Ibu meninggal bagi anak dirasakan sangat menyakitkan. Ada rasa kehilangan yang dalam. Ini hal yang wajar. Karena manusia diberi akal dan kehalusan budi. Secara logika saja anak ada oleh karena ibu. Ibulah yang mengandung dan melahirkan. Lalu dari bayi diberi kasih sayang hingga diasuh, dididik. Sebelumnya belum bisa apa-apa. Lalu bisa berbicara, mengenal benda, bisa berjalan, bisa bersepeda, bisa membaca dan lainnya. Bila anak sakit maka ibu akan menunggu tanpa kenal lelah baik siang dan malam. Hanya ingin si buah hati segera sembuh seperti sedia kala. Lalu disekolahkan di lembaga pendidikan formal dan pondok pesantren. Hingga usia dua puluh limaan. Ini belum cukup. Sampai menikahkan. Sangat banyak jasa beliau. Sehingga ketika di tinggal beliau rasanya belum cukup rasanya beliau di samping kita. Gambaran seperti itu hampir semuanya dirasakan oleh anak. Hal semacam itu rupanya juga dimiliki oleh binatang. Hanya saja kita kurang mengerti bahasanya.
Bacaan tahlil dibaca bersama-sama untuk mendoakan orang yang sudah meninggal. Begitu juga kemarin, ketika ibu dari kepala desa pisang meninggal. Ketika sore dinyatakan meninggal setelah di rawat di rumah sakit hva toelongrejo pare- salah satu rumah sakit kepunyaan pt perkebunan negara X dan favorit yang tentu saja mahal- terus menerus dilantunkan bacaan surat ikhlas hingga pagi hari. Para pelayat banyak yang berdatangan. Baik dari tentara, pegawai, apalagi warga desa Pisang. Maklum, kepala desa ini cukup dikenal dan bisa merakyat dengan seluruh warga. Warga merasa dilayani dan dipermudah segala urusannya. Pak lurah ini terpilih ketika masih jejaka. Umurannya sekarang baru kisaran 40an tahun. Dan kelihatan kehidupannya sangat dinamis. Berangkat dari keluarga biasa yang sederhana rumahnya di samping masjid. Bisa menjadi kepala desa dan sekarang kehidupan sudah berubah. Walau pendidikan formalnya hanya SMA namun relasinya banyak. Dan sekarang bisnis pabrik roti dan toko di empat tempat. Dan mempunyai karyawan yang sudah lebih dari 15an orang. Rumahnya besar dan bergaya modern, digarasi sudah ada mobilnya.
Peserta tahlil memenuhi rumah tuan rumah. Terdiri dari 10 orang dari setiap RT. Jumlah RT sendiri ada 19. bisa diperkirakan sendiri berapa banyaknya. Baru kali kedua ini saya melihat peserta tahlil sebanyak ini. Pertama ketika dulu kakek meninggal. Beliau sebagai modin di desa Pisang. Waktu itu saya masih kecil. Saya baru berumur 8 tahun, kelas dua SD. Begitu banyak orang yang melayat. Begitu juga tahlil 7 hari dan seterusnya.
Fidaan dengan membaca surat ikhlas yang jumlahnya ditentukan dibaca sebelum tahlil dimulai. Dengan dipimpin tokoh agama di desa ini. Semua yang hadir turut larut dalam bacaan. Hingga acara paripurna. Kelihatan warga antusias untuk datang memenuhi undangan dari kepala desa. Sebagai ungkapan rasa hormat kepada keluarga yang meninggal. Dan layanan selama ini yang telah diberikan oleh keluarga kepala desa. Dan saya melihat tidak ada dari yang hadir yang merasa kecewa dan keberatan atas kehadirannya pada acara ini. Setelah acara fidaan dan tahlil selesai kurang lebih selama satu jam, para hadirin di suguhi makan malam dan snack. Dan ini berlangsung selama tujuh hari. Di hari keenam seluruh peserta tahlil diberi kenang-kenangan kaos lengan pendek sebagai ungkapan terima kasih dari keluarga.
Hikmah yang bisa diambil disini ada teladan yang bagus bagi warga untuk berbuat baik kepada ibu. Ketika ibu sakit, segera di bawa ke rumah sakit terbaik untuk mendapatkan perawatan. Walau jarak agak jauh. Ini saya rasa juga sebagai ikhtiar maksimal yang bisa dilakukan anak untuk ibunya. Dengan harapan agar segera mendapatkan perawatan terbaik. Begitu juga selama hidup sebelum meninggal pak kepala desa juga merawat dan memenuhi kebutuhan ibunya. Yang kedua, memohonkan ampun kepada Allah atas kesalahan dan kekhilafan yang dilakukan oleh ibu. Dengan membaca fidaan dan tahlil. Secara horisontal juga memohon maaf kepada seluruh teman dan handai taulan atas hak adami yang yang menyakitkan dan terenggut oleh ibu. Serta juga menjaga silaturahmi dengan teman-teman ibu. Dan tak lupa memenuhi segala tanggungan dan melaksanakan amanahnya.
Tak terasa ada rasa iri atas yang diperbuat oleh pak kepala desa. Kapan saya dan anda bisa melakukannya? Sebagai bakti anak kepada ibu dan bapak. Semoga.
Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar