Minggu, 18 September 2011

Sukses dari Sejarah

Sukses adalah suatu capaian. Hidup sukses menjadi harapan semua orang. Segala hal baik ikhtiar lahiriah dan batiniah dilakukan agar bisa meraih yang namanya kesuksesan. Bahkan terkadang hal-hal yang kurang sesuai dengan aturan tetap dilakukan agar bisa meraih yang namanya sukses. Artinya apapun dilakukan walaupun dilarang. Apakah semacam itu yang namanya sukses?
Arti sukses variatif. Tinggal siapa yang memandang. Apakah dilihat dengan kedua belah mata, mata batin atau dilihat dari lubang sedotan. Sebagaimana orang buta melihat bentuk gajah. Ada orang dianggap sukses karena kekayaannya, jabatannya, status sosialnya, kepangkatan akademiknya, kecantikan/ketampanan pasangannya, keharmonisan keluarganya, kesuksesan anak-anaknya, pekerjaannya dan sebagainya. Semua hal tersebut sah-sah saja. Memang sementara ini hal tersebut yang berada dalam memori masyarakat.
Dalam al-Qur’an kata sukses identik dengan kata takwa. Oleh karena pentingnya takwa sehingga selalu diwasiatkan oleh khatib setiap khutbah jumat. Dan bahkan menjadi rukun khutbah. Mengapa takwa penting dan apa relasinya dengan sukses? Begini gambarannya. Takwa adalah tingkatan derajat seseorang yang tinggi. Orang yang bertakwa dijanjikan masuk surga ketika di akhirat. Di dunianya dia akan menjadi orang yang berbahagia karena selamat dunia dan agamanya. Apakah orang seperti ini tidak sukses? Sebagaimana doa sapu jagat yang setiap hari kita panjatkan. Selamat di dunia, selamat di akhirat dan dijauhkan dari api neraka.
Bila melihat term di atas ternyata sukses tidak hanya dimonopoli oleh orang yang kaya saja. Dimonopoli oleh orang yang berstatus social tinggi, orang yang secara akademik tinggi. Namun sebenarnya sukses bisa digapai oleh setiap orang. Tidak memandang kastanya. Tidak memandang tingkat pendidikannya. Yang jelas setiap orang berhak meraih kesuksesan tanpa memandang ras, suku, bahasa, sempurna atau tidak anggota tubuhnya. Semua bisa sukses. Lalu mengapa kok ada orang yang tidak sukses? Mungkin waktu yang bisa menjawab.
Dalam surat al-Baqarah pada awal surat, Allah menjelaskan beberapa diantara criteria orang yang bertakwa atau orang yang sukses. Pertama orang yang beriman kepada yang ghaib. Ghaib adalah tidak nyata. Ada dibalik kenyataan panca indera. Panca indera manusia tidak sanggup untuk melihatnya. Ada siksa kubur, ada neraka, ada surga, malaikat, jin, setan dan al-Khalik Allah. Yang jelas bukan hal yang empiric. Yang diluar hasil penelitian manusia. Berarti kalau ada seseorang yang mengaku berilmu tinggi dan tidak mengakui adanya sesuatu diluar kenyataan sebenarnya dipertanyakan keilmuannya. Karena semakin tinggi ilmu seseorang sebenarnya muaranya akan mengakui hasil ciptaan Allah. Dan tentu saja akan menambah keimanannya.
Ciri-ciri orang sukses kedua adalah menegakkan sholat. Tidak sekedar mendirikan sholat. Sholat adalah tiang agama. Keberadaan seseorang dilihat juga dari seberapa jauh perhatiannya dalam melaksanakan sholat. Dan bahkan sholat pula amal yang ditanyakan pertama kali di alam kubur. Melaksanakan sholat dimanapun dan kapanpun bagi seorang muslim adalah kewajiban dan kebutuhan. Dibalik Allah mewajibkan sholat bagi manusia pastilah ada hikmahnya. Diantaranya adalah dirinya akan sukses di dunia dan akhirat. Di dunia akan ditampakkan. Contoh yang sederhana saja. Bila seseorang menegakkan sholatnya insyaAllah akan terhindar dari kefakiran. Allah akan mengatur kehidupannya menjadi lebih baik. Dan ini sudah banyak sekali bisa dilihat disekeliling kita. Para senior kita juga seperti itu. Nabi Muhammad sukses dalam menjalankan dakwah dengan banyak tantangan dan hambatan yang begitu dahsyat ternyata diberi kemudahan diantaranya juga karena menjalankan sholat dengan baik. Tentu saja sholat dengan berjamaah di masjid. Tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa Kanjeng Nabi sholat di rumah. Semua sholat fardhu dilaksanakan di masjid. Ada sebuah PTAIN yang membiasakan sholat berjamaah bagi civitas akademiknya. Mulai dari rector, dekan, dosen, tenaga kantor, mahasiswa hingga tukang sapu. Sehingga bila masjid berkumandang adzan semua pekerjaan ditinggalkan. Lalu bersama-sama pergi ke masjid menjalankan sholat berjamaah. Ternyata kehidupan kampus dinamis, perkembangannya maju pesat. Tidak terdengar ada demo, faksi-faksi yang ingin memperkeruh suasana. Karena di masjid sowan kepada al-Khalik bersama-sama dengan satu tujuan dan di masjid pula semuanya bisa bersilaturahim. Segala uneg-uneg bisa dishare sehingga tidak sampai menjadi bom waktu. Maka sahabat-sahabat bila ingin Komisariat PMII al-Farabi bisa maju dan sukses contohlah hal tersebut dengan melaksanakan sholat berjamaah. Tentu saja pengurusnya harus bisa menjadi contoh.
Yang ketiga, memberikan sebagian harta. Memang ada hak orang lain dalam harta kita. Bila kita tidak mengeluarkannya berarti kita memakan harta orang lain. Dalam agama kita ada namanya zakat baik mal, fitrah, perdagangan juga zakat profesi. Ada juga infak, sadaqah, dan wakaf. Semua itu sebagai sarana mempersempit kesenjangan kehidupan. Dan menjadikan bersih dan bertambahnya nilai harta. Bila hal ini disadari betul. Memang nilai harta secara kuantitatif berkurang namun secara kualitatif akan bertambah. Banyak orang sukses karena hal ini. Bahkan orang atheis, kapitalis pun melakukan hal ini. Misalnya Bill Gates. Orang terkaya di dunia memberikan sebagian hartanya untuk kegiatan social. Hartanya tidak berkurang bahkan pundi-pundi uangnya bertambah. Kalau dari kalangan kita sudah banyak contohnya. Mulai dari Kanjeng Nabi para sahabat dan dari para kiai kita. Seperti Kiai Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah dan lainnya sebelum berdirinya NU sudah mendirikan yang namanya Nahdlatut Tujjar. Kebangkitan para pedagang. Jangan dikira ternyata Para Kiai tersebut juga seorang pedagang atau pengusaha istilah sekarang. Selain mengajar di pesantren masing-masing juga seorang yang kaya dari usahanya. Misalnya Kiai Hasyim Asy’ari disamping mempunyai sawah yang luas, juga berdagang besi dan kuda di Surabaya. Dari usaha inilah harta beliau dan kiai-kiai yang lain digunakan untuk membesarkan Nahdlatul ‘Ulama hingga bisa kita rasakan hingga sekarang.
Dari hal di atas, kita bisa mengambil kesuksesan dari sejarah. Sejarah tidak hanya di baca. Tidak hanya diingat, tidak hanya diseminarkan dan didiskusikan tapi diambil hikmahnya dan kita gunakan untuk merajut masa depan yang lebih baik. Sahabat-sahabat masih muda. Masih panjang waktu yang akan ditempuh perlulah dan wajib untuk segera merenung dan action apa yang akan dilakukan. Sudah tidak perlu kiranya manut grubyuk tanpa mengerti tujuannya. Perlu segera membuat peta hidup seperti Fahri dalam novelnya Kang Abik dalam “Ayat-ayat Cinta”. Kalau sahabat-sahabat dalam melakukan kegiatan terbiasa membuat proposal perlu juga sekarang difikirkan proposal hidup anda yang diajukan kepada Allah. Karena terkadang kita lupa akan hal tersebut.
Selamat ber-RTK X PMII al-Farabi semoga sukses selalu. amin.
* bahan diskusi Dialog Interaktif dan RTK X PMII al-Farabi tanggal 23 Juni 2011 di Kampus STAI Miftahul ‘Ula Nglawak Kertosono Nganjuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar