Saya mendengar kosakata ini waktu
usia SD. Memang pernah ibu berdagang kecil-kecilan di rumah. Membantu keuangan
keluarga. Tepatnya menjual minyak tanah. Tapi itupun tidak berlangsung lama. Karena kesibukan
mengurus sawah.
Dagang kayaknya semua orang bisa
melakukannya. Baik berlatar belakang tinggi, menengah hingga yang buta huruf. Bahkan
saya pernah mendengar ada seorang pemilik perusahaan pelayaran yang mempunyai
banyak kapal laut yang masih buta huruf. Artinya berdagang atau menjadi
pengusaha sebenarnya bisa dilakukan semua orang tanpa memandang siapa dirinya.
Memang diakui bahwa berdagang
kata Kanjeng Nabi adalah salah satu pintu rizki. Sehingga bila ada orang yang
bermata pencaharian sebagai pedagang dan berhasil memang itu benar adanya. Dan dijelaskan
pula bila ingin cepat mapan dalam kehidupan diantaranya dengan berdagang atau
berusaha/menjadi pengusaha. Hingga Kanjeng Nabi sendiri adalah seorang pedagang
yang sukses. Bagaimana tidak dikatakan sukses? Karena sudah sejak usia muda
bergelut dengan perdagangan. Mulai bersama dengan paman Abu Thalib hingga
dipercaya membawa barang dagangan Ibu Khadijah di jual di luar daerah. Beliau didampingi
oleh Maesarah (seorang laki-laki) pembantu Ibu Khadijah. Dari hasil itu
diantaranya digunakan untuk membayar mahar ketika menikah dengan Ibu Khadijah
pada usia 25 tahun sebesar Rp 600 juta. Suatu jumlah yang tidak sedikit hingga
pada ukuran orang desa sekarang.
Bila sekarang ditanya pedagang atau
pengusaha mana yang sukses? Maka jawabannya mudah sekali didapat. Yakni pedagang
keturunan Tionghoa. Memang bukan keturunan etnis Indonesia asli. Namun perantauan.
Oleh kerena gigih bekerja dan berusaha lalu digencet sistem politik penguasa sehingga
tidak bisa berkiprah di bidang lain maka semakin menambah kepiawaian berusaha. Contoh
gampang saja bisa dilihat. Area pertokoan Kertosono di jalan Gatot Subroto lalu
di Nganjuk jalan A Yani kebanyakan di miliki oleh etnis ini. Memang luar biasa.
Hingga menurut penelitian menyebutkan bahwa etnis ini menguasai perekonomian
Indonesia. Ini tidak mengejutkan sebenarnya. Karena sudah lama kejadian ini
terjadi.
Dibalik itu memang saya tahu
sendiri. Jiwa wirausaha atau juga berdagang sudah ditanamkan sejak dini pada
anak-anaknya. Ketika SMP mempunyai beberapa teman dari Tionghoa. Ketika teman-teman
kita waktunya masih banyak digunakan untuk bermain mereka warga keturunan
setelah pulang sekolah sudah membantu orang tua bekerja di toko. Walau membantu
lambat laun ketrampilan mereka dalam berdagang terasah dengan sendirinya. Minimal
diberi tanggungjawab sederhana. Ada juga cerita. Ada anak pengusaha Tionghoa di
kuliahkan di luar negeri. Setelah selesai disuruh magang di perusahaan
kompetitor orang tuanya. Tentunya menjadi karyawan. Setelah sekian lama bekerja
dan mengetahui seluk beluk perusahaan lalu keluar dan bergabung di perusahaan
orang tua untuk ikut membesarkan. Seperti itulah diantaranya. Kalau ada
sindiran mengenai pengusaha Jawa “generasi pertama merintis generasi kedua jaya
tiba di generasi ketiga gulung tikar” maka kelihatan di perusahaan warga
keturunan tidak seperti ini. Karena generasi penerusnya sudah disiapkan
jauh-jauh hari.
Diantara petuah orang tua ketika
berdagang yakni buka dan tutup tepat waktu. Ini dikandung maksud agar pelanggan
tidak ‘kecele’. Ketika barang dibutuhkan ternyata belum buka atau ketika datang
ternyata sudah tutup. Pelanggan akan kecewa dan tidak akan mau datang lagi. Lalu
pelayanan ramah. Bila menilik pepatah bahwa pembeli adalah orang istimewa. Maka
pelayanan yang diberikan harus maksimal untuk kepuasan pelanggan/pembeli. Lalu ada
pemilik usaha dagang beras “Rosita” bilang untuk kepuasan pelanggan quality
control harus lolos tiga hal, yakni kebersihan, kualitas, dan kemasan. Maksudnya
kebersihan produk harus dijaga. Jangan sampai konsumen merasakan ada hal yang
kotor pada produk. Ini sangat dijaga. Contohnya tidak ada satu kerikilpun dalam
karung. Atau warnanya tidak sama. Lalu kualitas harus tetap. Tidak dikurangi. Bahkan
kalau bisa ditingkatkan. Maka suplay barang harus terjaga dan pilihan. Tidak sembarang
penyuplay bisa masuk. Terakhir kemasan harus enak dipandang. Perlu didesain
yang menarik sehingga konsumen bisa tetap fanatik. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar