Senin, 10 Februari 2014

Terapi Wudu





Wudu yang kita kenal dan dilakukan setiap hari sudah biasa dilakukan. Dimulai dengan membaca niat dan terakhir membasuh kedua kaki. Judul di atas kelihatan terlalu besar namun juga mungkin tidak salah bila kita mempraktekkan. Minimal sekedar tahu. Namun yang jelas, apa yang disyariatkan pastilah ada hikmahnya. Bermanfaat bagi yang mau melaksanakannya. Dan tidak ada mafsadah sama sekali. Karena sesuai dengan sifat kemanusiaan.
Wudu bila dipraktekkan minimal lima kali sehari. Belum lagi ada orang yang menyukai menjaga wudunya. Saya teringat dengan Prof. Dr. Ridlwan Nasir, MA., mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya. Beliau pernah berpesan ketika penulis  masih mahasiswa S1 bahwa beliau bisa seperti sekarang diantaranya dengan mengamalkan menjaga wudu. Maksudnya menjaga diri dalam keadaan suci. Bila hadats terus wudu. Dan hal ini banyak dilakukan oleh para santri. Hadats bisa karena hadats kecil seperti buang air kecil atau besar, kentut . Bila mau melaksaanakan salat harus wudu terlebih dahulu. Karena tidak sah salat seseorang bila tanpa wudu. Pastilah ada rahasianya mengapa yang kentut dan buang air adalah lubang bawah sedangkan yang dibasuh adalah muka, tangan, kaki, mengusap sebagian kepala. Dan tidak organ tubuh bawah. Bila dinalar sederhana karena anggota tubuh yang dibasuh dalam rukun dan syarat wudu adalah anggota tubuh terluar yang berhubungan langsung dengan udara. Sedang udara sendiri bisa menularkan virus yang berbahaya bagi tubuh. Bila sering dibasuh maka akan bersih dan segar. belum lagi menjalankan kesunahan wudu misalnya membersihkan tangan terlebih dahulu, membersihkan sela-sela jari tangan dan kaki, berkumur, mengusap daun telinga. Hal tersebut seperti pijatan-pijatan sederhana. Kesemuanya bisa membuat kita fresh lagi setelah beraktivitas. Bila ada ajakan iklan mencuci tangan setelah beraktivitas sebenarnya sudah sejak lama diajarkan dalam agama kita. Terkadang kita sendiri kurang memperhatikan. Demikianlah gambaran sederhana manfaat  wudu dalam kehidupan.
Namanya terapi berkaitan dengan sakit dan penyakit. Sakit terjadi karena penyakit. Dan penyakit bisa karena virus, keseleo, salah urat bisa kerena sesuatu yang tidak kelihatan. Misalnya anak bayi sakit panas penyebabnya bisa bermacam-macam. Bisa karena salah urat, sawanen, virus, perubahan cuaca dan bisa yang lainnya. Untuk sakit panas pada bayi dan cara penyembuhannya ditentukan tanda-tandanya. Untuk itu kita perlu mengenali ciri-cirinya untuk menentukan formula pas untuk mengobati. Bila salah obat maka tidak akan. menyembuhkan bahkan bisa menimbulkan masalah baru. Misalnya panas dengan daun telinga dan telapak kaki panas merata maka perlu di bawa ke dokter  atau bidan. Ada anggota tubuh tertentu bayi ada yang panas sedang daun telinga  dan telapak kaki dingin maka si bayi perlu dibawa ke dukun pijat karena mungkin salah urat. Ada anak sekitar usia dua tahun yang ubun-ubunnya ke bawah panas ini siklus 100 harian. Ini terjadi perkembangan otak anak. Tidak perlu diobati. Selang dua hari akan sembuh sendiri. Bila diberi obat akan merusak otak si anak. Bila ada anak yang menangis dengan tanpa keluar air mata maka  perlu doa khusus dari kiai atau Bu Nyai karena kemungkinan diganggu oleh makhluk gaib. Ada lagi anak yang menangis terus menerus bisa jadi si anak akan punya adik. Tanda-tanda  seperti tadi berbeda cara penangannya.





Ada sumber  penyakit yang tidak kelihatan. Diantaranya jin. Ada jin yang bertugas untuk  mengganggu diantaranya mengendalikan penyakit pada diri seseorang. Satu orang satu jin. Jin qarin namanya. Menggoda lewat aliran darah. Lalu apa hubungannya dengan wudu. Perlu dipraktekkan bila berwudu. Abu Dzar berkata bahwa basuhan wudu dari ujung jari hingga batas wudu akan  membersihkanpenyakit gaib. Intinya menyempurnakan wudu. Bila membasuh kedua tangan dimulai dari ujung jari hingga di atas kedua siku. Lalu ketika membasuh kaki dimulai dar i ujung jari hingga di atas mata kaki. Pertanyaannya apabila membasuh sebaliknya apa wudunya tidak sah. Tetap saja sah. Ada pengalaman menarik guru yang mempraktekkan seperti hal tadi. Tentu saja dengan memenuhi syarat rukun wudu. Ditengah-tengah wudu atau sesudahnya bahkan ketika salat serasa ingin kentut dan ingin buang air. Ternyata hal tersebut adalah proses mengeluarkan penyakit  yang berasal dari Jin Qarin. Akhirnya dikeluarkan saja dan berwudu lagi. Alhamdulillah badannya menjadi lebih fit dalam beberapa bulan terakhir dan menjadi lebih segar. Masuk angin dan sejenisnya tidak datang lagi. Bila tidak dikeluarkan rasa ingin kentut dan buang air lalu salat juga tidak apa-apa. Namun hukumnya makruh dan penyakit tidak hilang bahkan masuk lagi. Namun bila mau mengeluarkan dan wudu lagi maka mendapat kesunahan serta hilanglah penyakit dan menjadi lebih sehat. Lalu bila sudah dipraktekkan lalu belum ada tanda-tanda ingin buang gas dicoba lagi dan dicoba lagi. Semoga akan datang dengan sendirinya. Tinggal memilih yang mana? Wallahu a’lam bi al shawab.
disarikan dari Pengajian Malam Senin Kliwon 9 Pebruari 2014 di Masjid Baitul Atqiya' Pisang oleh Drs. K. Imam Masyhadi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar