya Umar, memang masih terbilang cucu dari khalifah kedua khulafaurrasyidin Umar bin Khatab. Di ceritakan bahwa walaupun hanya memerintah tidak lama sekitar 2 tahun namun telah berhasil mensejahterakan rakyatnya. Parameternya adalah sulit mencari mustahiq zakat. Karena semua rakyat dalam kondisi yang lumayan sejahtera. Beliau dikenal sangat tegas dalam hal harta. Mana harta untuk negara dan keluarga. Ditasyarufkan ke tempat masing-masing. Dari hal inilah diantaranya keberhasilan beliau dalam memimpin. Karyanya ditulis dengan tinta emas dan menjadi ibrah hingga sekarang.
Ketiga, alim dalam ilmu akhirat. Kehidupan tidak akan berhenti pada saat ini. Yakni melanjutkan fase alam barzah dan akhirat. Karena mengerti bahwa ada hidup sesudah mati maka seorang pemimpin akan lebih bijaksana dalam membuat keputusan. Akan berpikir matang, pas, dan adil. Dalam membuat keputusan seorang pemimpin akan memperhitungkan akibatnya. Adakah ada kerugian yang akan diterima besok di akhirat? Dan ini akan terjadi manakala pemimpin mempunyai ilmu “agama”. Setidak-tidaknya senantiasa dekat dengan ulama. Bila ini bisa dilakukan agar memperoleh nasehat, wejangan berharga dalam menjalankan tugas.
Keempat, faqihan bimasholihil khalqi. Memahami kebutuhan umat. Umat menginginkan sejahtera. Karena ada pemimpin maka pemimpin mempunyai kewajiban melakukan hal tersebut. Dalam bidang pendidikan diantaranya the right man on the right place, mengusahakan kesejahteraan civitas akademika, mempermudah kenaikan pangkat, secepatnya menyerahkan hak bila kewajiban sudah ditunaikan dan lain sebagainya.
Kelima, ikhlas. Ikhlas disini bukan bermakna sekedernya, alakadarnya, malaikatan, tanpa bayaran dan sebagainya. Pemimpin diharapkan bekerja dengan ikhlas. Ikhlas disini berarti profesional. Menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai tupoksi. Bahkan lebih dari itu. Tupoksi sebenarnya adalah parameter terendah dalam menjalankan tugas. Dan biasanya pemimpin tipe seperti ini sulit untuk mengadakan perubahan. Dan terkesan “aman” saja. Seperti yang disampaikan Prof. Dr. Imam Suprayogo bahwa pemimpin lembaga pendidikan harus berani membuat lompatan kemajuan. Bila semestinya harus dikerjakan 10 tahun bila dikerjakan 2 tahun selesai mengapa tidak. Maka pemimpin dituntut untuk membuat terobosan, berlari, melompat, menerabas bahkan menerjang sekalipun. Karena lembaga pendidikan Islam sangat jelas visi dan misinya. Pasti benar tujuannya. Dan diantara dari hal diataslah STAIN Malang bisa merubah diri menjadi UIN Malang dalam tempo 6 tahun. Tidak hanya namanya saja. Namun diikuti perkembangan gedung yang megah, SDM yang mumpuni, karya akademik yang terbit ratusan jumlahnya pertahun, jumlah mahasiswa yang berlipat ganda, atmosfir akademik yang semakin baik, planning kedepan yang jelas dan tidak kalah penting sudah menjadi jujugan mahasiswa asing untuk tempat studi. Sehingga layak menjadi perguruan tinggi internasional. Dan ada pembeda yang unik diantara perguruan tinggi yang lain. Yakni ada sekitar 800 mahasiswa yang mengikuti program tahfidz al-Qur’an. Obsesinya menjadikan UIN Maliki Malang menjadi al-Azhar Indonesia. Setidak-tidaknya pemimpin lembaga pendidikan Islam dituntut mempunyai ghirah mengembangkan lembaga pendidikan yang dipimpinnya sehingga menjadi lembaga pendidikan yang menjadi tujuan masyarakat menitipkan putra-putrinya.
Setelah acara selesai dan mau pulang diberi oleh-oleh oleh Kaji Muslih berupa sarung dan baju takwa. Alhamdulillah, sebenarnya saya mempunyai keinginan terpendam dalam hati sejak bulan Ramadhan kemarin untuk mempunyai baju takwa warna putih. Dan sekarang sudah di tangan. Sebagai bentuk rasa syukur langsung saya pakai untuk sholat. Akhirnya, selamat jalan Kaji Muslih. Terima kasih atas arahan dan bimbingan selama ini. Begitu juga kenang-kenangannya. Semoga senantiasa mendapat maunah dalam menjalankan tugas di tempat yang baru. Selamat datang Pak Topo semoga berhasil membawa perubahan MTsN Termas menjadi yang lebih baik. Wallahu a’lam bi al-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar