Motivasi atau semangat
bisa datang dari mana saja. Bisa datang dari luar dirinya atau ekstrinsik. Namun
ada juga yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Atau lebih dikenal dengan
faktor intrinsik. Kedua-duanya berpengaruh dan bisa merubah jalan hidup
seseorang.
Ada faktor pengaruh dari
dalam diri misalnya dari petuah orang tua atau guru, kiai, atau nadhoman yang
dihafal di luar kepala. Oleh karena terpatri di dalam sanubari dan selalu
diingat maka hal ini bisa menjadi pegangan dalam hidup. Apapun yang dihadapi
maka hal tersebut menjadi sandaran dalam berpijak.
Salah
satu mahfudzat atau kata mutiara yang berasal dari khasanah pesantren adalah Ketahuilah,
harimau tak akan memperoleh mangsa kalau tidak keluar dari sarangnya. Bila dimaknai
sederhana bahwa binatangpun harus keluar dari sarang untuk mencari makan. Tidak
mungkin makanan akan datang sendiri ke sarang. Tidak usah bersusah payah
mencari bahkan dengan harus adu kekuatan dengan perkelahian.
Bila
dijabarkan agak jauh. Bahwa seseorang yang ingin survive harus keluar rumah. Rizki
harus dicari. Dengan cara keluar dari rumah, dari kamar, dari belenggu yang
mengikat, dari mitos, dari pakem, dari hal-hal yang membunuh keinginan.
Ilustrasi
sederhana dari Kiai Ghozali Pandanasri adalah pokoknya keluar rumah dulu. Walau
hanya memindahkan bata merah dari samping kanan rumah di bawa ke samping kiri
rumah. Bila sudah ada gerak maka orang lain akan menilai. Orang ini ternyata
cekatan dalam bekerja. Maka suatu saat akan dimintai tenaganya. Oleh karena
bekerja maka dapat upah. Upah atau rizki inilah sebagai bekal untuk bisa
berlangsungnya kehidupan. Bekal untuk menghidupi keluarga, bekal untuk
beribadah. Bukankah untuh salat saja butuh sarung dan kopyah. Bila tidak ada
sarana maka salatpun tidak bisa dikerjakan.
Oleh
karena berpegangan dari dawuh kiai ini teman-teman santri dari pondok dulu
tidak ada yang menganggur. Walau terkadang tidak lulus dari sekolah formal. Hanya
berbekal ilmu dari pondok bisa memberi manfaat untuk masyarakat sekitar plus
bisa memberi nafkah kepada keluarganya.
Keluar
dari sarang juga bisa dimaknai out of the box. Keluar dari pikiran kebanyakan. Bahwa
yang bisa menjadi orang sukses atau kaya adalah yang punya jalur nasab. Tidak semuanya
dalam realitas seperti ini. Ada seseorang yang berasal dari kalangan kebanyakan
namun ternyata bisa menembus jabatan yang hanya dimiliki oleh orang yang
berduit. Ada juga yang mempunyai usaha bermacam-macam ternyata berlatarbelakang
pendidikan kejar paket C. Mengalahkan teman-teman sedesanya yang bergelar
sarjana ekonomi. Lalu kita mau memilih yang mana? Bila ingin survive harus
keluar rumah atau hanya berdiam diri saja berpangku tangan. Saya dan anda yang
hanya bisa memilih. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar