Dalam Islam banyak sekali khasanah yang mendukung akan berkembangnya ilmu pengetahuan. Dalam wahyu pertama turun dan diterima Nabi Muhammad yakni surat al-Alaq: 1, iqra. Bacalah. Ini sebagai bukti bahwa kita diperintahkan untuk membaca. Membaca adalah langkah pertama untuk membuka ilmu pengetahuan. Dan dari membaca pula pengembangan ilmu pengetahuan dimulai.
Lalu wahyu dilanjutkan dengan menyebut Tuhan yang menciptakan. Alam semesta seisinya ini adalah bukti nyata ciptaan Tuhan, Allah. Alam yang penuh dengan beraneka ragam flora, fauna dan pernik-perniknya bila dibaca dan dihayati akan menumbuhkembangkan ilmu pengetahuan. Begitu juga keimanan akan meningkat. Karena alam adalah ayat-ayat kawniyah. Sedangkan al-Qur’an adalah ayat qawliyah. Kedua-duanya sangat penting bagi manusia.
Namun selama ini umat masih disibukkan dengan ibadah ritual. Seharusnya ibadah ritual tidak usah diperdebatkan. Langsung saja dipraktekkan. Karena mengenai diterima atau tidaknya amal hanya Allah sendiri yang menentukan. Kita sebagai makhluk tidak tahu hasilnya. Lebih baik apa yang diyakini seperti yang dicontohkan oleh para pemimpin agama segera dipraktekkan. Selesai. Karena bila terus diperbincangkan akan menghabiskan waktu. Tujuan utama adanya agama yakni menyelesaikan persoalan umat akan terabaikan. Demikian kira-kira apa yang dipikirkan oleh Prof. Imam.
Sudah seharusnya bila umat Islam menjadi pusat peradaban. Pusat pengembangan ilmu. Pengembangan ilmu pengetahuan, tidak jadi murid terus. Lalu kapan bisa menjadi guru. Karena sekarang ini pusat ilmu masih dimiliki oleh umat lain. Sehingga mau tidak mau posisi kita berguru kepada mereka. Padahal sudah jelas bahwa referensi keislaman memerintahkan agar umat Islam berilmu pengetahuan. Bahkan sangat jelas menjadi pembelajar sepanjang hayat. Uthlubul ilma minal mahdi ilal lahdi. Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan hingga liang lahat. Tidak cukup dengan itu dianjurkan juga mencari ilmu sampai jauh hingga ke negeri Cina. Bila disini belum ada. Dengan memberi metafor mencari ilmu sampai kenegeri Cina. Mengapa Kanjeng Nabi memberi pernyataan seperti itu. Apakah di negeri Cina sudah menjadi pusat Islam, mengapa tidak ke Romawi atau Persia sekalipun. Mungkin dikandung maksud bahwa Cina mempunyai peradaban yang sudah maju sejak masa lampau. Ada tembok Cina yang berdiri megah sampai sekarang. Belum lagi ilmu pengobatan yang masyhur hingga kini. Sehingga sampai Direktur Utama “Perusahaan setrum” PLN pernah berobat hati sampai ke sana. Dan masih banyak orang lain yang menjajal keampuhan obat Cina. Keunggulan lain adalah strategi perangnya yang maju, dan disinyalir akan mengimbangi kekuatan militer negara-negara maju. Tanda-tandanya sudah mulai tampak. Diantaranya RRT sudah mempunyai kapal induk, modernisasi alutsita dan memperbanyak tentara. Dan yang tidak kalah ternyata ilmu dagangnya yang mumpuni. Ini dengan bukti kemajuan yan sangat pesat di bidang ini. Bahkan tanpa terasa produk industrinya menguasai pangsa pasar di negeri ini. Mulai dari hal yang sepele misalnya tusuk giri, sendok, garpu, sampai motor, hp, barang elektronik
dan masih banyak yang lain.
Walau demikian, ada hal yang menggembirakan. Adanya keinginan berbagai pihak bahwa tidak ada dikotomi ilmu umum dan ilmu agama. Walaupun masih agak sulit ditingkatan pejabat tinggi. Karena memang nomenklaturnya masih ada dikotomi adanya ilmu agama dan ilmu umum. Namun dikalangan pejabat-pejabat eselon di bawahnya yang mengarah pada pentingnya berkembangnya ilmu agama dan umum sekaligus. Sehingga harapan membentuk insan kamil akan menjadi kenyataan. Bahkan beberapa perguruan tinggi mulai gemar mempelajari al-Qur’an dan hadith. Semoga Islam mulia bergeliat dan bisa di mulai dari Indonesia sebagai bangsa yang mayoritas muslim. Maka tidak ayal ada secercah harapan Indonesia akan menjadi pusat peradaban Islam di masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar