Sabtu, 05 November 2011

Titipan Ilahi


Dalam khutbah Jum’at hari ini, 4 Nopember 2011 ada hal yang menarik. Di mana khotib memberikan pencerahan mengenai titipan Allah kepada manusia. Tanpa di sadari ternyata Allah memberikan karunia yang banyak sekali. Dan manusia tidak merasa. Adanya mata, alat kelamin, telinga, mulut, tangan, perut itulah sebagian nikmat yang dititipkan Allah.
Kesemuanya itu bukan aksesoris semata. Atau kelengkapan tubuh belaka. Namun diberi karunia itu untuk melengkapi kesempurnaan ibadah kepadaNya. Betapa tidak sempurnanya bila ada seseorang yang tidak lengkap alat tubunyan. Misalnya lahir dalam keadaan tidak punya dua tangan, atau telinga atau tidak diberi alat kelamin. Awalnya akan merasa kenyamanan hidup. Namun itulah takdir. Ada yang diberi tidak bisa melihat namun bisa hafal al-Qur’an 30 juz. Ada yang tidak mempunyai dua tangan namun memiliki kemampuan melukis yang  hebat dengan dua kakinya. Ada juga gadis dari Korea Selatan yang tidak mempunyai jari lengkap namun menjadi pemain piano yang hebat. Dengan susah payah sejak kecil berlatih piano lima jam perhari. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang dimiliki bisa menjadi pianist yang bisa berkeliling dunia sambil menggelorakan semangat hidup bagi kaumnya.
Adanya kedua mata tidak hanya untuk melihat keindahan alam ciptaan Allah. Namun juga untuk membaca tanda-tanda alam dan kitab suci. Agar bisa lebih memahami kehidupan. Bukan untuk melihat yang bukan muhrimnya. Maka dianjurkan untuk menundukkan pandangan. Lalu begitu juga bagi perempuan tentu saja juga laki-laki. Jangan berpakain yang membuat tergoda lawan jenis. Berpakaianlah sewajarnya. Adanya kasus kekerasan seksual di bus umum atau kereta memang tidak semata-mata si perempuan berpakaian mini atau ketat. Memang juga dari laki-laki yang tidak tahan. Klopnya sama-sama perlu berpakaian yang tidak menimbulkan masalah lain. Atau mengundang masalah.
Farji atau alat kelamin juga karunia yang luar biasa. Adanya alat kelamin disamping untuk mengeluarkan kotoran juga untuk meneruskan keturunan. Nikmat ini sangat perlu dijaga dengan tujuan agar dipergunakan dengan semestinya. Bukan asal tempat saja. Dari sinilah kejelasan nasab manusia berasal. Akan terjadi masalah bila mana ada seseorang yang tidak jelas asal-usulnya. Maka dalam ajaran Islam ada yang namanya lembaga pernikahan. Dari sini akan jelas dimana pemanfaatannya. Keteraturan masyarakat juga ditentukan oleh seberapa jauh anggota masyarakat menjaga farji ini. Dan inilah juga yang akan membedakan antara komunitas manusia dan binatang.
Adanya dua telinga manusia menambah kesempurnaan rupa. Bagaimana jadinya kalau ada hilang salah satunya. Nikmat satu ini juga perlu dijaga dari mendengar hal-hal yang tidak semestinya. Gosip, adu domba, pembicaraan tidak berguna, bunyi-bunyian yang melalaikan perlu dibatasi. Diarahkan untuk mendengar sesuatu yang bisa melembutkan hati.
Dengan mulut manusia bisa berbicara dan makan minum untuk kelangsungan hidup di dunia. Mulut perlu digunakan dengan semestinya. Berbicara seperlunya tidak melebihkan atau mengurangi pesan, berkata benar, tidak digunakan untuk bersumpah palsu, sarana berdakwah. Begitu juga perlu selektif untuk memasukkan makanan dan minuman ke mulut. Karena tidak semua jenis makanan dan minuman bisa leluasa dimasukkan saja. Tidak saja daging babi tapi juga ada minuman arak. Memang dua hal itu diharamkan untuk dikonsumsi. Tujuannya untuk kemaslahatan manusia sendiri.
Tangan juga tak ternilai harganya. Dengan tangan bisa berbuat apa saja. Menulis, tanda tangan yang bisa menghasilkan uang banyak, berkarya seni dan sebagainya. Namun dengan tangan pula bisa menyebabkan kemafsadahan umat manusia. Gara-gara tanda tangan pula menempeleng orang, mengadu-domba masyarakat, merusak hutan, merampok kekayaan alam, mencuri uang rakyat, mengambil harta yang bukan haknya. Akibatnya banyak orang menderita karenanya. Maka perlu dimanfaatkan tangan dengan semestinya.
Perut adalah tempat menampung makanan dan minuman. Kalau tidak disortir akan bisa berbahaya untuk kesehatan namun juga bagi jiwa. Sebagaimana disampaikan ahli medis bahwa perut adalah sumber penyakit. Berarti kalau bisa menjaga perut berarti kesehatan terjamin. Sebagaimana Kanjeng Nabi yang tidak pernah sakit kecuali menjelang wafat. Dengan bisa menjaga perut dari barang yang dilarang maka peluang terkabulnya doa semakin besar. Menurut dawuhnya Pak Kiai bila perut kemasukan satu sendok makanan atau satu tegukan minuman terlarang maka doa tidak akan terkabul selama empat puluh hari. Lha, bagaimana yang masuk ke perut itu barang terlarang sebanyak tiga piring bahkan berpiring-piring atau berbotol-botol minuman? Berapa tahun menunggu untuk diijabahi doa kita? Jangan dikira lho, minuman teh atau kopi juga halal? Bila uang untuk membeli segelas kopi itu dari mencuri atau riba atau dari uangnya anak yatim yang bukan proporsinya ya sama saja haram.hi..hi..
Sepasang suami isteri ingin mempunyai anak. Tentu nantinya menjadi anak sholeh solehah. Yang menjadi qurrata a’yun dan diharapkan doanya. Anak bisa menjadi perhiasan dan ujian. Tinggal bagaimana menyikapinya. Agar menjadi pengingat maka jangan lupa mengajari dan mendidik anak. Diberi pendidikan yang cukup baik ilmu agama dan duniawi juga diberi pembiasaan ibadah di rumah. Waktunya sholat diingatkan bahkan harus dicari bila waktunya sholat belum sholat. Mengenai pendidikan akhlak saya teringat teman dalam mendidik anak. Putrinya sejak kecil didik bahasa Jawa halus. Sampai sekarang masih walaupun semuanya sudah kuliah. Bahkan dengan saudaranya juga bahasa halus. Tentu saja orang tua memberi contoh. Bapak ibunya juga berbahasa halus. Hal ini menginspirasi saudara dari pihak ibu untuk mencontoh. Bahkan nenek dari pihak ibu berbahasa Jawa halus dengan cucunya. Juga diajari menulis. Maksudnya satu persatu  huruf diajari bagaimana cara menulisnya. Hingga satu huruf saja ditulis sebanyak tiga lembar. Ini dilakukan ketika masih kecil. Jadinya sekarang tulisannya ya baik. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar