Senin, 11 Oktober 2010

Kunci kebahagiaan hidup


Hidup bahagia menjadi dambaan setiap insan. Dan tentulah setiap orang menginginkan hidup yang bahagia. Dhahir dan batin. Bahagia dhahir direfleksikan dengan tercukupinya segala kebutuhan. Apa yang diinginkan akan bisa digapai. Sedang bahagia secara batin, hatinya menjadi tenang dengan apa yang dimiliki dan aktivitas yang dilakukan.
Sekarang ini ketika secara materi segala barang kebutuhan melimpah ruah tetapi batin belum tertata akan terjadi stres secara sosial. Dalam arti banyak orang yang terjangkit split personality. Kegoncangan jiwa. Untuk meminimalisir hal ini perlu disimak uraian berikut ini.
tekun beribadah. Sebagai manifestasi hablun minallah. Dengan bertaqarub.mendekatkan diri kepada Allah. Dengan melaksanakan ajaran agama sebagaimana yang terdapat dalam rukun Islam. Memang kesempurnaan agama seseorang bila semua rukun Islam yakni dimulai dari membaca syahadat, melaksanakan sholat dengan tertib dan khusu’ lalu membayar zakat dari kekayaan yang dipunyai. Ketika bulan Ramadhan senantiasa melaksanakan puasa dan haji bila segala syaratnya sudah terpenuhi. Pada hal ini posisi kita sebagai abdun, hamba. Melaksanakan dengan sebaik-baiknya perintah dan ajaran agama.
Bermuamalah dengan baik. Manusia adalah makhluk sosial. Tidak bisa hidup sendiri. Hablun minan nas. Selalu membutuhkan orang lain. Sehingga tidak bisa untuk mementingkan diri sendiri, egois. Kalau hanya mementingkan dirinya sendiri, keluarganya, atau kelompoknya saja maka akan dikatakan sebagai asosial. Di dalam masyarakat berbangsa dan bernegara akan teranelisiasi, akan terkucilkan. Karena seluruh elemen bangsa berusaha untuk mengutamakan kepentingan bersama. Inilah arus utama dalam peradaban di masyarakat. Maka tidak bisa tidak harus mau dan bisa bekerjasama dengan orang lain. Bukankah untuk membersihkan sampah di halaman dibutuhkan lidi yang diikat berupa sapu. Sehingga bisa bersih. Apa mungkin dalam tempo yang cepat hanya satu lidi bisa membersihkan halaman yang luas? Perumpaan satu lidi adalah seseorang yang egois. Dalam posisi ini, manusia berada dalam tingkatan khalifah. Suatu tingkatan dimana manusia dipilih oleh Allah sebagai pemimpin yang bertugas memelihara, mempergunakan dan memakmurkan bumi ini. Pada awalnya malaikat protes kepada Allah. Mengapa Allah berencana akan menciptakan makhluk yang namanya manusia? Bukankah nanti akan saling membunuh, menumpahkan darah?
Namun karena iradah Allah, terciptalah Adam sebagai manusia pertama. Dan Ibu Hawa sebagai pendampingnya. Hingga kita sekarang ini. Memang yang dikhawatirkan malaikat terjadi. Generasi awal manusia, tepatnya putra Nabi Adam yakni Habil dan Qabil terjadi saling bunuh untuk memperebutkan pendamping hidupnya. Itulah tercatat dalam sejarah sebagai pembunuhan pertama di muka bumi.
Alam yang luas ini pastilah membutuhkan tenaga untuk mengurusnya. Manusialah yang dipilih. Untuk tercapainya tujuan itu, manusia tidak cukup sendiri. Membutuhkan manusia yang lain hingga seluruh manusia. Untuk bersama-sama memakmurkan bumi. Untuk keseimbangan alam manusia harus bisa menjaga kekayaan alam ini dari kepunahan dan kerusakan yang akibatnya akan dirasakan manusia sendiri.
Sebab karena ulah tangan manusialah alam ini rusak. Dhaharal fasadu fil barri wal bahri bima kasabat aidinnas. Bahwa sudah jelas adanya kerusakan di daratan dan lautan karena sebab ulah tangan manusia.
Hari-hari ini kita merasakan panas yang sangat di siang hari. Terasa gerah. Bekerja juga tidak jenak. Begitu juga aktivitas yang lain. Begitu juga dirasakan oleh para petani, musim penghujan terasa panjang. Padahal menurut perhitungan mereka bulan Oktober ini sudah waktunya musim kemarau. Karena tidak tentunya musim berpengaruh pada pola tanam. Bila ini terjadi akan berpengaruh pula pada pendapatan yang diperoleh. Padahal hasil cocok tanam yang dijadikan sebagai sandaran hidup. Ada perkiraan sebagai akibat dari mencairnya es di kutub utara. Penyebabnya adalah banyak hutan yang gundul karena ditebangi oleh manusia serakah. Tanpa diimbangi dengan penanaman kembali. Tiap tahun ribuan hektar hutan berkurang di seluruh dunia termasuk di negeri kita. Karena persekongkolan jahat para orang-orang yang berkuasa. Kuasa di Dan juga dari efek rumah kaca.
Maka sudah waktunya politik hijau sangat perlu sebagai panglima. Bukan acuan politik sebagai pemimpin. Lha, pemimpin yang ramah lingkungan, memperhatikan kehidupan generasi yang akan datang sangat cocok untuk menjadi pemimpin kita. Bukan pemimpin yang tugasnya menghabiskan sumber daya alam sebagai bentuk keperkasaan kekuasaan. Dan juga mengembalikan modal ketika menuju kursi kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan.
Dalam sebuah hadith disebutkan beberapa amalan yang bisa membawa pelakunya ke surga, diantaranya beribadah hanya kepada Allah. Tanpa diselingi dengan perilaku musyrik, menyekutukan Allah. Lalu aqimus sholah. Senantiasa melaksanakan sholat dimanapun dan kapanpun. Bukan fi’lus sholah. Karena kata fi’lu hanya mengerjakan. Pokoknya mengerjakan bisa sehari sekali, terkadang empat kali bahkan tidak melakukannya. Tidak istiqomah. Maka perintahnya menggunakan kata dasar qama. Lalu membayar zakat dan menjaga tali silaturahmi. Dalam budaya kita dilembagakan menjadi halal bihalal.
Begitu juga dalam kehidupan kita dilarang untuk berlaku bakhil. Terlalu berhemat. Hemat memang perlu dan orang boros adalah temannya setan. Namun bila terlalu berhemat padahal harta hanya titipan itu juga tidak baik. Tepatnya termasuk akhlak mazmumah. Perilaku yang perlu dijauhi. Karena jenis perilaku ini bisa merusak beribadah, bertaqarub kepada Allah dan bisa merusak hubungan dengan orang lain.
Bakhil termasuk perilaku dholim. Menganiaya diri sendiri. Dibagi menjadi tiga bagian. Bakhil di jalan agama. Kelihatan kaya dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Namun sangat enggan memberikan sebagian hartanya untuk kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Takut kalau hartanya akan berkurang. Kedua, bakhil terhadap diri sendiri. Sebenarnya penghasilannya cukup. Namun untuk merawat tubuh agar kelihatan rapi dan pantas dilihat orang lain merasa keberatan. Membeli bahan makanan untuk kebutuhan sehari-hari dengan kualitas dibawah rata-rata. Ini juga tidak boleh. Sebagai bentuk syukur atas nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah juga perlu belanja yang pantas. Sesuai dengan kemampuan dan tidak melampaui batas. Pernah suatu ketika saya diberitahu ada seorang yang melintas di jalan dengan mengendarai sepeda motor. Pakaian yang dikenakan biasa seperti petani pada umumnya. Yang menarik adalah selalu memakai kopyah hitam kemana-mana. Kesawah, pergi ke pasar dan lainnya. Namun kopyahnya berwarna merah memang sudah berusia lama. Terus diceritakan bahwa orang tersebut sudah ihram, mempunyai sawah yang luas dan di dalam kopyah yang kumal itu berisi uang ratusan ribu. Lha, ini kurang selayaknya.
Selanjutnya bakhil kepada orang lain. Bila ada kelebihan makanan di rumah enggan memberikan kepada tetangganya yang kekurangan. Ini diantara contohnya. Padahal sebenarnya Allah akan memudahkan urusan bagi orang yang suka berderma. Dan sebaliknya mempersulit bagi orang yang bakhil. Hanya amal sholih yang akan kita bawa nanti menghadap Allah kelak.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar