Hari-hari ini memasuki musim liburan
semester. Ada waktu sekitar dua pekan para siswa bisa menikmati rehat dari
bangku sekolah. Perasaan senang selepas mengikuti ujian semester tidak hanya
dinikmati para siswa namun juga guru dan pegawai. Karena ada waktu untuk rehat
dari rutinitas keseharian.
Hal ini tidak disia-siakan oleh
masyarakat. ada yang menggunakan untuk rekreasi bersama keluarga, mengunjungi
saudara, mengunjungi orang tua di luar kota hingga luar pulau, ada juga yang
cukup di rumah dengan berbagai aktivitas bersama keluarga. Itu semua terserah
atas rencana masing-masing. Dari aktivitas itu semua ada yang memanfaatkan
untuk khitan sebagai tanda akil baligh bagi remaja laki-laki.
Anak kedua kebetulan sudah kelas lima di
madrasah ibtidaiyah. Di madrasah ini ada peraturan bahwa kelas lima harus sudah
berkhitan. Teman-teman anak sudah banyak yang khitan. Sehingga ada keinginan
kuat untuk segera juga berkhitan. Bila terlalu lama belum berkhitan bisa
menjadi bahan olok-olokan teman-temannya.
Ditengah keterbatasan waktu antara
pekerjaan, studi, aktif di kegiatan kemasyarakatan juga ibunya yang juga
menempuh studi lagi di Malang dan juga masih bekerja sebagai pendidik maka
permintaan anak tidak bisa ditunda lagi.
Dengan pengalaman kakaknya setahun
sebelumnya yang juga khitan yang serba mendadak akhirnya juga berjalan lancar.
Dulu itu malamnya ibunya anak-anak baru pulang dari mendampingi Ziarah Wali
Jawa Tengah siswa SMA Pace. Paginya langsung pesan dengan tukang sunat lalu
sorenya langsung khitan. Persiapan konsumsi dengan mengundang para tetangga
untuk tahlilan di malam hari dan sore acara shalawat banjari masih bisa
dilaksanakan. Dan disiapkan dengan secepat
yang bisa dilakukan. Alhamdulillah atas bantuan saudara dan para
tetangga acara berjalan sesuai rencana. Dan anak pertama juga cepat sehat dalam
kisaran 3-5 hari.
Pengalaman kedua ini juga terulang. Melihat acara kami yang lumayan melelahkan
orang tua merasa kasihan. Lalu beliau menyanggupi yang mempunyai hajat
mengkhitankan anak kedua kami. Jadi segala sesuatunya beliau yang menyiapkan
termasuk menyiapkan konsumsi untuk tahlilan dan mengantar ke petugas khitan dan
merawat cucunya. Masyaallah ini jasa orang tua yang tiada terkira. Padahal
ditengah keterbatasan beliau berdua yang sudah agak sakit. Namun rasa kasih
sayangnya beliau kepada kami dan cucunya hal itu tidak dirasakan. Rasa
sayangnya melebihi rasa payah dan sakit yang diderita. Terima kasih Bapak dan
Emak.
Acara diawali dengan doa tahlil untuk para
leluhur yang telah seda mendahului ada juga jenang merah sebagai pertanda
permohonan selamat. Banyak tetangga yang datang. Lalu berangkat ke tempat
petugas khitan yang jauhnya lumayan sekitar 30 kilometer dari rumah mertua.
Padahal waktu tinggal 30 menit dari perjanjian yakni jam 16.00 WIB. Dengan
diantar Bapak, Pak Lek, Mbah De, anak kedua diantar juga dengan kakaknya, saya
memacu kendaraan dengan kecepatan sesuai kemampuan. Alhamdulillah bisa datang
tepat waktu dan langsung ditangani. 30 menit kemudian khitan telah usia dan
berjalan dengan lancar. Walaupun ada sedikit permasalahan dengan penanganan
karena setiap anak mempunyai kekhasan sendiri-sendiri.
Ketika kembali di rumah, banyak tetangga,
saudara yang datang. Wuih rasa senang. Ternyata para tetangga mempunyai rasa
kepedulian. Walau sebentar dan didera kesibukan masing-masing namun masih
sempat meluangkan waktu untuk berkunjung. Bahkan semacam jagongan karena
mempunyai hajat. Ikut nimbrung merasakan apa yang dirasakan tuan rumah. Hal ini
yang perlu kita uri-uri dan berusaha kita laksanakan dalam kehidupan
bertetangga. Niscaya ada harmoni dan kebahagiaan yang akan kita raih. Semoga.
Nak, kamu sekarang sudah memasuki
keberislaman dengan ditandai dengan khitan. Berarti kewajiban agama seperti
salat, puasa dan zakat harus berusaha dikerjakan tanpa disuruh. Hukum agama
sudah mulai diterima. Baik pahala maupun dosa bila ada kewajiban yang
ditinggalkan. Untuk itu harus terus talabul ilmi. Agar nantinya bisa menjadi
anak saleh. Berbakti kepada kedua orang tua, berguna bagi nusa bangsa dan
agama. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar