Jumat, 11 November 2011

Makbul dan Mabrur


اَلْحَمْدُ للهِ  ~ اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى فَرَضَ عَلَى عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ حَجَّ الْبَيْتِ الْحَرَامِ مَنِ اسْتَطَاعَ إلَِيْهِ سَبِيْلاً  اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ  وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَامُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  الْمَبْعُوْثُ لِلْعَالَمِيْنَ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا   اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَىسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَاَصْحَابِهِ الْمُهْتَدِيْنَ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْا دِيْنَ الْحَقِّ سِرَاجًا مُنِيْرًا
وَبَعْدُ , فَيَااَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ تَعَالَى :  وَإِذْ بَوَّأْنَا ِلإِبْرَاهمَ  مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لاَّ تُشْرِكْ بى شَئًا وَّطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّآءِفِيْنَ وَالْقَآ ئِمِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ
Hadirin jamaah sholat Jum’at yang berbahagia,
Marilah kita selalu meningkatkan rasa iman dan taqwa kita kepada Allah SWT dengan cara menjalankan semua yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Dengan mengharap ridha dari Allah dan syafaat dari Rasulullah SAW. Marilah pula kita perbanyak amalan-amalan sunnah dan mari kita menghindari perkara-perkara yang makruh dengan harapan makin menambah cinta Allah kepada kita semua. Kita berdoa pula kepada saudara-saudara kita yang baru saja menunaikan ibadah haji semoga diterima menjadi mabrur  di sisi Allah SWT. Amin. Dan kita yang belum semoga diberi kemudahan untuk segera menyusul melaksanakan ibadah haji. Amin.
Berkaitan dengan diterimanya amal oleh Allah SWT perlu kiranya saya sampaikan di sini tentang istilah maqbul dan mabrur. Karena amal yang diterima oleh Allah umumnya diistilahkan dengan maqbul ( مَقْبُوْل ) kecuali haji yang diistilahkan dengan mabrur  (    مَبْرُوْر  ). Namun sebelumnya marilah kita mengingat kembali syarat-syarat diterimanya amal oleh Allah. Karena semua amal ibadah yang kita lakukan baik haji atau amal lainnya pasti mengharapkan akan diterima oleh Allah SWT.
Syarat yang pertama untuk diterimanya amal adalah pelakunya harus orang  yang beriman. Firman Allah dalam al-Quran
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصّلِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنثْى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولئِكَ يَدْخُلُوْنَ  الْجَنَّةَ وَلاَ يُظْلَمُوْنَ  نَقِيْرًا
“Dan barang siapa yang mengerjakan amal-amal sholeh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia orang yang beriman maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya sedikitpun “ ( QS an-Nisa’: 124 )
Berapapun banyaknya atau besarnya amal dari seseorang kalau tidak beriman maka amal itu tidak akan diterima oleh Allah. Sebab dalam melakukan amalnya pasti bukan karena Allah karena memang tidak beriman kepada-Nya. Melainkan hanya untuk mencari keuntungan, ketenaran atau paling tidak karena ingin menimbulkan kesan baik terhadap pribadi atau kelompoknya saja. Firman Allah dalam Al-Quran :
إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَمَاتُوْا وَهُمْ كُفَّارٌ  فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ اَحَدِهِمْ مِلْءُ اْلأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَى بِهِ   اُولئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ وَّمَا لَهُمْ مِنْ نصِرِيْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafirannya maka tidak akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas yang sebanyak itu. Bagi mereka adzab yang sangat menyakitkan, dan mereka tidak mempunyai penolong”  ( QS. Ali Imron: 91 )
Syarat kedua  adalah amal itu harus sah atau tidak batal. Contohnya ketika kita mendirikan sholat maka sholat kita harus sah. Mulai dari thaharahnya karena toharoh merupakan syarat sahnya sholat. Rukun-rukunnya sholat harus pula terpenuhi dengan sempurna. Apabila thaharahnya saja tidak sah maka salah satu syaratnya sudah hilang, yang tentu saja shalatnya pun tidak sah pula.
Begitu pula ibadah haji. Agar ibadah hajinya diterima Allah maka dalam melaksanakan ibadah haji harus sah secara syar’i. Amalan apa pun yang tidak sah tidak akan diterima oleh Alloh karena sama saja dengan tidak melakukan apa-apa.
Syarat ketiga agar amalnya orang yang beriman diterima Allah adalah: ketika mengerjakannya harus ikhlas, mengamalkan karena Allah semata. Bukan karena orang lain (riya’), tidak sombong dan harus bersih dari segala pamrih..
Hadirin jamaah Sholat Jumat yang mulia,
Dalam pengertian istilahiy diterimanya amal (maqbul) hanya terbatas pada amal itu sendiri, tidak ada hubungannya dengan amal-amal lain sesudahnya. Misalnya seseorang  melakukan puasa dan puasanya itu tergolong maqbul maka sudah menjadi satu amal sholeh. Adapun sesudah puasa dia berbuat keburukan maka keburukan yang dilakukannya itu tidak menghilangkan maqbulnya puasa yang  telah dikerjakan. Keburukannya itu menjadi suatu dosa yang tentu saja ada hisabnya tersendiri.
Hal ini sangat berbeda dengan istilah mabrur yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa kita mempunyai arti sama yakni diterima Allah. Akan tetapi diterimanya amal dengan istilah mabrur itu (dalam hal ini ibadah haji) dengan jaminan amaliyah sesudah haji. Haji yang mabrur dijamin oleh amaliyah sesudah malakukan ihrom. Jika sesudah melakukan ibadah haji seseorang tidak mengindahkan aturan agama maka mabrurnya haji dapat dicabut oleh Allah SWT. Maka seorang haji harus menjaga kemabrurannya.
Haji mabrur ditandai dengan jiwanya bertambah baik dan senantiasa mengarah kepada kebaikan. Sifat-sifat yang terpuji sebelum menunaikan haji akan terus meningkat semakin baik. Kalau sebelum haji sudah bersifat dermawan maka setelah haji makin meningkat kedermawanannya. Sedangkan jika sebelumnya mempunyai sifat yang buruk maka sifat buruk itu berubah dengan sendirinya. Orang yang dulunya bakhil, kikir bin pelit jika ibadah hajinya mabrur pasti akan berubah menjadi berjiwa sosial, pemurah dan akan menjadi peramah serta santun. Kalau sebelumnya suka berlaku sombong setelah itu berubah menjadi rendah hati. Jika sebelumnya suka pamer pasti akan berubah menjadi mukhlish. Semua tingkah laku dan langkahnya selalu menuju kebaikan menuju ridha Allah semata. Masyarakat di sekitar tempat ia tinggal pun akan lebih merasa aman, tenteram, terayomi dan akan selalu tertolong olehnya. Itulah “hadiah” bagi haji mabrur dan semua itu akan mengarahkan ke surga Allah SWT.
Inilah kiranya perwujudan dari sabda Rasululloh saw:
...وَالْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ الْجَزَاءُ إِلاَّ  الْجَنَّة
“Dan Haji yang mabrur, tidak ada balasannya selain surga”
Hal itu semua merupakan pengaruh dari pelaksanaan ibadah haji yang dilakukan selama di Tanah Suci. Dia dapat mengambil i’tibar dengan baik dari semua rukun haji. Ketika dikumpulkan dengan saudara-saudaranya di ‘Arafah dengan pakaian yang sama dapat  menghayati bagaimana keadaan manusia kala dikumpulkan di Padang Mahsyar nanti. Ketika berada di Masjid Nabawy jiwanya selalu membekas seakan-akan bertemu dengan Nabi dan para sahabatnya. Pengaruh dalam jiwa itu akan selalu terbawa sampai dia pulang ke tanah air. Dan akan tetap terbawa dalam kehidupannya sampai akhir hayatnya. Inilah hasil puncak yang dicapai dari pelaksanaan ibadah haji. 
Doa Nabi Ibrahim membekas dalam hati para haji mabrur di mana Nabi Ibrahim pernah memohon kepada Allah SWT:

رَبَّنَا لِيُقِيْمُوْا الصَّلوةَ  فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً  مِنَ النَّاسِ تَهْوِى اِلَيْهِمْ
“Wahai Tuhanku, agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati manusia rindu kepada mereka (Makkah dan penduduknya)…”
Dan haji mabrur selalu didera rasa rindu kepada Baitullah. ingin segera dapat mengulangi ibadah hajinya.
Sebaliknya jika seseorang sesudah menunaikan ibadah haji malah semakin jauh dari tuntunan syari’at, semakin zholim kepada manusia maka mabrurnya haji dapat dicabut oleh Allah. Sama saja nilainya dengan tidak pernah menunaikan ibadah haji. Predikat haji hanya menggugurkan kewajiban dan hanya ada pada pandangan manusia belaka. Karena predikat haji itu selalu dilekatkan pada nama atau panggilannya.
Akhirnya semoga apa yang saya sampaikan ini menjadi tambahan pengertian bagi kita semua dan semakin menghantarkan kita kepada ridha Allah SWT. Semoga pula saudara-saudara kita yang baru saja selesai melaksanakan ibadah haji senantiasa dibimbing oleh Allah dalam mempertahankan mabrurnya hajji yang telah dilaksanakan. Amin Ya Robbal Alamin.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ اْلأمِنِيْنَ  وَأَدْخَلَنَا فِى جَنَّاتِ النَّعِيْمِ  وَنَفَعَنَا بِهِ مِنَ اْلأيَاَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ    اِسْتَجِب لَنَا أمِيْن    يَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ   بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
وَأَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِيْنَ مِنْ  كُلِّ فَجٍّ  عَمِيْقٍ ~  لِيَشْهَدُوْا مَنفِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوْا اسْمَ اللهِ فِى أَيَّامٍ مَعْلُوْمتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ  بَهِيْمَةِ اْلأَ نْعَامِ   فَكُلُوْا مِنْهَا وَأَطْعِمُوْا الْبَآ ئِسَ الْفَقِيْرَ



Khutbah Akhir Sholat Jumat

    اَلْحَمْدُ للهِ ~  اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى  جَعَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ  اَفْضَلَ اْلأَ يَّامِ    أَشْهَدُ أَنْ لاَّ اِلهَ اِلاَّ  اللهُ  وَحْدَهُ  لاَ شَرِيْكَ لَهُ ٍ    وَأَشْهَدُ اَنَّ  سَيِّدَنَا  مُحَمَّدًا  عَبْدُهُ  وَرَسُوْلُهُ    اَللّهُمَّ  صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ    وَعَلَى الِهِ  وَاَصْحَابِهِ   أَيّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا  اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ  مُسْلِمُوْنَ   وَاعْلَمُوْا  أَنَّ  اللهَ  صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ قَدِيْمًا  وَأَمَرَنَا  بِذلِكَ  إِرْشَادًا لَنَا وَتَعْلِيْمًا  قَالَ تَعَال :   إِنَّ اللهَ  وَمَلئِكَتَه   يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ   يَآأيُّهَا الَّذِيْنَ  أمَنُوْا صَلُّوْا  عَلَيْهِ  وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا  اَللّهُمَّ  صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسٍلِمِيْنَ    وَالْمسْلِمَاتِ  وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ، َاْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ  وَاْلأَمْوَاتِ  إِنَّكَ  سَمِيْعٌ  قَرِيْبٌ  مُجِيْبُ  الدَّعَوَاتِ  رَبَّنَا اغْفِرْ  لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ  وَلاَ  تَجْعَلْ  فِى قُلُوْبِنَا  غِلاً  لِلَّذِيْنَ  امَنُوْا  رَبَّنَا  إِنَّكَ  رَؤُوْفٌ  رَحِيْمٌَ  رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا  حَسَنَةً  وَفِى اْلأخِرَةِ  حَسَنَةً  وَقِنَاعَذَابَ النَّارِ   وَالْحَمْدُ  للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَاللهِ , اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ  وَإِيْتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمنْكَرِ وَالْبَغْيِ  يَعِظُكُمْ  لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ   اُذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ  يَذْكُرْكُمْ  وَاْشُكُرُوْهُ عَلَى نَعْمَآءِهِ يَزِدْكُمْ  وَاسْئَلُوْهُ  مِنْ فَضْلِهِ  يُعْطِكُمْ  وَلَذِكْرُ اللهِ  اَكْبَرُ




































Tidak ada komentar:

Posting Komentar