Jumat, 20 Agustus 2010

Puasa Daud dan Kesuksesan Hidup

Puasa secara bahasa adalah menahan. Menahan keinginan makan, minum dan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sampai tenggelamnya matahari. Menahan dari segala yang membatalkan puasa. Pada dasarnya melakukan puasa berarti mendekati perilaku kebaikan. Atau dengan kata lain menjadi orang yang bertakwa. Maka wajar bila dalam ayat al-Qur’an diterangkan bahwa orang yang mau melakukan puasa akan menjadi muttaqin. Atau orang yang bertakwa. Mengapa bisa seperti itu?
Dari sisi kesehatan, orang yang berpuasa maka memberi waktu istirahat organ-organ vital tubuh kita untuk berisitirahat. usus besar yang mengolah makanan beristirahat karena tidak ada makanan yang masuk, begitu juga hati, limfa, jantung, paru-paru dan organ lainnya karena tidak ada makanan atau minuman yang harus diolah. Menjadi tenaga. Akibatnya cadangan makanan yang berupa lemak dikeluarkan untuk energi. Racun-racun atau toksin atau zat-zat yang tidak berguna di keluarkan dari tubuh. Sehingga membuat badan menjadi lebih sehat. Makanya para ahli kesehatan dari dulu hingga sekarang menganjurkan bila mengidap penyakit dan tidak ada obatnya maka pasien dianjurkan untuk berpuasa. Maka benarlah apa yang disampaikan Kanjeng Nabi Muhammad bahwa dengan berpuasa badan menjadi lebih sehat. Apakah dengan berpuasa mengurangi aktivitas bekerja? Selama ini tidak ada bukti seperti itu. Banyak orang berpuasa namun aktivitasnya masih seperti sedia kala. Tidak berkurang. Tentu saja akan lebih terasa nikmat dan efektif bila dibarengi dengan anjuran Nabi untuk segera menyegerakan berbuka dengan makanan atau minuman yang manis-manis atau mengakhirkan sahur.
Dari sisi akhlak, orang yang berpuasa akan menahan perbuatan yang membatalkan atau mengurangi pahala puasa. Diantara yang membatalkan puasa adalah berhubungan suami isteri di siang hari. Berhubungan sah saja membatalkan puasa apalagi dengan orang lain. Dan lagi muntah dengan sengaja. Sedang perbuatan yang mengurangi pahala puasa diantaranya ghibah, namimah, dan kanca-kancanya. Dari sini bisa dilihat maka orang yang berpuasa akan menjaga perilakunya sehingga akan menjadi orang yang berakhlak mulia. Santun dengan orang lain, ramah dan bisa menjaga hubungan agar tidak menyakiti perasaan orang lain.
Setelah membuka-buka sejarah ternyata risalah puasa dan juga sholat sudah dipraktekkan para nabi terdahulu. Dalam ajaran agama hanif yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan seterusnya sudah melakukan sholat di waktu pagi dan sore masing-masing dua rakaat. Mengenai puasa yang kita kenal adalah puasa Nabi Daud. Atau lebih di kenal dengan puasa Daud. Beliau melaksanakan puasa ini dengan sehari berbuka dan sehari kemudian berpuasa. Terus menerus. Nabi Daud sendiri menerima risalah ilahi berupa kitab Zabur dan beliau dikenal sebagai raja. Walau berkedudukan sebagai raja beliau tidak menggantungkan penghasilan pada gaji kerajaan. Lebih suka bekerja dengan keringat sendiri. Diantaranya kelebihan beliau adalah membuat peralatan dari besi dengan tangan tanpa terlebih dahulu dipanaskan dalam api.
Dan ritual puasa diteruskan nabi-nabi selanjutnya. Kanjeng Nabi Muhammad terbiasa puasa bila waktu pagi tidak ditemukan makanan yang bisa dimakan. Dari kebiasaan beliau ini menjadi bukti bahwa puasa membawa badan sehat. Suatu ketika Kanjeng Nabi diberi hadiah seorang thabib dari negeri sahabat. Setelah sekian lama bertugas ternyata thabib ini menganggur karena Kanjeng Nabi tidak pernah sakit. Sehingga thabib ini pulang lagi ke negerinya. Ternyata kunci rahasianya adalah puasa dan mengatur pola makan. Pengaturan pola makan diantaranya makan sebelum lapar dan menyudahi makan sebelum kenyang. Karena penyakit berada di perut. Kalau perut dikendalikan insyaallah penyakit akan terkendali. Kanjeng Nabi sebagai rasul juga manusia. Beliau juga pernah merasakan sakit yakni ketika beliau akan wafat.
Pola pengaturan makan dan puasa diteruskan para wali, habaib, ulama-ulama terdahulu hingga sekarang. Maka para ulama-ulama yang brilian mempunyai karya-karya peninggalan kitab ilmiah biasanya juga melalui tahap riyadhah. Bentuknya bermacam-macam. Diantaranya dengan berpuasa. Ada dengan puasa terus-menerus. Menurut cerita sebelum dan selama mendirikan pesantren Tebu Ireng Syeh Hasyim Asy’ari juga berpuasa. Dan para kiai-kiai juga melakukan hal yang sama. Guru saya juga bercerita bahwa Kiai Ghozali Kholil sebelum mendirikan pondok pesantren Darul Muta’allimin juga berpuasa dikala mudanya. Setelah pondok pesantren berjalan riyadhah beliau dengan mengurangi tidur dan istiqomah mengaji kitab. Guru saya juga menceritakan bahwa Kiai Haji Sulaiman Zuhdi dikenal sebagai ulama falaq juga berpuasa hingga beliau meninggal.
Ritual puasa Daud juga masih dipraktekkan para santri sekarang di pondok pesantren. Misalnya di pondok pesantren lirboyo dan pesantren-pesantren salafiah yang lain. Sedang pesantren yang berjuluk modernpun misalnya pondok gontor banyak juga santri yang melakukan puasa Daud. Menurut Kiai Zarkasyi ketika diwawancarai di Majalah MPA ada empat ratusan lebih santri yang melakukan puasa Daud dan lama waktunya ada yang sudah bertahun-tahun. Dan biasanya santri yang hobi seperti itu membuat klub santri. Contohnya klub santri puasa Daud, tahajud club, senin kamis klub dll.
Atsar dari melakukan puasa Daud sudah banyak dirasakan para pelakunya. Yang jelas melakukan hal tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dan mempunyai himmah yang tinggi untuk mencapai cita-citanya. Dengan berupaya mendekat kepada Allah dengan cara puasa Daud berharap Allah memberi kelapangan dalam menggapai cita-cita luhur. Di sekitar kita sekarang ada beberapa yang masih melakukan puasa Daud. Dan saya sendiri mengetahuinya. Beliau seorang dosen di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pada masa muda sebagai aktivis mahasiswa lalu menjadi dosen. Selama menempuh program kuliah selanjutnya baik s2 maupun s3 beliau istiqomah melakukan puasa Daud. Padahal masih jarang dosen yang menempuh kuliah lanjutan waktu itu. Alhamdulillah kuliah diberi kelancaran dan selesai tepat waktu. Ketika ada pergantian dekan diminta temannya untuk maju dan jadi. Saya melihat juga keluarga beliau sebagai keluarga yang ideal. Bisa sebagai uswah. Putra-putrinya juga sholeh solihah. Sampai hari ini beliau masih melakukan puasa Daud.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar