Sabtu, 25 Oktober 2014

Mahfudzat: Motivasi Kehidupan


Motivasi atau semangat bisa datang dari mana saja. Bisa datang dari luar dirinya atau ekstrinsik. Namun ada juga yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Atau lebih dikenal dengan faktor intrinsik. Kedua-duanya berpengaruh dan bisa merubah jalan hidup seseorang.
Ada faktor pengaruh dari dalam diri misalnya dari petuah orang tua atau guru, kiai, atau nadhoman yang dihafal di luar kepala. Oleh karena terpatri di dalam sanubari dan selalu diingat maka hal ini bisa menjadi pegangan dalam hidup. Apapun yang dihadapi maka hal tersebut menjadi sandaran dalam berpijak.
Salah satu mahfudzat atau kata mutiara yang berasal dari khasanah pesantren adalah Ketahuilah, harimau tak akan memperoleh mangsa kalau tidak keluar dari sarangnya. Bila dimaknai sederhana bahwa binatangpun harus keluar dari sarang untuk mencari makan. Tidak mungkin makanan akan datang sendiri ke sarang. Tidak usah bersusah payah mencari bahkan dengan harus adu kekuatan dengan perkelahian.
Bila dijabarkan agak jauh. Bahwa seseorang yang ingin survive harus keluar rumah. Rizki harus dicari. Dengan cara keluar dari rumah, dari kamar, dari belenggu yang mengikat, dari mitos, dari pakem, dari hal-hal yang membunuh keinginan.
Ilustrasi sederhana dari Kiai Ghozali Pandanasri adalah pokoknya keluar rumah dulu. Walau hanya memindahkan bata merah dari samping kanan rumah di bawa ke samping kiri rumah. Bila sudah ada gerak maka orang lain akan menilai. Orang ini ternyata cekatan dalam bekerja. Maka suatu saat akan dimintai tenaganya. Oleh karena bekerja maka dapat upah. Upah atau rizki inilah sebagai bekal untuk bisa berlangsungnya kehidupan. Bekal untuk menghidupi keluarga, bekal untuk beribadah. Bukankah untuh salat saja butuh sarung dan kopyah. Bila tidak ada sarana maka salatpun tidak bisa dikerjakan.
Oleh karena berpegangan dari dawuh kiai ini teman-teman santri dari pondok dulu tidak ada yang menganggur. Walau terkadang tidak lulus dari sekolah formal. Hanya berbekal ilmu dari pondok bisa memberi manfaat untuk masyarakat sekitar plus bisa memberi nafkah kepada keluarganya.
Keluar dari sarang juga bisa dimaknai out of the box. Keluar dari pikiran kebanyakan. Bahwa yang bisa menjadi orang sukses atau kaya adalah yang punya jalur nasab. Tidak semuanya dalam realitas seperti ini. Ada seseorang yang berasal dari kalangan kebanyakan namun ternyata bisa menembus jabatan yang hanya dimiliki oleh orang yang berduit. Ada juga yang mempunyai usaha bermacam-macam ternyata berlatarbelakang pendidikan kejar paket C. Mengalahkan teman-teman sedesanya yang bergelar sarjana ekonomi. Lalu kita mau memilih yang mana? Bila ingin survive harus keluar rumah atau hanya berdiam diri saja berpangku tangan. Saya dan anda yang hanya bisa memilih. Wallahu a’lam bi al shawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar