Yang jelas semuanya bekerja. Berusaha mencukupi
kebutuhan diri dan keluarganya. Tidak ingin adanya dia menjadi beban orang
lain. Syukur-syukur ada kelebihan bisa berbagi untuk orang lain.
Bekerja adalah kewajiban. Dilihat dari
sisi agama, ekonomi, social dan kemasyarakatan adalah hal yang mutlak. Dalam ajaran
agama bila ada orang yang pagi-pagi sudah berangkat bekerja diacungi jempol. Daripada
setelah salat subuh di masjid tetap terus di masjid beriktikaf hingga matahari
sudah meninggi. Sambil menanti datangnya rizki dari langit.
Seorang laki-laki yang tangannya melepuh
dan kasar karena mencari kayu bakar di hutan lebih disukai oleh Nabi dan
dianggap sebagai laki-laki yang bertanggungjawab. Dan membawanya ke surge karena
melaksanakan kewajiban sebagai kepala keluarga untuk menghidupi keluarganya.
Bekerja bisa menggerakkan roda
perekonomian. Sumber daya yang ada bisa dimanfaatkan dengan maksimal bila ada
yang menggali, memproduksi, dan memasarkan. Semunya akan mendapatkan hasil
berupa uang dari setiap kegiatan ekonomi. Bila semua sudah bekerja pada pos
masing-masing maka semua warga akan perputaran uang. Perekonomian tidak
berputar pada kelompok terbatas. Namun semua kelompok semua segmen.
Dari segi social kemasyarakatan sekarang
ini ada perubahan cara pandang Orang yang bekerja maka akan lebih dihormati
masyarakat daripada orang yang menganggur. Apalagi orang yang berpendidikan
misalnya sarjana dan masih menganggur maka bebannya akan berlipat tambahnya. Akhirnya
menunda kelulusannya karena takut bila sudah wisuda menganggur. Orang yang
bekerja dianggap sebagai orang yang mampu dan pandai. Dalam arti dari sekian
tenaga kerja masih bisa mendapatkan lapangan beker berarti ia orang yang
beruntung.
Golek unjal seperti burung yang mencari
serpihan-serpihan rumput untuk membuat sarang. Dia keluar dipagi hari dalam
keadaan perut kosong dan pulang dalam keadaan perut sudah kenyang. Dan sambil
membawa makanan untuk anaknya.
Sebenarnya kehidupan manusia tidak keluar
dari gambaran golek unjal. Dalam siklus berumah tangga hingga 10 tahun pertama
terkadang harus menyesuaikan antara suami dan isteri. Karena menikah memang
mempertemukan dua karakter yang berbeda. Hidup belum mapan, masih mencari
format kehidupan. Begitu juga terkadang papan juga belum dipunyai. Namun seiring
waktu berjalan bahu-membahu antara suami dan isteri akhirnya tahapan-tahapan
berumah tangga akan menemukan relevansinya. Tentu saja ditopang dengan golek
unjal setiap hari. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar