Selasa, 28 September 2010

Problem Perpustakaan Sekolah


Pada suatu siang di sebuah perpustakaan sekolah. Siswa kelas VIII sedang mencari referensi pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan dibimbing oleh guru agamanya, para siswa berusaha mencari dan memilah buku-buku yang dianggap sesuai. Untuk dijadikan tulisan dari tugas yang diberikan.
Perpustakaan ini sudah lama berdiri. Hampir berbarengan dengan adanya sekolah ini. Dari tahun ketahun dengan pergantian kepala sekolah. Keadaan buku di perpustakaan tidak bertambah atau berkurang. Sedangkan kurikulum sering berubah dengan tanpa diantisipasi. Yang terjadi kemudian adalah banyak buku yang sudah tidak up to date lagi. Mungkin materi yang dicari ada. Namun harus lebih selektif lagi untuk mencari. Sedang waktu yang ada terbatas. Jadi tidak bisa maksimal siswa untuk mencari. Akibat dari keadaan seperti ini adalah siswa enggan untuk pergi ke perpustakaan. Padahal dalam setiap kesempatan siswa di anjurkan untuk terbiasa di perpustakaan. Dengan menyitir motto bahwa perpustakaan adalah jantung sekolah. Membaca akan memperluas cakrawal pemikiran. Tapi kalau perpustakaan tidak memadai, sarana prasarananya terbatas terus apa yang bisa menarik minat siswa.
Berdasar dari keadaan yang ada, guru pembimbing tadi mengajak ngobrol petugas perpustakaan. Berkaitan dengan anggaran rutin untuk perpustakaan serta sarana dan prasarananya. Dijawab bahwa anggaran rutin untuk perpustakaan berkaitan dengan pengadaan buku-buku bacaan belum ada. Sedang buku-buku pelajaran sudah tidak sesuai lagi dengan kurikulum sekarang. Memang buku yang dipajang banyak hanya saja itu tadi buku dengan kurikulum lama. Buku yang baru dibelikan mungkin ada tiga macam diantaranya buku matematika, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Itupun jumlahnya terbatas. Hanya cukup untuk satu kelas. Bila digunakan maka harus bergantian dengan kelas yang lain. Dan belum begitu digunakan maksimal. Anggaran rutin untuk operasional dan administrasi belum ada. Dengan tenaga tiga orang kalau dilihat dari jumlah siswa setidaknya memadai. Walau sebenarnya tenaga perpustakaan ini bukan khusus. Tetapi guru yang diperbantukan untuk perpustakaan.
Melihat seperti ini mengingat bahwa pentingnya perpustakaan bagi siswa hendaknya dipikirkan oleh pihak manajemen sekolah untuk memberi anggaran rutin khusus untuk perpustakaan. Anggaran ini digunakan untuk membeli buku-buku pelajaran sesuai kurikulum yang ada secara bertahap. Disamping untuk membeli buku-buku bacaan penunjang. Misalnya buku motivasi, buku bacaan remaja, majalah remaja, kamus-kamus, koran dan buletin. Disamping untuk operasioan kantor yang lain.
Anggaran khusus perpustakaan ini sebenarnya bisa dibuat waktu di awal tahun dalam rencana anggaran penerimaan dan belanja sekolah. Dalam suatu forum yang melibatkan semua stakeholder sekolah. Sedangkan item-item belanja disesuaikan dengan rencana pengembangan sekolah.
Selain itu pihak menejemen sekolah bisa juga mendapatkan buku-buku dimaksud bekerja sama dengan pihak yang lain. Misalnya orang tua siswa, perusahaan penerbitan atau instansi terkait. Atau juga memulai dengan program wakaf buku. Bisa diawali dari kepala sekolah dan para guru serta pegawai. Walau harga buku hanya Rp 5.000,00. namun bila belum dibaca dan bermutu tidak masalah. Hal yang baik bisa dimulai sejak digulirkan. Dan diberi contoh oleh pimpinan sekolah.
Ada yang menarik ketika UIN Maliki Malang mengisi kebutuhan buku di perpustakaannya yang berlantai tiga. Sang Rektor, Prof. Dr. Imam Suprayogo memancing koleganya di Arab Saudi untuk turut serta mengisi kebutuhan buku-buku diperpustakaan. Dengan canda kalau kolega tidak bersedia maka ada kolega lain dari Iran yang siap memberi. Tanpa berfikir panjang kolega dari Saudi ini menyanggupi. Betul dalam satu bulan kemudian satu truk tronton buku dikirim ke kampus UIN Maliki Malang bantuan dari Saudi. Tentu saja banyak dalam bahasa Arab. Tidak masalah karena mahasiswa di Kampus UIN Maliki ini sudah dibekali kemempuan bahasa Arab yang lumayan. Karena sudah digodok bahasan Arab dan Inggris di ma’had selama setahun penuh. Kekhawatiran tentang tujuan teologis tertentu. Dijawab oleh Pak Imam tidak masalah. Karena ilmu pengetahuan bebas nilai. Yang bisa dikritik oleh siapa saja. Dan mahasiswa bisa memilah dan memilih ilmu yang sesuai dengan kebutuhannya.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar