Hidayah Islam merasuk dalam hati
sahabat ini. Namun ada keraguan di hati jangan-jangan bila sudah masuk Islam harus
berhenti total dari kebiasaannya selama ini. Namun ia memberanikan diri mengadukan
masalah ini kepada Nabi. Masuk Islam dulu atau berhenti dulu dari tradisinya
baru syahadat.
Dengan bijaksana Nabi menjawab
masuk Islam dulu dengan bersyahadat. Cuma jangan bohong. Sahabat Munsib
senangnya bukan main. Dengan cepat membaca syahadat karena beranggap bahwa
tidak bohong adalah perkara mudah.
Ternyata tidak mudah, sangat
berat. Salat dilakukan dengan berjamaah. Ketika tidak berjamaah subuh ditanya
Kanjeng Nabi ia menjawab tadi malam begadang judi hingga pagi sehingga tidak
bisa berjamaah subuh. Suatu saat bertemu
Nabi. Tercium bau arak. Dengan lembut Nabi bertanya apa barusan minum-minuman
keras. Dengan nyengir Sahabat Munsib menjawab ya. Hal ini terjadi berulangkali.
Hingga dia merasa malu. Ia baru menyadari bahwa tidak bohong adalah perkara
sulit. Akhirnya pelan-pelan ia mengurangi perbuatannya sehingga bisa menjadi
sahabat yang baik.
Hal yang bisa dipetik untuk
keadaan sekarang ini diantaranya adalah untuk mengajak kebaikan ternyata perlu
waktu. Tidak boleh memaksakan ibadah kepada orang lain. Bisa-bisa akibatnya
lari, menjauh dan bahkan memusuhi. Ini yang berbahaya. Maka para Wali yang
menyebarkan Islam di tanah Jawa tidak menggunakan pedang di tangan kanan dan
Alquran di tangan kiri. Namun dengan pendekatan akhlak yang mulia. Melalui budaya
masyarakat misalnya Sunan Kalijaga dengan media wayang. Bahkan Sunan Kudus perlu
menambatkan sapi dekat masjid sebagai bentuk menghargai penganut agama Hindu. Sampai
sekarang masyarakat Kudus jarang mengkonsumsi daging sapi dalam keseharian. Lebih
banyak menggunakan daging kerbau. Sehingga makanan khasnya adalah soto kerbau
dan sate kerbau.
Dalam dunia pendidikan mengajak
siswa untuk salat berjamaah adalah perkara yang tidak mudah. Namun bukan
berarti tidak bisa dilakukan. Dengan telaten guru mengajak, memberi contoh
langsung dengan salat berjamaah di madrasah insyaallah lambat laun akan menjadi
tradisi. Menurut Pak Imam Suprayogo menjadikan salat berjamaah menjadi tradisi
UIN Maliki butuh waktu 13 tahun. Bukan waktu
yang singkat.
Sifat sidik atau jujur adalah
sifatnya para nabi. Para pemimpin sebagai pengejawantah para nabi –bisa dibilang
penerus pengelola bumi ini- perlu mencontoh sifat nabi. Para caleg jangan hanya
berkoar-koar menyampaikan program ketika kampanye saja. Ketika sudah menjabat
melupakan sumpah jabatan untuk memikirkan kesejahteraan masyarakat. Begitu juga
para pejabat eksekutif, yudikatif dan militer. Dengan banyak pejabat yang sidik
maka kesejahteraan akan terwujud di bumi pertiwi. Tentu saja butuh motivasi
ekstra dan kesabaran tinggi untuk melaksanakannya. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar