Rabu, 01 Oktober 2014

Write or Die

Penulis bertugas menulis. Menulis apa saja yang bisa ditulis. Mengenai menulis menjadi profesi memang bermacam-macam. Misalnya wartawan memang mencari berita lalu ditulis untuk produksi koran atau majalah. Tentu saja dibawah perusahaan penerbitan atau koran.
Namun tidak menutup kemungkinan mempunyai mempunyai profesi utama lain namun menulis menjadi kewajiban atau profesi selanjutnya. Misalnya dosen, guru, rektor, kiai, cendikiawan, dokter, advokat, ibu rumah tangga, penceramah, aktivis sosial dan sebagainya. Menulis menjadi kebutuhan untuk share dengan orang lain. Ada yang bisa diberikan kepada orang lain. Idep-idep untuk sedekah ilmu atau apalah namanya. Bukankah memberikan sesuatu kepada orang lain yang bermanfaat adalah amal saleh? Inilah yang diharapkan.
Mengenai kiai yang menulis banyak sekali.  Misalnya Gus Dur. Beliau menulis banyak hal di media. Mulai dari sepakbola, politik, kemasyarakatan, ekonomi, seni, budaya dan lain-lain. Tulisan-tulisan beliau selalu dinanti dan membawa pencerahan baru. Melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Lalu Kiai Sahal Mahfudz. Rais Am PBNU ini menulis kitab (dalam arti menulis buku berbahasa Arab). Beliau meneruskan tradisi menulis seperti ulama-ulama terdahulu. Belum lagi tulisan yang tersebar di media, dalam bentuk buku, juga tulisan makalah-makalah seminar. Isinya berbobot sekali dalam menyikapi suatu masalah.
Ada lagi Gus Solah, Gus Mus, Kiai Mutawakkil yang ketua PWNU Jawa Timur dan masih banyak lagi yang lain. Disela-sela kesibukan beliau yang padat masih menyempatkan waktu untuk menulis. Menulis berasal dari banyak membaca. Bisa membaca buku, pengalaman, keadaan perkembangan situasi dan kondisi, refleksi atas suatu keadaan.
Ada tulisan Ngainun Naim yang menarik berjudul Write or Die, menulis atau mati. Ada kandungan menarik disini bahwa menulis adalah suatu kewajiban harian yang harus ditunaikan. Menulis apa saja. Karena dengan menulis ada budaya literasi, budaya membaca dan menulis. Dengan menulis ada perkembangan peradaban manusia. Bila setiap hari ada tulisan berarti seseorang masih hidup. Dan sebaliknya bila tidak ada karya ditanyakan dimana dia?
Begitu juga bagi seorang mahasiswa, pelajar memang dituntut untuk menulis tugas-tugasnya. Dengan istikomah menulis maka masa studinya bakal selesai tepat waktu. Hal ini dicontohkan oleh Prof. Dr. Azyumardi Azra dan Prof. Dr. Hamdan Juhannis yang menjadi guru besar termuda di UIN Alaudin Makasar pada usia 38 tahun. Salah caranya dengan menulis minimal dua halaman perhari. Masih banyak contoh lain yang serupa.
Hal inilah sebagai teladan bagi kita untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan. Wallahul a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar