Menunaikan ibadah haji mennjadi dambaan setiap muslim. Karena baru dianggap sempurna keislaman seseorang bila seluruh rukun Islam yang lima, yakni: membaca syahadat, melaksanakan sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan Ramadhan dan ibadah haji.
Ada dua kategori di sini ada yang berkaitan dengan harta dalam arti kemampuan, istathoa, yakni membayar zakat dan ibadah haji. Karena baru bisa membayar zakat bila sudah mampu dalam arti memenuhi batas minimal wajib zakat (nisab) dan sudah setahun (haul). Bila tidak memenuhi kriteria ini maka belum berkewajiban membayar zakat. Begitu juga ibadah haji, dituntut harus mampu secara materi dengan bentuk membayar BPIH (Biaya Pemberangkatan Ibadah Haji) yang pada tahun ini lebih dari Rp 30.000.000,00. bila tidak mampu maka tidak akan bisa menunaikan ibadah ini. Disamping ada rasa aman dalam perjalanan dan mampu secara fisik. Mengenai hal terakhir ini idealnya menurut para guru, keluarga, atau kenalan yang saya temui lebih menganjurkan selagi masih usia muda. Dengan asumsi karena dengan usia yang masih energik, badan kuat dan sehat diharapkan mampu melaksanakan semua rangkaian ibadah haji dengan sempurna.
Lalu bagaimana yang belum mampu? Bagi yang belum mampu dianjurkan untuk berniat untuk menunaikannya. Sebagaimana saya tadi malam bersilaturahim ke Pak Kiai Pesantren Darul Falah. Niat disini dalam arti berniat dalam hati, senang dan ingin bisa menunaikan rukun Islam ini. Lalu senantiasa berdoa kepada Allah untuk dimudahkan melaksanakannya. Lalu dimulai dengan membuka rekening tabungan haji walaupun dengan membuka dengan saldo Rp 50.000,00 sebagai pancingan untuk bisa menabung di waktu selanjutnya. Ada satu cerita yang disampaikan dan ini menarik serta nyata.
Cerita mengenai membuka tabungan dengan saldo Rp 50.000,00 ini ada. Setelah seseorang yang tidak saya sebutkan namanya mempunyai tabungan haji. Ada salah seorang saudaranya memberitahu untuk menyerahkan buku tabungannya dengan sowan Kiai Yahya Mahrus Lirboyo. Dan benar setelah bersilaturahim oleh Kiai Yahya ditambahi uang Rp 15.000.000,00. Padahal waktu itu ONH masih Rp 17.000.000,00 maka tinggal menambahi sedikit dan bisa berangkat haji.
Ada seorang kiai yang kesehariannya membuat cikrak (tempat sampah terbuat dari bambu) dan sejenisnya. Pekerjaan ini yang beliau tekuni setiap hari. Secara materi dari pendapatannya tidak mungkin membayar BPIH yang jumlahnya puluhan juta. Namun karena keihkhlasannya dan senantiasa berdoa kepada Allah dimudahkan oleh Allah untuk menunaikan ibadah ini. Dan ternyata bisa juga menunaikan ibadahn haji ini. Memang rizki min haisu la yahtasib. Lalu doa yang beliau baca diberikan kepada sanak saudara yang menginginkannya.
Lalu ada juga cerita. Dan cerita ini insyaAllah bisa dipertanggungjawabkan karena berasal dari cerita dari tetangga yang saya hormati. Ada juga penjual krupuk gorengan pasir yang berjualan dengan berkeliling di desa sekitar. Ada yang mengistilahkan krupuk padang pasir. Bila dilihat dari omsetnya hanya sedikit mungkin kerja seharian pada kisaran seratusan ribu. Secara materi hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan harian saja. Namun karena ditakdirkan bisa berkunjung ke Baitullah maka bisa juga sampai kesana.
Kemudian ini cerita dari kakak pondok sendiri. Saya tahu betul kesehariannya. Sewaktu masih di pondok sambil bekerja dengan menjual peralatan sawah semisal pisau, sabit, cangkul dan sejenisnya di pasar. Yang dilanjutkan setelah boyong dari pondok hingga dilanjutkan sampai mempunyai pondok pesantren sekarang. Ia termasuk bukan pedagang besar yang omsetnya ratusan juta rupiah. Yang dilihat dari kerjanya hanya pagi sampai siang saja. Lalu pulang ke pondok mengaji. Namun setelah tidak lama boyong dan menikah lalu bisa melunasi BPIH serta sudah menunaikan rukun islam yang kelima. Ternyata ia sudah berdoa lama sekali. Dari bekerjanya setiap hari menyisihkan uang minimal Rp 1.000,00 lalu dimasukkan pada daun pintu yang dilubangi. Memang ada daun pintu yang terbuat dari triplek atau sejenisnya. Sehingga bagian dalam ada ruangan kosong. Lha, ruangan kosong inilah yang digunakan untuk tempat celengan (tabungan). Ini dilakukan setiap hari dan berlangsung bertahun-tahun. Karena dirasa sudah cukup lalu dibukalah celengan di daun pintu tersebut ternyata kurang sedikit. Dengan berbagai cara maka bisa juga melunasi.
Memang ada yang mengatakan ibadah haji adalah ibadah yang unik dan penuh misteri. Bisa dikatakan seperti ini karena ada tetangga yang dipandang mampu secara materi dan fisik namun belum terpanggil untuk melaksanakannya. Hingga tutup usia. Namun ada juga yang dimudahkan.
Seorang guru pegawai negeri secara materi tidak mampu karena gaji hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan harian keluarga secara minimal. Namun ternyata juga bisa pergi ke Mekkah al Mukaromah sarimbit.
Dari cerita di atas memang ibadah haji adalah panggilan Nabi Ibrahim. Dan jenis ibadah yang berbeda dari yang lain. Namun bila ada niat, cinta atau hub untuk melaksanakan ibadah ini dan terus berdoa serta dibuktikan dengan membuka rekening tabungan haji insyaAllah akan dibukakan jalannya. Dengan mengisi rekening tabungan sesuai kemampuan. Ada satu hal lagi yang perlu dilakukan berdasar hasil yang telah terbukti. Yakni berusaha istiqomah melakukan sholat tahajud dan sholat dhuha setiap hari walau hanya dua rakaat. Ingin mencoba!
Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar