Kamis, 20 Februari 2014

Jangan Bohong

Ini terjadi di jaman Nabi Muhammad Saw. Adalah Sahabat Munsib mempunyai perangai pemberani sebagaimana orang Arab kebanyakan. Namun kebiasaan suku Arab tidak ketinggalan seperti judi, minum-minuman keras, bahkan bermain perempuan.
Hidayah Islam merasuk dalam hati sahabat ini. Namun ada keraguan di hati jangan-jangan bila sudah masuk Islam harus berhenti total dari kebiasaannya selama ini. Namun ia memberanikan diri mengadukan masalah ini kepada Nabi. Masuk Islam dulu atau berhenti dulu dari tradisinya baru syahadat.
Dengan bijaksana Nabi menjawab masuk Islam dulu dengan bersyahadat. Cuma jangan bohong. Sahabat Munsib senangnya bukan main. Dengan cepat membaca syahadat karena beranggap bahwa tidak bohong adalah perkara mudah.
Ternyata tidak mudah, sangat berat. Salat dilakukan dengan berjamaah. Ketika tidak berjamaah subuh ditanya Kanjeng Nabi ia menjawab tadi malam begadang judi hingga pagi sehingga tidak bisa berjamaah subuh. Suatu saat  bertemu Nabi. Tercium bau arak. Dengan lembut Nabi bertanya apa barusan minum-minuman keras. Dengan nyengir Sahabat Munsib menjawab ya. Hal ini terjadi berulangkali. Hingga dia merasa malu. Ia baru menyadari bahwa tidak bohong adalah perkara sulit. Akhirnya pelan-pelan ia mengurangi perbuatannya sehingga bisa menjadi sahabat yang baik.
Hal yang bisa dipetik untuk keadaan sekarang ini diantaranya adalah untuk mengajak kebaikan ternyata perlu waktu. Tidak boleh memaksakan ibadah kepada orang lain. Bisa-bisa akibatnya lari, menjauh dan bahkan memusuhi. Ini yang berbahaya. Maka para Wali yang menyebarkan Islam di tanah Jawa tidak menggunakan pedang di tangan kanan dan Alquran di tangan kiri. Namun dengan pendekatan akhlak yang mulia. Melalui budaya masyarakat misalnya Sunan Kalijaga dengan media wayang. Bahkan Sunan Kudus perlu menambatkan sapi dekat masjid sebagai bentuk menghargai penganut agama Hindu. Sampai sekarang masyarakat Kudus jarang mengkonsumsi daging sapi dalam keseharian. Lebih banyak menggunakan daging kerbau. Sehingga makanan khasnya adalah soto kerbau dan sate kerbau.
Dalam dunia pendidikan mengajak siswa untuk salat berjamaah adalah perkara yang tidak mudah. Namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Dengan telaten guru mengajak, memberi contoh langsung dengan salat berjamaah di madrasah insyaallah lambat laun akan menjadi tradisi. Menurut Pak Imam Suprayogo menjadikan salat berjamaah menjadi tradisi UIN Maliki butuh waktu  13 tahun. Bukan waktu yang singkat.
Sifat sidik atau jujur adalah sifatnya para nabi. Para pemimpin sebagai pengejawantah para nabi –bisa dibilang penerus pengelola bumi ini- perlu mencontoh sifat nabi. Para caleg jangan hanya berkoar-koar menyampaikan program ketika kampanye saja. Ketika sudah menjabat melupakan sumpah jabatan untuk memikirkan kesejahteraan masyarakat. Begitu juga para pejabat eksekutif, yudikatif dan militer. Dengan banyak pejabat yang sidik maka kesejahteraan akan terwujud di bumi pertiwi. Tentu saja butuh motivasi ekstra dan kesabaran tinggi untuk melaksanakannya. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar