Kamis, 24 April 2014

Buku Hasil Karya Siswa

Belajar sambil menulis inilah gambaran dari keseharian siswa. Ada kelebihan bila pena selalu di tangan ketika guru menerangkan. Sebagaimana Sahabat Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa ikatlah ilmu agar tidak lari. Maksudnya agar tidak cepat hilang maka ilmu perlu ditulis.
Allah memberi anugerah panca indera dan juga akal. Namun tidak akan berfungsi maksimal bila tidak dimanfaatkan, diberdayakan, dikembangkan kemampuannya. Disisi yang lain, daya ingat kita juga terbatas. Walaupun memori otak dibuat luar biasa untuk menampung pengetahuan. Karena banyak informasi yang berlalu lalang di sekitar kita sehingga daya serap untuk diendapkan menjadi tersortir. Maka benar  satu-satunya jalan dengan jalan ditulis.
Ada pepatah yang mengatakan belajar diwaktu kecil seperti menulis di atas batu, belajar di waktu besar bagai melukis di atas air. Yang jelas pahatan tulisan akan tersimpan lebih lama dan banyak manfaatnya. Sebagaimana dicontohkan para ulama dengan menulis berbagai bidang ilmu baik itu fiqh, hadith, pengobatan, tasawaf, tafsir, astronomi, berhitung, sejarah, seni, ketatanegaraan dan masih banyak lagi yanglain.
Beberapa siswa menunjukkan hasil karyanya.
Hal inilah yang membawa Islam pada peradabannya yang tinggi. Orang Barat bermakmum dalam hal ini. Dibuktikan dengan banyaknya pelajar dari Eropa yang menuntut ilmu di kota peradaban Islam di kala itu. Peradaban Islam menuju peradaban modern. Dengan ditandai tradisi lesan dan tulis. Meninggalkan tradisi primitif yang hanya mengandalkan tradisi oral (lesan).
Mengambil hikmah dari hal tersebut, menarik seperti yang dilakukan oleh siswa kelas IXA. Mereka beramai-ramai menulis jurnal pelajaran Akidah Akhlak. Setiap pekan menulis materi yang diterima seperti mudahnya menulis diary. Jadilah buku yang menarik untuk dibaca. Selain lebih memahami materi yang diterima juga bisa mengasah keterampilan menulis. Menulis adalah salah satu kecakapan berbahasa disamping membaca, menyimak dan berbicara. Walaupun masih sederhana semoga awalan karya tulisan ini menjadi pemicu semangat menulis di jenjang pendidikan selanjutnya dan juga sebagai pemutus mata rantai budaya primitif sebagaimana sudah dicontohkan para ulama.
Dari sini pula terbersit harapan agar mereka menjadi generasi harapan zamannya kelak. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar