Ada hal yang menarik pada Pembinaan Pegawai Kementerian Agama Kab. Nganjuk oleh Drs. H. Imam Haromain Asy’ari, M.Si. selaku Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Jawa Timur pada hari Kamis, 22 Juli 2010 di Jalan Dermojoyo 22 Nganjuk. Ulasan yang beliau berikan enak, mudah dipahami oleh peserta yang jumlahnya mencapai 800an orang diselingi joke-joke segar yang mengena. Sehingga tidak terasa mendengarkan pembinaan selama sekitar dua jam. Kesan sebagai pengasuh pondok pesantren tidak bisa dihilangkan dari beliau. Memang beliau adalah pengasuh pondok pesantren sunan ampel Denanyar Jombang. Teks-teks agama yang disuguhkan sangat pas dengan kondisi aktual pegawai negeri sekarang ini.
Menuju ke tempat kerja sebaiknya pegawai berpamitan dengan pasangan. Doanya sangat penting artinya untuk kesuksesan karier. Ada perasaan lega, motivasi kerja dari keluarga di rumah. Kesuksesan karier suami berasal dari doa isteri. Apalagi sama-sama berkarier atau menjadi keluarga karier. Sama-sama ke luar rumah bekerja membutuhkan komitmen tersendiri dalam bekerja dan komitmen dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Sebagaimana contoh doa dari Sayyidatina Khodijah al-Kubro yang senantiasa mendoakan keberhasilan dakwah Kanjeng Nabi. Ibu Khodijah senantiasa mendampingi Nabi dalam suasana suka dan duka, rintangan, hambatan dakwah dilalui berdua. Oleh karena kesetiaan, support dan kasih sayang Ibu Khodijah sehingga Kanjeng Nabi sangat mencintai beliau. Hal ini bisa dilihat dari hadits. Dan Nabi sendiri sangat merasa kehilangan ketika beliau wafat. Sebagai pelipur maka Nabi di isra’ mi’rajkan Allah.
Dalam manajemen relasi atau berhubungan dengan orang lain ada beberapa konsep yang perlu dilakukan.
1). Berbicara santun, bicara yang menyejukkan, dengan tampilan yang menyenangkan. Sama antara yang dikatakan dengan perbuatannya.
2). Memberi maaf dan memintakan ampun. Affa secara bahasa berarti bekas telapak kaki di padang pasir. Bila diterpa angin gurun maka bekas telapan kaki akan hilang tak berbekas. Sedang ghaffara berarti memintakan ampun.
3). Selanjutnya bermusyawarahlah bila ada hal yang muskil. Diharapkan dengan bermusyawarah akan menghindari salah paham. Karena biasanya salah paham karena tidak ada komunikasi. Sebagai manusia, pegawai juga mempunyai latar belakang yang berbeda. Baik dari tingkat pendidikan, kultur, tingkat keberagamaan, etnis dls. Sehingga terjadi perbedaan selanjutnya yakni status, label dan pakaian. Untuk mencapai tujuan bersama perlu duduk bersama untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Bila ini dilalui insyaallah semua pegawai akan bisa diajak bekerja sama.
4). Bila sudah berikhtiar maka berserah diri kepada Allah. Tentu saja dengan melakukan ikhtiar yang berarti. Maksudnya setelah bekerja maksimal dan disertai doa.
Perlu dihayati bahwa menjadi pegawai berarti menjadi pelayanan. Khadimul ummah. Abdi negara. Bukan minta dilayani. Seperti arti dari pangreh praja. Oleh karena bila dihayati gaji yang diterima adalah dari hasil pajak yang dibayarkan masyarakat. Sehingga timbal baliknya seharusnya mengembalikannya dalam bentuk bekerja dengan baik.
Motto kemenag ikhlas beramal. Bukan berarti beramal seikhlasnya. Dulu ada anggapan, pegawai Depag bekerja sekenanya. Bila ditegur akan menjawab. Coba dilihat bagaimana motto Depag. Ikhlas beramal. Jadi jangan disalahkan. Sehingga banyak pihak yang meminta agar motto ini dirubah saja dengan kata-kata yang lain. Karena dianggap biang menjadikan Depag tidak bisa modern. Namun ternyata sampai detik ini motto Kementerian Agama tetap iklas beramal. Karena menurut sejarah, para pendiri Kementerian Agama memilih motto ini tidak asal comot saja. Kiai Wahid Hasyim dan berapa kiai lain memilih motto ini memiliki makna yang istimewa. Bahwa dalam menjalani pengabdian kepada bangsa dan negara tanpa pamrih untuk mardha tillah. Kemudian ditunjang lagi bahwa iklas beramal dengan paradigma baru kerja profesional. The right man the right place. Dimana pegawai bekerja sesuai tupoksinya untuk mencari ridho ilahi. Dimulai dengan mencintai profesinya, bekerja sungguhan, ada keinginan berprestasi sebagai amanah Allah dan juga implementasi cinta tanah air. Untuk menuju kearah ini maka jati diri kita harus diketahui terlebih dahulu. Apa yang kita abdikan kepada Allah dan masyarakat. Apa yang ada dari diri kita yang bisa kita infakkan, wakafkan, dan abdikan.
Untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai terutama guru ada yang namanya tunjangan profesi yang besarnya satu kali gaji. Diberikan tiap bulan. Ini bisa diterima bila guru yang bersangkutan telah menerima sertifikat pendidik. Maka ia sudah bisa dikatakan sebagai pendidik profesional. Maksud tunjangan profesi untuk peningkatan kinerjanya. Maka dari gaji yang diterima itu harus ada yang digunakan sebagai upaya peningkatan profesinya. Diantaranya melanjutkan ke jenjang pendidikan pascasarjana, membeli buku, jurnal, ikut organisasi profesi, ikut seminar, workshop pendidikan. Intinya bahwa seorang guru harus senantiasa meningkatkan kualitas profesinya bila masih ingin dikatakan sebagai guru. Karena ilmu pengetahuan terus berkembang. Dan peserta didik akan menghadapi zaman yang tidak sama dengan zaman gurunya. Atau dengan kata lain guru adalah insan pembelajar sepanjang zaman, long life education.
Guru adalah pegawai fungsional. Sedang yang dikantor adalah pegawai struktural. Walau begitu guru bisa terus berkarier meningkatkan posisinya. Kakanwil sekarang awalnya adalah seorang guru. Dimulai menjadi guru di madrasah denanyar selama dua tahun lalu menjadi wakil kepala sekolah ketika berpangkat III/b selama 9 tahun baru menjadi kepala selama 7 tahun. Dipromosikan menjadi Kasi MTs di Kanwil Depag Jatim. Lalu berturut-turut menjadi kepala Kantor Depag Kab. Sidoarjo, selanjutnya dipromosikan menjadi Kabag TU Kanwil Depag Jatim dan terakhir menjadi Kepala Kanwil. Dan terasa istimewa karena menjadi pejabat pertama yang dilantik Pak De Karwo selaku Gubernur Provinsi Jawa Timur.
Ketika menjadi pimpinan ada hal yang harus diperhatikan kaji sungguh bidang pekerjaan lalu hiraukan suara-suara miring. Memang pemimpin menjadi barometer kesuksesan suatu lembaga. Bila pemimpinnya punya kekuatan (empowered), kreasi, inovasi, visioner jauh kedepan, berani menanggung resiko, punya daya juang dan pengorbanan maka tidak lama lagi lembaganya akan berkembang dan maju. Diceritakan ada seorang kakek tua yang telah berumur 85 tahun menanam benih kelapa di pekarangannya. Banyak sekali benih yang ditanam. Diluar sepengetahuannya ada seorang anak muda yang terus memperhatikannya. Setelah selesai menanam, didekatilah kakek tua itu. Lalu ditanya kenapa kakek menanam kelapa, apa bisa si kakek nantinya akan memetik hasil tanamannya. Apa jawab si kakek dan di luar nalar si anak muda. Ia menanam kelapa itu untuk generasi yang akan datang. Bukankah kelapa yang kita makan sekarang ini juga dari peninggalan orang-orang dahulu yang juga tidak menikmati hasilnya. Maka pemikiran visioner jauh ke depan juga perlu dikembangtumbuhkan pada para pemimpin lembaga di kementerian agama. Sehingga tidak lama lagi kementerian ini akan diperhitungkan. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar