Ikhtiar berasal dari bahasa Arab. Ikhtara-yakhtaru-ikhtiyaran. Yang arti katanya memilih. Namun dalam istilah biasanya berusaha dengan maksimal untuk memperoleh apa yang diinginkan.
Dalam padanan lain identik dengan bekerja. Bekerja memang menjadi kewajiban seorang muslim. Hal ini dicontohkan oleh para Nabi. Nabi Musa, Nabi Syuaib, Nabi Muhammad juga pernah menggembala domba. Atau beternak. Ada juga yang bergelut di bidang pertanian seperti Nabi Adam. Di samping itu Kanjeng Nabi Muhammad juga pernah menjadi pedagang dan pengusaha.
Ingin maju perlu perubahan. Bila selama ini hidupnya biasa saja tidak ada warna kehidupan dalam arti tidak ada perubahan maka perlu merubah ritme kehidupan. Bila gaji sebulan hanya cukup untuk kebutuhan 10 hari berarti perlu merubah kerjanya. Mungkin masalah ibadahnya, dzikirnya, cara berfikirnya, sedekahnya, hubungan dengan orang lain dan sebagainya.
Lawan dari ikhtiar adalah pemalas dan putus asa. Pemalas dalam arti malas untuk mengadakan perubahan dalam hidup. Apa adanya diterima. Bahkan terkadang masa bodoh. Apa yang dikerjakan asal-asalan. Mengurangi jam kerja dan sejenisnya. Putus asa juga tidak diperbolehkan dalam agama. Karena jauh dari rahmat Allah. Rahmat Allah diberikan di mana-mana. Di daratan, di lautan bahkan di angkasa. Tinggal kita mau mengambil di mana. Asal kita mau berikhtiar.
Ikhtiar bagian dari rasa syukur. Ya, memang. Karena kita diberi kelengkapan alat tubuh. Dan sempurna lagi maka perlu bersyukur bentuknya dirupakan dengan bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan juga ibadah. Bisa enak bila ingin sedekah uang sudah ada. Pengin menyantuni anak yatim uang ada tinggal transfer ke rekening. Ingin haji uang ada. Ingin silaturahim ke keluarga jauh atau ke Kiai juga ada sarananya. Maka punya uang enak. Dan itu semua di dapat dengan ikhtiar.
Kekurangan kita selama ini adalah rasa bertanggungjawab. Sikap para pejabat yang tidak mau mundur bila melakukan kesalahan. Kesalahan walau dilakukan oleh anak buahnya para menteri atau perdana menteri di negara lain seperti Jepang mau mengundurkan diri. Ini juga diikuti oleh pejabat dari beberapa negara lain. Maka ternyata sangat penting kiranya memulai dari diri kita sendiri berusaha menumbuhkan rasa tanggungjawab.
Ada beberapa tips ikhtiar yang bisa kita lakukan, diantaranya: kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, kerja tuntas dan kerja puas.
Kerja keras dilakukan sesuai dengan waktunya. Bila seorang karyawan bekerja dari pagi sampai sore ya dikerjakan. Datang tepat waktu begitu juga pulangnya. Ada hasil karya yang dihasilkan. Ada sesuatu yang baru dan lebih baik dari temannya. Atau lebih baik lagi dari pekerjaan pendahulunya. Bila sudah bekerja seperti itu namun hasilnya kurang maka bisa ditambah lagi jam. Bagi seorang siswa bisa dibuat seperti mempunyai jam belajar, mau mengerjakan tugas, melengkapi sarana prasarana belajar, datang tiap hari, selalu meningkatkan kemampuan diri. Dan sebagainya.
Disamping kerja keras perlu juga namanya kerja cerdas. Bekerja dan menghasilkan rizki bisa juga menggunakan tenaga orang lain, uang orang lain, sertifikat orang lain. Asal mau sebenarnya bisa saja dilakukan. Maka lahirlah yang namanya entrepreneur. Istilah ini dimaknai lebih dari sekedar pengusaha. Karena ada nilai kemanfaatan untuk orang lain. Misalnya mengurangi pengangguran dapat memberi manfaat pada lingkungannya. Maka kerja cerdas ini sangat perlu. Bisa diilustrasikan seorang tukang becak walau jam kerjanya 24 jam ya tetap menjadi tukang becak. Tidak bisa meningkat penghasilannya. Alias terbatas. Bisa saja seorang pegawai. Pada jam kerja bekerja di kantor lalu setelah pulang kerja beralih profesi sebagai pengusaha. Pagi bekerja sebagai karyawan sorenya bekerja sebagai penguasaha. Pekerjaan mengontrol para pegawainya bekerja. Uang datang sendiri.
Kerja ikhlas. Dalam bekerja perlu dimaknai sebagai ibadah. Upaya menunjukkan identitas sebagai seorang muslim. Karena seorang muslim identik dengan kerja keras. Bukan pemalas. Ada seseorang yang berpakaian necis naik mobil di pagi hari berangkat ke kantor. Ada yang berpapasan dengannya bilang: “Wah, ganteng-ganteng kok sudah berangkat ke kantor”. Apa ada yang salah. Sebenarnya tidak ada yang salah. Orang tersebut memang diharuskan berangkat pagi-pagi karena letak kantornya jauh. Dia melakukan dengan enjoy dilatarbelakangi juga untuk menafkahi anak isteri jangan sampai keluarganya menggantungkan hidup pada belas kasihan orang lain. Inilah ciri muslim sejati.
Kerja tuntas. Bila diberi tugas dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Tepat sesuai dengan kesepakatan yang dibuat. Bila ada masalah dalam pengerjaannya bisa disampaikan. Dan tanpa menyisakan masalah di kemudian hari.
Kerja puas. Kerja adalah menghasilkan karya. Bila karya berdampak luas dan bermanfaat bagi banyak orang akan mendapatkan kepuasan yang luar biasa. Bagai energi yang tiada henti-henti masuk ke dalam tubuh. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar